Selasa, 18 Maret 2014


Keterbukaan Seluruh Hati Kepada Allah
 Matius 6:5-15,
 terutama ayat 5-8 tentang hal berdoa. Dalam perikop tersebut, penulis menggambarkan bahwa Allah sangat membenci kemunafikan, tapi Dia senang bertemu dan berbicara dari hati ke hati dengan umat tebusanNya, seperti seorang bapa yang sangat mengasihi anaknya, memanggilnya untuk diajak bicara supaya dapat menikmati Dia. Di dalam buku Katekisasi Westminster ada sebuah pertanyaan demikian, “Apa tujuan yang terbesar dan terutama dalam kehidupan manusia?” Dan jawabannya yaitu “Untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.” Namun, jemaat Gereja Protestan pada umumnya sangat pandai dalam hal memuliakan Allah tapi sangat bodoh sekali di dalam menikmati  hadirat Allah dan persekutuan denganNya, yang sebenarnya merupakan suatu pengalaman rohani yang penuh berkat, sangat indah dan mendalam. Sebab Dialah Pencipta yang memiliki kedalaman-kedalaman yang penuh dengan rahasia yang selalu baru, tak terbatas dan tak terselidiki oleh akal budi manusia dan pemahaman hati yang terdalam sekalipun. Mereka pandai mem­perjuangkan kesucian dalam hidup dengan melakukan segala sesuatu sebaik mungkin dan memberikan persembahan perpuluhan secara teratur, namun mengabaikan Injil. Sebaliknya, malaikat di Surga tidak bosan-bosannya berseru-seru memuji dan memuliakan Tuhan karena mereka menikmati Allah di dalam persekutuan dan puji-pujian kepadaNya.
Dalam Matius 6:5 dikatakan, “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik.” Dari penampilan luar, seorang munafik kelihatannya dengan sepenuh hati  bersyukur dan memuji Tuhan atas berkatNya, namun di dalam hatinya ia memaki-maki Tuhan. Dalam ayat selanjutnya dikatakan, “Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” Ini bukanlah suatu komunikasi dan doa kepada Tuhan melainkan kepada orang lain yang sedang lalu lalang. Sebenarnya, ia lebih berfokus pada dirinya sendiri dan bukan pada Tuhan yang mendengarkan doanya. Berkenaan dengan ini, Tuhan Yesus berkata, “Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.” Maka barometer yang mengukur kesungguhan dalam berdoa itu bukan orang lain tetapi Allah. Sesungguhnya, Tuhan menghendaki orang Kristen berdoa dengan satu sikap hati yang rindu berkomunikasi dengan Tuhan secara terbuka, jujur dan tulus di hadapanNya walaupun Tuhan telah mengetahui seluruh isi hati setiap orang. Seringkali para hamba Tuhan, pengurus Gereja dan jemaat mampu berdoa dengan lancar tapi tanpa hati. Ketika seorang anak Tuhan berdoa dengan ketulusan hati, kejujuran dan keterbukaan kepada Tuhan serta menyerahkan semuanya kepada Tuhan, mengalirlah berkat-berkat Tuhan dari Surga turun kepadanya. Yohanes Calvin di dalam bukunya mengatakan, “Prinsip hati yang pertama dan terutama pada waktu berdoa adalah keterbukaan hati yang total di hadapan Allah.”
Berikutnya, Matius 6:6 mengatakan, “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” Ayat ini bermaksud bahwa orang Kristen harus menyediakan waktu yang sangat istimewa untuk berdoa dan mencari Allah dengan segenap hati di tempat tersendiri karena doa adalah suatu komunikasi pribadi dan personal yang bersifat mendalam dan merupakan  pencurahan seluruh isi hati kepada Tuhan bahkan dengan tetesan air mata atau gelak tawa. Seringkali, orang Kristen jarang berdoa dengan air mata demi jiwa yang terhilang. Inilah kecelakaan atau ketidaknormalan rohani. Setelah ditebus oleh Tuhan dan dibeli dengan harga termahal yaitu dengan nyawaNya yang paling berharga, Allah ingin manusia berkomunikasi dan bersekutu dengan Dia lebih dari apapun juga. Dia memanggil orang-orang tebusanNya, “Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan,” (Mzm. 50:5) karena Ia mau menyatakan kasihNya. Orang Yahudi ultra Ortodoks memiliki aturan Taurat yang harus dilakukan untuk bisa masuk ke Surga, yaitu  berdoa kepada Tuhan dan menikmati Taurat Tuhan dalam waktu yang dikhususkan sebanyak 7 kali sehari, tepat seperti yang dikatakan dalam Mzm. 119:164, “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukumMu yang adil.” Tapi bukan berarti semua orang Kristen harus berdoa dan menikmati FirmanNya sebanyak 7 kali sehari seperti itu. Dalam satu hari sudah selayaknya disediakan waktu yang khusus untuk berjumpa dengan Tuhan dalam doa, seperti Tuhan Yesus yang sekalipun Dia adalah Anak Allah dan Dia dapat berbicara kepada BapaNya setiap saat, tetapi Yesus mengambil waktu yang khusus di malam hari sebelum tidur dan di pagi hari sebelum semua orang mulai bekerja atau mungkin murid-muridNya masih tidur, untuk berdiam diri, berdoa, bersekutu dan menikmati hadirat Allah BapaNya. Firman Tuhan mengatakan, “Di hadapanMu, ya Allah, ada sukacita dan nikmat yang berlimpah-limpah senantiasa.” Tuhan mampu memberikan cintakasih yang luar biasa berlimpah dan  mampu membangun kerohanian seseorang.
Selanjutnya dalam Matius 6:7 dikatakan, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Tuhan tidak akan pernah bertele-tele jika hendak memberitahukan maksudNya. Maka dalam doa pun, orang Kristen tidak perlu bertele-tele karena Dia telah mengetahui apa yang mau disampaikan. Janganlah memakai suatu kebiasaan atau formula rohani yang palsu seperti bahasa Roh palsu yang sekarang sering dipakai, yang sebenarnya tidak bertatabahasa dan juga tidak bermakna.

Matius 6:8 mengatakan, “Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” Ayat ini masih berhubungan dengan Yakobus 4:2-3, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Jadi, walaupun manusia berupaya semaksimal mungkin namun tanpa doa, maka dia tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya karena ada beberapa hal khusus yang akan diberikan hanya melalui doa kepada Allah. Ada pula beberapa hal lain yang pasti Tuhan berikan dan sediakan tanpa perlu diminta melalui doa, seperti makanan, kesehatan, keturunan, dan sebagainya. Sebagai contoh, Hana dan Penina berdoa dengan susah payah meminta keturunan namun Tuhan tidak segera memberikannya. Pada akhirnya, barulah Tuhan memberikan keturunan yang diminta. Anak yang diberikan Allah sebagai hasil pergumulan doa itu adalah anak yang khusus dan spesial karena doa membuat segala sesuatu berasal dari tangan Tuhan secara spesial. Karena itu, doa disebut sebagai means of grace (alat anugrah yang spesial dalam Kristus). Orang yang banyak berdoa akan menerima banyak hal yang khusus dan spesial dari Tuhan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah berdoa, tidak  akan menerima hal yang spesial. Setelah berdoa selama bertahun-tahun, Hana dan Penina dikaruniai seorang anak bernama Samuel yang akan mengurapi 2 raja yaitu Raja Saul dan raja terbesar dari bangsa Israel, Raja Daud. Tuhan Yesus mengajarkan agar semua orang Kristen berdoa dengan tidak jemu-jemu. Amin.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar