Selasa, 29 Juli 2014

PESAN TERAHIR YOSUA

Pesan Terakhir Yosua

 ====================
"Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN."


 Jika hidup tengah berada di saat-saat terakhir, biasanya orang akan menyampaikan pesan yang ia anggap terpenting karena ia tidak lagi punya waktu untuk berpesan panjang-panjang. Itulah sebabnya selama masih ada kesempatan, pesan terakhir dari orang sedang menjelang ajal menjadi sangat penting untuk diingat oleh pasangan, anak-anak atau anggota keluarga terdekat lainnya. Kakek saya meninggalkan pesan secara khusus kepada saya sebelum ia jatuh koma dan kemudian meninggal beberapa jam sesudahnya. Ia meminta saya untuk menjaga kerukunan keluarga besar dari ayah saya, mengingatkan meski banyak perbedaan disana, tapi semuanya harus tetap bersatu dan rukun. Ibu saya memberi pesan terakhir agar saya tetap akur dengan adik saya. Kedua pesan terakhir ini sampai hari ini masih saya pegang teguh sebagai amanah yang tidak boleh saya langgar, apapun alasannya. Mengapa? Karena saya menganggap pesan terakhir sebagai sesuatu yang dianggap sangat penting oleh kedua orang yang sangat saya sayangi ini.

 Hari ini mari kita melihat pesan terakhir dari Yosua. Yosua punya sejarah hidup yang sangat menarik untuk disimak. Penuh warna, penuh petualangan dengan beragam pengalaman sejak masa mudanya yang akhirnya membentuk karakter Yosua secara luar biasa. Yosua pernah di utus sebagai satu dari selusin mata-mata yang dikirim untuk mengintai kondisi tanah yang dijanjikan Tuhan selama 40 hari. (Bilangan 13:8,16). Sekembalinya, ia adalah satu dari dua orang bersama Kaleb yang membawa hasil pengamatan positif, bukan berdasarkan apa yang ia lihat tapi semata-mata karena mempergunakan mata iman yang percaya kepada janji Tuhan. Ia juga pernah mengalami masa sebagai prajurit perang yang gagah berani menghadapi orang Amalek (Keluaran 17:8-16). Yang tidak kalah menariknya adalah saat Yosua masih muda sebagai abdi Musa, yang mengikuti kemanapun Musa pergi selama masa perjalanan di padang gurun. Pengalaman menariknya hadir pada suatu kali ketika ia menyertai Musa untuk bertemu dengan Tuhan di atas gunung Sinai. Bukan para tua-tua yang dibawa Musa ke atas, tetapi justru Yosua muda lah yang ia bawa. (Keluaran 24:12-14). Disana Yosua mengalami sebuah pengalaman yang luar biasa. Alkitab mencatat: "Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu." (33:11). Mengapa Yosua? Saya yakin Tuhan sejak semula mempersiapkan Yosua untuk menerima tanggungjawab berat kelak menggantikan Musa. Menyaksikan kemuliaan Tuhan secara langsung seperti itu ternyata sangatlah berkesan baginya, sampai-sampai ia dikatakan tidak mau beranjak keluar dari kemah yang penuh hadirat Tuhan. Maka selanjutnya kita menyaksikan bahwa ia diangkat Tuhan untuk menggantikan Musa dan memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. "Kepada Yosua bin Nun diberi-Nya perintah, firman-Nya: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan membawa orang Israel ke negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada mereka, dan Aku akan menyertai engkau."(Ulangan 31:23).

 Petualangan yang panjang penuh pengalaman mengesankan mengisi buku sejarah hidup Yosua dengan sangat indah. Akhirnya dalam Yosua pasal 24 kita bertemu dengan Yosua di penghujung hidupnya. Saat itu ia sudah berumur lebih dari seratus tahun. Ia tahu bahwa sisa umurnya tidaklah lama lagi, maka ia menganggap bahwa saat untuk menyampaikan pesan terakhirnya pun sudah tiba. "Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah." (Yosua 24:1). Sikhem merupakan tempat yang penuh makna bagi bangsa Israel baik dalam kisah Abraham, Yakub dan sebagainya. Maka tepatlah jika sebuah tempat yang bersejarah ini dipakai oleh Yosua untuk menyampaikan pesan terakhirnya sekaligus memperbaharui perjanjian antara bangsa Israel dengan Tuhan. Melihat sepak terjang Yosua sejak masa mudanya hingga di penghujung hidup, tentu ada banyak yang bisa diceritakan oleh Yosua sebagai pesan maupun peringatan bagi bangsa Israel bagaimana mereka harus hidup setelah ia mangkat. Ada begitu banyak pesan penting yang bisa ia sampaikan, tetapi sebagaimana pentingnya sebuah pesan terakhir, Yosua mengambil sebuah kalimat yang singkat sebagai rangkuman dari sejarahnya yang sangat berharga untuk dibagikan. Pengalaman yang membawa keteladanan dirangkum dalam satu kesimpulan untuk disampaikan sebagai amanah yang harus dicamkan oleh bangsa Israel. Inilah yang dikatakan Yosua. "Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN." (Yosua 24:14). Itulah bunyi pesan terakhir sebagai rangkuman atau kesimpulan dari segala pengalaman hidupnya.

 Ada tiga pesan yang ia sampaikan yaitu:
 1. Takutlah akan Tuhan,
 2. beribadahlah kepada tuhan dengan (a). tulus, (b). iklas dan (c). setia, dan
 3. jangan menyembah allah-allah lain melainkan kepada Tuhan saja.
 Tiga pesan yang teramat penting hadir sebagai peringatan yang didasarkan pada pengalaman hidupnya yang luar biasa


Dalam hidup kita akan selalu berhadapan dengan pilihan-pilihan dan akan selalu bertemu dengan saat-saat dimana kita harus mengambil keputusan demi keputusan. Tuhan sendiri tidak menciptakan kita sebagai robot-robot atau bagai boneka yang diikat dengan tali. Itu bukanlah kehendakNya, karena Dia ingin menciptakan kita menurut gambar dan rupaNya dengan kemampuan untuk mengambil keputusan yang baik serta bijaksana, agar kita tampil bukan sebagai mahluk tak berjiwa tapi bisa menjadi anak-anakNya yang mampu berinteraksi secara intim denganNya. Tuhan memberikan kita kehendak bebas, dan disana jelas diperlukan kemampuan untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar dalam setiap langkah. Apakah kita mau mendengar dan menuruti serta melakukan FirmanNya, sesuai dengan kehendakNya agar bisa menuai janji-janjiNya termasuk keselamatan yang telah Dia anugerahkan lewat Kristus atau kita memilih untuk mengabaikan semuanya dan lebih suka untuk masuk ke dalam tempat yang sangat berbanding terbalik dengan Surga yang penuh kemuliaan Tuhan.

 Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada langkah selanjutnya. Hidup sesungguhnya merupakan rangkaian sekuens yang saling tersambung satu sama lain. Secara garis besar ada dua pilihan yang bisa kita pilih, apakah berkat atau kutuk seperti dalam Ulangan 28. Ayat 1-14 berisi janji berkat, sementara ayat 15-46 berisi kutuk. Karena semuanya sudah dituliskan dengan terperinci, pilihan mana yang akan mengarah kepada salah satunya, dan apa saja yang akan terjadi apabila kita memilih satu diantaranya, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk mengatakan kita tidak tahu atau tidak peduli.

 Rangkaian kotbah terakhir Musa sebelum digantikan Yosua pun mengingatkan: "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan." (Ulangan 30:15). Lalu selanjutnya ia berpesan: "Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub..." (ay 19-20). Kelak Yosua pun mengingatkan lagi soal pilihan ini. "Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini." (Yosua 24:15a). Sekali lagi, life is full of choices and needs our ability to make good decisions. Tapi bagi Yosua dan keluarganya, beribadah kepada Tuhan merupakan hal yang tidak bisa ditawar lagi. Yosua mengambil pilihan itu. Itu tergambar dari seluruh perjalanan hidupnya dan itulah yang ia sampaikan sebagai kesaksiannya kepada bangsa Israel sebelum ia dipanggil Tuhan. "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (ay 15b).

 Berdasarkan pengalaman hidupnya, Yosua menyampaikan kunci keberhasilan dalam menjalani hidup. Ia sudah membuktikan sendiri bagaimana iman yang percaya penuh pada Tuhan mampu membawanya satu kemenangan kepada kemenangan lain. Ia sudah menunjukkan betapa hebatnya dikala Tuhan ada bersama kita, berdiri di pihak kita. Pesan terakhir merupakan sesuatu yang dianggap terpenting untuk disampaikan, dan Yosua menyampaikan hal yang sangat penting agar kita bisa menuai keberhasilan demi keberhasilan dalam hidup kita. Takutlah akan Tuhan, beribadahlah dengan tulus, ikhlas dan setia, dan jauhilah allah-allah lain, bukan saja terhadap kuasa-kuasa kegelapan yang menawarkan berbagai hal instan yang bisa terlihat seolah menjanjikan pertolongan, tetapi juga hal-hal duniawi yang sepintas terlihat memuaskan keinginan daging tapi mengarah kepada datangnya kebinasaan bagi kita. Yosua telah menyampaikan sebuah amanah yang akan membawa kita ke dalam kemenangan hingga garis akhir, tergantung kita apakah kita mau mendengarnya atau tidak.

Pesan terakhir Yosua berisi kunci yang membawa keberhasilan dalam hidup kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar