Rabu, 02 Juli 2014

IMAN DAN PERBUATAN



 Menyempurnakan Iman dengan Perbuatan


====================
"Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."

Tidak satupun dari kita yang menyangkal bahwa iman akan sangat menentukan seperti apa bentuk, wujud dan arah dari sebuah perjalanan hidup. Meski Yesus sudah berkata bahwa iman sebesar biji sesawi saja sudah mampu mendatangkan hal-hal besar yang ajaib, ukuran seperti itu masih terbilang sulit untuk dikejar oleh sebagian besar manusia. Kita sudah tahu bagaimana cara untuk memperoleh iman seperti yang bisa dibaca dalam Roma 10:17 "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus", tapi banyak orang yang tidak memikirkan pentingnya untuk mempergunakan iman secara nyata dalam kehidupannya. Mengaku beriman pada Yesus, tapi masih saja hidupnya dipenuhi ketakutan, kecemasan atau kekuatiran. Sedikit-sedikit takut, berada di tempat gelap takut, mendengar cerita seram takut, hidup goncang sedikit langsung galau seperti layangan putus melayang tak tentu arah. Hidup bagai tak punya pegangan dan harapan, putus asa mewarnai perasaan sehari-hari. Belajar agar bisa memiliki iman itu satu hal, tapi mau mempergunakannya itu hal lain. Seandainya anda punya sebuah baju yang bisa membuat anda tampil elegan dan indah, tapi itu hanya anda letakkan pada lemari terkunci tanpa anda pakai, apakah baju itu mampu mendatangkan kebaikan bagi anda? Seperti itu pula iman yang hanya diparkir, sekedar diketahui bahwa iman itu ada tapi tidak pernah diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, maka iman itu tidak akan membawa manfaat apa-apa meski kita tahu bahwa hidup yang memiliki iman akan jauh lebih kuat alias tidak gampang goyah dan akan menghindari kita dari kehilangan sukacita, terutama akan membuat kita bisa berjalan ke arah yang benar sampai garis akhir. Sekedar mengaku beriman itu tidaklah cukup. Jadi setelah kita tahu dari mana iman itu timbul, langkah seharusnya yang tidak boleh terabaikan adalah mempergunakannya secara nyata dalam setiap langkah kehidupan kita.

Akan hal iman yang diaplikasikan dalam bentuk perbuatan nyata, kita bisa belajar dari Rahab yang tertulis dalam bagian mengenai Pengintai-pengintai di Yerikho pada Yosua 2:1-24. Rahab tadinya adalah seorang wanita penghibur tinggal di balik tembok tebal menjulang kota Yerikho. Pada suatu hari Yosua melepas dua orang pengintai untuk mengamati kota Yerikho. Kedua pengintai ini pun kemudian bertemu dengan Rahab disana. Pada saat itu kedatangan mereka untuk memata-matai kota itu ternyata didengar oleh Raja Yerikho. Raja segera mengirimkan utusannya untuk menggeledah rumah Rahab yang disinyalir sebagai tempat persembunyian para pengintai itu. Akan sangat mudah bagi Rahab untuk membiarkan saja kedua mata-mata itu ditangkap. Toh ia tidak kenal mereka sebelumnya dan dengan menolong kedua orang ini ia bisa dihukum mati. Tapi ternyata Rahab memutuskan untuk menyembunyikan kedua pengintai itu di atas sotoh rumahnya, dan akhirnya kedua pengintai ini selamat dari tangkapan. Ini sebuah tindakan yang beresiko, tetapi Rahab berani melakukannya.

Apa yang membuat Rahab berani melakukan itu? Apakah karena nekad atau malah cari mati? Tentu tidak. Alasannya disebutkan dalam perikop ini, yaitu karena Rahab telah atau pernah mendengar bagaimana besarnya kuasa Tuhan bangsa Israel. (ay 9-11). Rahab bisa percaya meski ia tidak melihat langsung kuasa Tuhan ketika membelah laut Teberau dan bagaimana penyertaan Tuhan memampukan bangsa Israel untuk terus memperoleh kemenangan demi kemenangan dalam peperangan. Tapi lewat pendengarannya akan besarnya kuasa Tuhan, imannya sudah terbentuk dengan baik. Tapi meski imannya tumbuh, itu tidak akan berarti kalau dia tidak mempergunakan itu secara nyata dalam hidupnya. Meski Rahab tidak mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya, bisa saja ia ketahuan dan kemudian dibunuh, atau bahkan ia bisa saja nanti dibunuh oleh bangsa Israel saat mereka berhasil memasuki wilayah Yerikho, Rahab percaya bahwa para pengintai itu yang masuk dengan penyertaan Tuhan akan menyelamatkan dirinya beserta keluarganya.

Dan itulah yang sesungguhnya terjadi. Dalam Yosua pasal 6 kita bisa melihat bahwa Rahab dan keluarganya akhirnya selamat. "Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25). Ternyata iman yang ia aplikasikan secara nyata membawa keselamatan baginya. Tidak hanya itu, Rahab kemudian mendapat sebuah anugerah yang sangat besar karena di kemudian hari kita mendapati ternyata namanya tertulis dalam silsilah Yesus. (Matius 1:5).

Semuanya berawal dari keputusannya untuk menyelamatkan para pengintai. Apa yang ditunjukkan oleh Rahab adalah sebuah bentuk iman yang disertai perbuatan nyata. Ia mendasari keputusannya karena percaya kepada Tuhan yang ia dengar. Ia tidak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya, tetapi ia percaya. Itulah sebuah iman, dan Rahab memilikinya. Penulis Ibrani pun kemudian mencantumkan Rahab dalam kelompok saksi-saksi iman bersama dengan tokoh-tokoh besar seperti Musa, Abraham, Yusuf, Daud dan lainnya. "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik." (ay 31).

Perhatikanlah kisah Rahab di atas, maka kita akan mampu melihat bahwa iman Rahab itu menjadi sempurna karena disertai dengan perbuatan. Rahab tidak berhenti hanya kepada percaya saja, tetapi ia pun mengaplikasikannya dalam tindakan secara langsung dalam bentuk ril. Kelak Yakobus menuliskan kembali sejarah Rahab ini dalam hubungannya dengan iman yang disusul perbuatan nyata.  "Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?" (Yakobus 2:25). Iman Rahab bukanlah iman yang kosong. Iman yang dimilikinya adalah iman yang disertai perbuatan. Jadi jelaslah bahwa sekedar mengaku beriman saja tidak cukup, seperti apa yang dikatakan Yakobus  "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman." (ay 24).

Iman haruslah disertai dengan perbuatan, karena hanya lewat perbuatanlah iman itu kemudian disempurnakan. "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (ay 22). Tanpa perbuatan, iman dikatakan kosong (ay 20), bahkan pada hakekatnya adalah mati (ay 17). Yakobus tahu betul pentingnya perbuatan nyata yang menyertai iman. Ia bahkan berkata: "Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." (ay 18).Lewat pekerjaan-pekerjaan pelayanannya yang serius dan ketaatannya, Yakobus siap menunjukkan seperti apa bentuk iman yang seharusnya, yang disertai dengan tindakan-tindakan secara langsung dalam hidup. "

Dari kisah Rahab kita bisa belajar mengenai hal ini, sebab hanya karena perbuatannya nyata yang mengikuti imannya-lah ia dibenarkan. Ada keterkaitan erat atau sambungan yang tak terpisahkan antara iman dan perbuatan nyata. Keduanya harus bekerjasama agar bisa menjadi sempurna. Ketika kita menghadapi hari-hari yang sulit hari ini, mampukah kita mengaplikasikan iman kita dengan sebentuk perbuatan nyata seperti halnya yang dilakukan Rahab? Mampukah kita terus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati kita meski apa yang sedang kita hadapi hari ini seolah belum mengarah kepada jalan keluar? Mampukah kita tetap bersukacita dan percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan solusi meski kita belum melihat apa-apa saat ini? Jangan berpuas diri hanya pada pengakuan bahwa kita beriman, tetapi sertailah dengan perbuatan dan sikap diri kita ketika menghadapi kesulitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar