Rabu, 07 Mei 2014

HIDUP DALAM KUASA KEBANGKITAN KRISTUS





“...supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. “ (Roma 6:3-5)


WARISAN KUASA KEBANGKITAN

Hari Raya Paskah baru saja kita lewati. Kebangkitan Tuhan Yesus disaksikan oleh para murid yang dikunjungi-Nya berulang kali dalam kurun waktu 40 hari sebelum kenaikan-Nya ke Surga. Kebangkitan Tuhan Yesus TELAH mewariskan kuasa kebangkitan kepada kita. Yesus telah bangkit, jadi kitapun harus bangkit. Kuasa  yang membangkitkan-Nya dari kematian, menjadi kuasa yang bekerja di dalam kita. Kemuliaan yang mengangkat Yesus naik ke surga menjadi kemuliaan yang menaungi kita.


Secara hak, semua itu sudah menjadi milik kita, namun untuk mewujudkan kebenaran itu sebagai pengalaman yang nyata, kita harus melangkah bersama-Nya mengikuti tuntunan-Nya. Inilah yang firman Tuhan katakan: “Supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa (kuasa kebangkitan-Nya), demikian jugalah kita akan hidup dalam hidup yang baru.”

Apakah yang kita tangkap dari keinginan Tuhan dalam ayat tersebut? Apakah kita setuju dengan keinginan-Nya ini? Apakah kita sungguh-sungguh menginginkan hal ini terjadi atas hidup kita? Bahwa hidup kita senantiasa berada di dalam kuasa kebangkitan Yesus, sehingga sama seperti Kristus ...... oleh kemuliaan Bapa, kita juga sekarang hidup oleh kuasa yang sama. Ketika rasul Paulus mengatakan: “supaya…..,” itu artinya manifestasinya memang belum langsung terjadi, namun praktis dapat segera terjadi. Kuasa kebangkitan Yesus menjadi kenyataan praktek hidup kita setiap hari. Karena itu kita harus memutuskan untuk setuju, mengikuti tuntunan-Nya, dan melangkah di dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan.


                                                          SETELAH KRISTUS BANGKIT

Kristus dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa. Itulah yang telah terjadi, dan hal itulah yang Tuhan wariskan agar menjadi pengalaman kita.  Apakah yang firman Tuhan katakan mengenai kebangkitan Yesus?

“Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.” (Roma 6:9,10).

“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” (Wahyu 3:21). Kebenaran-kebenaran apakah yang terkandung di dalamnya? Renungkanlah fakta kebangkitan Tuhan Yesus ini:
•   Kematian tidak berkuasa atas diri-Nya.
•   Berada dalam alam kemuliaan surgawi.
•   Sebagai Pribadi yang telah menaklukkan iblis secara mutlak.
•   Sebagai pemegang otoritas atas segala yang ada.
•   Menantikan kepenuhan saatnya; bahwa segala yang ada di bumi akan  bertekuk lutut di hadapan-Nya, mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan. Sebagai Raja segala raja, Dia akan  mengajak kita, orang-orang yang mengasihi-Nya dengan murni, untuk memerintah bersama dengan-Nya.

Sebagaimana Kristus telah bangkit, demikianlah sekarang kita hidup di dalam Dia. Camkan kembali firman-Nya: “Supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian jugalah kita akan hidup dalam hidup yang baru. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. …. Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (Roma 6:8,11).


                                                                 MATI BERSAMA KRISTUS

Kristus telah bangkit, kitapun harus bangkit. Karena itu kita harus mengerti prinsip yang berlangsung di dalamnya: tidak ada kebangkitan tanpa kematian. Kuasa kebangkitan adalah hasil yang diraih, namun kematian oleh salib adalah benih yang harus ditabur terlebih dahulu. Sebelum mengalami kuasa kebangkitan, kita harus mengalami salib. Ketika kita ada di dalam Kristus, memang sesungguhnya kita dipersatukan dengan kematian-Nya. Namun untuk melihat manifestasi kuasa kebangkitan nyata di dalam kita, kita harus dipersatukan dengan pengalaman kematian Kristus itu terlebih dahulu.  Kita mengalami dan merasakan salib seperti  Yesus.

Apakah yang firman Tuhan katakan mengenai hal ini? 

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, ….” (Roma 6: 3,5,8).

Kata-kata: “Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya...” bukan hanya sebagai pengetahuan teori atau sekedar pengakuan iman, melainkan kita merelakan diri kita untuk mengalami dan merasakannya dalam hidup kita. Kita masuk ke dalam pengalaman yang kongkrit kenyataan pengalaman salib.

Yesus berkata: “....Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”  (Matius 16:24,25).

Kepenuhan manifestasi kuasa kebangkitan adalah sejajar dengan pengalaman kematian Yesus di dalam kita. Kita harus melewati tahapan kematian ego manusia lama,seperti tahap kematian Kristus, supaya lewat kematian manusia lama, kebangkitan yang sama dengan kebangkitan Yesus terwujud. Itulah yang Paulus inginkan, yaitu 

“mengenal kuasa kebangkitan-Nya dan dipersatukan dengan kematian Kristus.” (Filipi 3: 10).

Apakah yang terjadi ketika kuasa salib mematikan tubuh dosa kita? Sebagaimana Yesus mengalaminya sejak di Taman Getsemani, kitapun dibawa untuk mengalami hal yang serupa. Kejadian yang berikut ini  adalah pengalaman salib yang mungkin akan kita alami:
•      Sebagai orang yang benar, tidak melakukan kejahatan apapun, namun divonis sebagai yang jahat.
•      Mengalami perlakuan tidak adil: dipersalahkan dan dijadikan korban akibat kepentingan orang lain.
•      Tertolak dan terkucil sendirian, dan tidak ada orang yang peduli.
•      Dipandang seperti orang berdosa/hina dan dihindari orang.
•      “Dipenjara” dan direndahkan, padahal sudah setia melakukan kewajiban.
•      Dalam ijin Tuhan “menjadi bangkrut” sehingga merasa lemah dan miskin.

Apakah Anda pernah berada di posisi seperti ini? Yesus telah melewati semua itu.


                                              SIKAP YANG BENAR

Apakah yang harus kita lakukan pada saat mengalami salib? Deklarasikan kata sepakat kepada Tuhan setiap kali kita harus mengalami yang serupa dengan salib Kristus. Katakan: “Aku berserah dalam ketidak-mengertianku, kehendak-Mu-lah yang jadi, rancangan-Mu-lah yang terwujud dalamku.” Bahkan Paulus memberi teladan didalam ia menginginkan agar  ‘dipersatukan dengan kematian Kristus’ itu menjadi pengalamannya. Ketika merelakan salib dan sepakat dengan apa yang Tuhan izinkan “menimpa” hidup kita, maka tahapan itu akan cepat kita lalui. Kita akan lebih cepat menyelesaikan ujian dan proses yang harus kita jalani.

Ketika salib sedang berproses atas kita, posisikan diri sebagai sebagai orang yang telah memiliki kuasa kebangkitan, yaitu keyakinan bahwa kita pasti bangkit kembali. Kita menyikapinya dengan memuliakan Tuhan dan mengikatkan diri kepada target Tuhan. Reaksi natural kita biasanya terkejut, takut, malu, bertanya-tanya, mencari pembenaran diri, mencari orang yang mau membela kita, mengasihani diri, dan semacamnya. Jangan tenggelam dalam reaksi manusiawi yang menuntut keadilan dan merasa menjadi korban. Kita melepaskan hak kita seperti respon Yesus terhadap proses penyaliban-Nya. Karena itu, sebagaimana Kristus telah bangkit, kitapun pasti akan bangkit. Muliakan Tuhan dalam keadaan apapun yang menimpa kita. Pujilah Tuhan atas kesetiaan-Nya. Apa yang Tuhan inginkan untuk terjadi sebagai hasilnya, seharusnya menjadi fokus dan target yang harus kita kejar saat mengalami salib. Melewati salib, kita diubah jadi emas murni. Kita harus menanggapi dipersatukan dengan kematian Kristus ini dengan sikap minta dibersihkan dari 3 hal yang mendasar: akar cinta uang, mementingkan kepentingan diri sendiri, dan kesombongan yang tersembunyi.

Sebagaimana Ayub, ketika melewati masa “salib”nya, dia memutuskan menjadi emas murni:

“Karena Ia tahu jalan hidupku;  seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.” (Ayub 23:10,11).

Ketika telah menjadi emas murni, maka kita akan mencintai Tuhan dengan hati yang murni, tidak ada lagi sisa cinta uang. Urusan uang tidak akan mengganggu apapun di dalam kita. Kita  menjadi orang yang mengejar kepentingan Tuhan, bukan kepentingan diri sendiri. Perasaan Tuhan dan pandangan Tuhan menjadi yang lebih utama. Kita tidak sibuk memikirkan dan mempertahankan harga diri kita, melainkan menjadi rendah hati, rela ditegur, mudah bertobat, dan peka terhadap godaan untuk menyombongkan diri. Inilah emas murni yang Tuhan cari dari hati kita. Kuasa salib mengubah kita menjadi emas murni.


                                                                       KEBANGKITAN SETELAH SALIB

Kuasa kebangkitan-Nya membuat kita selalu memiliki keberanian dan pengharapan bahwa kita pasti bangkit kembali. Ketika kita mengalami salib, maka kita pasti akan mengalami kuasa kebangkitan. “Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Pengalaman salib seringkali membuat kita merasa direndahkan seperti ulat atau cacing. Ketika Tuhan “melemahkan” kita menjadi cacing Yakub atau ulat Israel, maka di dalamnya terkandung persiapan untuk bangkit kembali menjadi alat Tuhan yang penuh kuasa: yaitu menjadi papan pengirik yang baru untuk mengirik gunung dan membuat gunung batu yang menghambat kita hancur menjadi seperti sekam yang terhambur. Yang lemah dan tak berdaya, oleh kuasa kebangkitan Kristus - dibalikkan menjadi penuh kuasa dan kemenangan yang gemilang.

“Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah yang menolong engkau, .... Sesungguhnya, Aku membuat engkau menjadi papan pengirik yang tajam dan baru, dengan gigi dua jajar; engkau akan mengirik gunung-gunung dan menghancurkannya, dan bukit-bukit pun akan kaubuat seperti sekam. Engkau akan menampi mereka, lalu angin akan menerbangkan mereka, dan badai akan menyerakkan mereka. Tetapi engkau ini akan bersorak-sorak di dalam Tuhan dan bermegah di dalam Yang Mahakudus, Allah Israel.” (Yesaya 41:14-16).

Apapun yang sedang kita alami, kuasa kebangkitan sudah ada di dalam kita. Muliakanlah Tuhan dengan apapun yang terjadi atas hidup kita. Orang yang bersemangat memuliakan Allah akan segera melihat manifestasi kemuliaan Allah. Keduanya harus lengkap kita alami: Kematian oleh salib, dan pengalaman manifestasi kebangkitan Krisus. Ketika kuasa kebangkitan-Nya menjadi hidup kita, kuasa itulah yang menopang sehingga kita menjadi berani (seperti Kristus berani) melakukan apa yang orang lain takuti. Kita bisa membuang dan menanggalkan (seperti Kristus menanggalkan) apa yang orang lain pertahankan mati-matian. Kuasa kebangkitan Kristus menjadikan kita berotoritas di bumi untuk mengeksekusikan kuasa kebangkitan-Nya

. “Dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, ....membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang.” (Efesus 1:19-21).

Kuasa-Nya yang telah bekerja membangkitkan Kristus dari antara orang mati itu disediakan bagi kita yang percaya. Betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya. Kristus telah bangkit, kita juga bangkit. Hiduplah senantiasa dalam kuasa kebangkitan-Nya. Amin! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar