Sabtu, 26 April 2014

KEBENARAN BAGI DUNIA


Pertumbuhan Jemaat Yang Mula-mula

Ketika gereja berdiri pada Hari Pentakosta (Kisah Rasul 2), Petrus memberitakan Kristus sebagai Tuhan yang telah bangkit. Dia memberitahu seisi rumah Israel, “.... bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan, dan Kristus” (Kisah Rasul 2:36). Orang-orang yang mendengar saat itu menjadi pedih hatinya dan bertanya, “Apa yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Petrus kemudian menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Tiga ribu jiwa mentaati Injil pada hari itu (Kisah Rasul 2:41), kemudian jumlah laki-laki menjadi kira-kira lima ribu jiwa (Kisah Rasul 4:4). Orang-orang percaya lebih banyak lagi ditambahkan kepada Tuhan (Kisah Rasul 5:14) dan jumlah murid-murid itu berlipat kali ganda (Kisah Rasul 6:7). Jumlah murid-murid di Yerusalem pada saat itu, sebelum mereka tersebar ke berbagai tempat karena penganiayaan mungkin mencapai antara dua puluh ribu sampai dua puluh lima ribu jiwa.
Oleh karena jemaat di Yerusalem ini adalah jemaat yang mula-mula, maka kita dapat belajar dari pertumbuhan mereka yang mengagumkan serta melihat beberapa karakteristik mereka.

Mengapa Gereja Yang Mula-mula Ini Bertumbuh?

1. Ketekunan

“Mereka bertekun” (Kisah Rasul 2:42). Ekspresi ini menunjukkan daya tahan dan kegigihan. Salah satu penghalang bagi kemajuan jemaat saat ini adalah status anggota yang “hidup, kemudian mati lagi.” Beberapa anggota rajin untuk sesaat, kemudian mereka kehilangan minat. Salah satu kebutuhan gereja yang terbesar saat ini adalah ketekunan.

2. Kesetiaan

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.” Bukan saja penting bagi murid-murid yang mula-mula itu untuk bertekun, tetapi juga penting bagaimana mereka bertekun. Mereka setia dalam doktrin (pengajaran). Paulus menasihati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu, bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1 Timotius 4:16). Gereja yang mula-mula itu menghargai kebenaran. Penekanan mereka atas pengajaran rasul-rasul tidak menghalangi mereka dari bertumbuh. Mereka mempertahankan keyakinan mereka, tetapi mereka tetap bertumbuh. Sangat disesalkan bahwa sebagian orang saat ini merasa bahwa jika kita memberitakan kebenaran, kita akan membuat orang pergi. Gereja abad pertama memberitakan kebenaran, dan jumlah murid-murid terus bertambah.

3. Kesatuan

“Kumpulan orang yang telah percaya itu sehati dan sejiwa...” (Kisah Rasul 4:32). Tujuan yang sama yang membuat murid-murid itu tetap bersama. Pujian yang tinggi harus diberikan bagi jemaat yang saat ini mempraktekkan “sehati dan sejiwa.” Tetapi di banyak tempat saat ini, kita menemukan perpecahan, bahkan di kalangan orang-orang setuju dalam hal doktrin, seringkali permasalahannya adalah disebabkan oleh perbuatan daging: kecemburuan, kedengkian, kemarahan dan kesombongan. Kita harus belajar menyisihkan sikap kedagingan ini dan meninggikan Kristus di atas segala-galanya, supaya kita “erat bersatu dan sehati sepikir” (1 Korintus 1:10). Ada sebagian saudara seiman menganggap kalau sebuah jemaat atau beberapa jemaat membentuk organisasi (untuk memenuhi ketentuan pemerintah) adalah membuat perpecahan. Ini pemikiran yang keliru!! Di luar negeri seperti di Amerika atau negara lainnya, masing-masing jemaat lokal itu “mendaftar sendiri” di pemerintahan dan ini sangat Alkitabiah, tetapi ini sulit dilakukan di Indonesia. Fungsi organisasi semacam ini hanya untuk memenuhi ketentuan perintah dan berfungsi sebagai jembatan antara jemaat-jemaat lokal dan pemerintah, namun perlu diingat bahwa yang mempersatukan umat beriman itu bukan “organisasinya” tapi imannya! Dapat saja umat Tuhan di Indonesia itu satu dalam organisasi namun kalau tidak ada kerja-sama dan tidak satu dalam iman itu tidak banyak manfaatnya. Sebaliknya dapat saja umat Tuhan di Indonesia masing-masing berdiri sendiri dan mendaftar sendiri tetapi ada kerja sama yang erat dan satu iman, maka akan besar manfaatnya bagi perkembangan umat Tuhan di Indonesia.

4. Kebajikan

Murid-murid itu murah hati satu sama lain: “...dan tidak seorangpun berkata bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri...” (Kisah Rasul 4:32). Lebih jauh lagi mereka melakukan perbuatan baik kepada semua orang di setiap kesempatan (Galatia 6:10; 2 Korintus 9:13).

5. Disiplin

Ketika Ananias dan istrinya Safira menjual harta milik mereka dan berbohong tentang hasil penjualannya, mereka mati dan dikuburkan (Kisah Rasul 5:1-10). Alkitab mengatakan bahwa “seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu menjadi sangat ketakutan” (Kisah Rasul 5:11). Kita mungkin berpikir bahwa semua orang akan takut kepada jemaat setelah itu, namun kita membaca lebih jauh bahwa, “makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Rasul 5:14). Kita kadang-kadang lupa bahwa rencana Tuhan itu berhasil. Disiplin harus dilaksanakan dengan nasihat dan jika perlu harus diadakan pemutusan persekutuan dari orang yang tidak berjalan dengan tertib (2 Tesalonika 3:6). Kita kadang-kadang segan untuk mempraktekkan disiplin seperti yang dilakukan pada abad pertama, padahal disiplin itu adalah unsur yang penting bagi pertumbuhan sebuah jemaat. Paling tidak ada 5 alasan mengapa disiplin itu penting: (1) Untuk mendemonstrasikan kepada dunia bahwa gereja tidak mentoleransi dosa; (2) Untuk memberi peringatan kepada anggota jemaat agar melawan dosa; (3) Untuk menjaga kemurnian jemaat; (4) Untuk memulihkan yang sesat; (5) Untuk mematuhi ajaran Alkitab.

6. Penekanan pada “setiap hari.”

Dengan bertekun dan sehati, mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran dan makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati” (Kisah Rasul 2:46). Murid-murid yang mula-mula itu melaksanakan iman mereka tiap-tiap hari. Seringkali kita hanya menjadi orang Kristen “hari Minggu” saja atau di “gedung gereja” saja. Kita menyamakan seluruh tanggung jawab kekristenan kita dengan menghadiri kebaktian Minggu atau setiap kali ada perhimpunan di gedung gereja. Murid-murid yang pertama ini tidak pernah lupa akan misi gereja “setiap hari mereka mengajar di bait Allah dan di rumah-rumah dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias” (Kisah Rasul 5:42).

7. Komitmen


Setelah rasul-rasul dihadapkan ke depan mahkamah agama dan diperintahkan untuk tidak berbicara dalam nama Yesus lagi, mereka dipukul dan kemudian dilepaskan. Kita tahu bahwa “rasul-rasul itu meninggalkan mahkamah agama dengan suka-cita, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus” (Kisah Rasul 5:41). Devosi seperti itu dimana mereka bersuka-cita bahwa mereka layak menderita, patut kita jadikan contoh komitmen terhadap kebenaran. Pantas mereka bertumbuh! Apakah jemaat dimana Anda berbakti mempraktekkan hal-hal di atas? Apakah jemaat dimana Anda berbakti dapat dijadikan “model” bagi jemaat-jemaat lainnya? Marilah kita mencontoh apa yang dilakukan oleh jemaat yang mula-mula agar kita dapat bertumbuh, semoga!

SEJARAH GEREJA MULA MULA




A. LATAR BELAKANG

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.


B. PERMULAAN GEREJA

Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.

Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).


1. Gereja Di Palestina

a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).


2. Gereja di luar Palestina

a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).



C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.


1. Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.

Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.


2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.

Beberapa penyebab penganiayaan:
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.


3. Hasil dari penganiayaan.

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.
a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).
b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup. 

   
 



Merdeka dlm Kristus

User avatar

LAHIRNYA JEMAAT KRISTEN



Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan seluruh dunia Romawi.

Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta - dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).

Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar.

Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka sendiri - dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir.

Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain- lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem.

Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan. Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).



Jemaat bertumbuh.


Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi.

Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi. 

   
 



Merdeka dlm Kristus

User avatar

GEREJA DI ANTIOKHIA



Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm. Di bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani, namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi kota yang terbesar setelah Roma dan Aleksandria.

Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas. Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22) tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama; sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa; ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan tugasnya di sana pada tahun 42.

Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua tahun di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika Bamabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya ada suatu kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa.

Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-bangsa lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam arti yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama tentang status umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas, Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-bangsa lain dan disebut-sebut dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul.

Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering diperdebatkan dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius, ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah satu-satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe (Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari gereja ini kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa sekarang.

Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan.

Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia (11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus, anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya (12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan gambaran sekilas tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja yang tetap setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir.

Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian ini. "Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa, dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herodian berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan memberikan arti yang menyanjung.


MISI KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN


Pada tahun 46 atau sekitarnya gereja di Antiokhia telah tumbuh menjadi suatu kelompok yang mantap dan aktif. Mereka memperdalam pengetahuannya tentang iman, reputasi mereka sudah tersohor di seluruh kota hingga mereka sudah dianggap sebagai suatu kelas tersendiri sebagai orang-orang Kristen, dan mereka mendukung suatu ekspedisi ke Yerusalem untuk menyampaikan sumbangan bagi mereka yang menderita karena kelaparan. Ketika mereka sedang menjalankan ibadah sebagaimana biasanya, datanglah panggilan untuk meng-"khususkan Barnabas dan Saulus" (13:2) untuk melakukan suatu tugas khusus. Untuk menaati perintah Roh Kudus, gereja mengkhususkan kedua orang ini untuk menjalankan tugas yang baru dan mengutus mereka untuk menjalankan misinya.


Siprus


Tujuan pertama dari kegiatan mereka adalah Siprus, tempat asal Barnabas (4:36). Mungkin gereja mempunyai beberapa kepentingan di sana, karena "orang Siprus" (11:20) termasuk di antara mereka yang pertama-tama mengabarkan Injil di Antiokhia. Barnabas dan Saulus, disertai Yohanes Markus sebagai pembantu mereka, mengunjungi sinagoge-sinagoge dan memberitakan kabar baru di sana. Ketika berselisih dengan Elimas yang berusaha membelokkan iman gubernur, Paulus tampil ke depan. Karena ia tahu akan ilmu-ilmu setan yang dianut Elimas, Paulus mengecamnya di muka umum, dan mengutuknya. Gubernur terpesona melihat hukuman yang segera jatuh pada Elimas, dan "percaya" (13:12).

Tidak ada catatan statistik tentang hasil penginjilan di Siprus, tetapi ada suatu perubahan penting yang terjadi. Dalam Kisah Para Rasul 13:2 kelompok mereka disebut "Barnabas dan Saulus," yang menempatkan Barnabas pada posisi yang lebih menonjol sebagai penginjil yang lebih senior, dan menyebut Paulus dengan nama Yahudinya. Dalam Kisah Para Rasul 13:13 peristilahan yang dipakai berubah menjadi "Paulus dan kawan-kawannya," dengan menggunakan nama Yunani Paulus. Dari titik inilah di kisah ini Paulus menjadi tokoh yang paling menonjol. Pelayanan di Siprus mengungkapkan bakat kepemimpinan Paulus dan menempatkannya sebagai pemimpin misi dengan suara bulat.

Dalam periode yang sama ada dua peristiwa lain yang terjadi. Paulus meninggalkan Siprus dan pindah ke Asia Kecil, dan Yohanes Markus mengundurkan diri dari kelompok mereka serta kembali ke Yerusalem. Bagi Paulus ini adalah awal dari proyek penginjilan sedunia untuk mewartakan Injil ke wilayah-wilayah yang belum terjamah. Markus nampaknya seolah-olah telah menyimpang secara tidak benar dari suatu program yang sudah ditetapkan. Apakah ia merasa iri hati karena saudaranya, Barnabas, yang didudukkan di tempat kedua, atau ia merasa takut memasuki wilayah yang liar di pedalaman Asia Kecil, atau ia mempunyai perbedaan prinsip dengan Paulus, tidak pernah diceritakan. Yang jelas ia tidak mau melanjutkan perjalanannya lebih lanjut dan kembali pulang.


Antiokhia di Pisidia


Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip secara panjang lebar oleh Lukas (Kisah 13:16-43). Secara umum gaya pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan bangsa Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: "dari keturunannyalah sesuai dengan yang telah dijanjikannya, Allah telah membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus . . . " Pengembangan tema ini tidak jauh menyimpang dari khotbah-khotbah apostolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul terdahulu, tetapi ketika Paulus tiba pada puncak pidatonya ia mengemukakan suatu unsur yang baru:

Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa (Kisah 13:38-39).

Meskipun Petrus telah memaklumkan kebangkitan dan pengampunan dari dosa melalui Kristus (2:32, 36, 38; 3:15, 19; 5:30-31; 10:40, 43), baru pertama kali itulah ada orang mengatakan dengan jelas bahwa setiap orang dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya karena iman. Dibenarkan berarti dinyatakan benar, atau secara hukum dianggap benar. Jaminan akan keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman kepada . Allah, berarti hukum Taurat akan kehilangan artinya dan menjadi sia-sia.

Ini adalah suatu terobosan yang baru dan berani dalam kebenaran tentang Kristus.

Akibat dari pernyataan ini timbul dua macam reaksi. Di satu pihak ada tanggapan luar biasa atas pidato Paulus, karena "pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah" (13:44). Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang menentang mereka penuh dengan perasaan dengki hingga merasa iri hati dan memfitnah (13:45). Akhirnya Paulus menyatakan bahwa ia akan berpaling kepada bangsa-bangsa lain, yang sebagian daripadanya sudah menjadi percaya (13:48). Maka gereja yang baru di Antiokhia di Pisidia tidak berpusat pada orang-orang Yahudi melainkan pada orang-orang bukan Yahudi.


Ikonium, Listra, dan Derbe


Keadaan yang sama terjadi di kota Ikonium, yang terletak agak ke sebelah tenggara dari Antiokhia. Jemaat Kristen yang subur dibangun di dalam sinagoge, tetapi pertentangan pendapat begitu hebat hingga para pengkhotbah diusir dari kota dan bersembunyi di kota-kota sekitarnya, yaitu Listra dan Derbe.

Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yang memuja berhala. Imam dewa Zeus yang datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun ke bumi, dan mencoba untuk mempersembahkan kurban bagi mereka. Protes keras Paulus terhadap kesalahan ini, menimbulkan gagasan baru bagi metode pendekatannya ke dalam alam pemikiran kafir, yang buta terhadap Perjanjian Lama. Ia dan Barnabas berbicara tentang Allah yang esa yang memberikan "hujan dari langit dan ... musim-musim subur" (14:17), suatu titik pertemuan yang dapat diterima oleh para petani sederhana di kawasan itu apakah mereka mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau tidak.

Pelayanan mereka di Listra terputus oleh serangan mendadak dari orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokhia di Pisidia dan Ikonium, yang membujuk orang-orang yang kurang berpengetahuan dan mudah terpengaruh itu bahwa Paulus adalah seorang tukang propaganda yang berbahaya. Ia dilempari batu dan diseret ke luar kota seperti orang mati, tetapi ia sadar kembali lalu meninggalkan kota itu menuju ke Derbe untuk mengajar di sana. Setelah menghimpun sejumlah orang percaya di kota itu, Paulus dan Barnabas menoleh kembali kepada jejak-jejak yang mereka tinggalkan, untuk memperkokoh dan membenahi gereja- gereja yang telah mereka bangun. Mereka kembali ke Antiokhia Siria untuk melaporkan apa-apa yang telah diperbuat Allah bersama mereka, dan menunjukkan bagaimana " . . . ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman" (14:27).

Tidaklah berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa laporan perjalanan ini sangat penting. Hal ini membawa Paulus ke garis depan sebagai seorang pemimpin gereja, dan menyejajarkannya dengan para rasul (band. Galatia 2:7-9). Ia juga memberikan andil bagi pendidikan Yohanes Markus, meskipun nampaknya ia sudah membuat suatu kegagalan besar. Hubungan awal dengan Timotius mungkin terjadi selama perjalanan ini, karena Paulus berbicara tentang pengalamannya di kawasan ini ketika ia menulis kepada Timotius bertahun-tahun sesudahnya (2Timotius 3:11). Di atas segalanya, ia menandai suatu tolok ukur baru di dalam pemikiran teologis gereja, karena dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan ini lahirlah ajaran Paulus tentang pembenaran karena iman. 


PERANG MELAWAN IBLIS

edisi 26 April 2014 

Baca:  Matius 13:36-43

"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis."  Matius 13:39a

Iblis adalah musuh yang tidak kelihatan tapi ada di mana-mana di sekeliling manusia.  Iblis dan segala roh jahat yang ada di udara adalah musuh manusia yang  sangat luar biasa.  Rasul Paulus berkata,  "...perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."  (Efesus 6:12).

     Semua orang percaya terlibat dalam peperangan rohani ini.  Dalam aksinya Iblis terus berusaha untuk menabur benih-benih negatif, melemahkan, menjatuhkan dan menghancurkan umat Tuhan di segala sudut kehidupan.  Peperangan melawan Iblis dan pasukannya adalah peperangan yang paling berbahaya dan jauh lebih berat dari peperangan apa pun yang ada di dunia nyata.  Namun banyak orang Kristen yang tidak menyadarinya sehingga mereka tetap saja santai dalam menjalani kehidupan rohaninya:  berdoa ogah-ogahan, baca Alkitab malas, ibadah asal-asalah, melayani Tuhan pun enggan.  Jika demikian bagaimana mungkin kita bisa menang dalam peperangan ini?

     Kalau tidak hidup dalam pimpinan Roh Kudus, berjalan bersamaNya dan makin melekat kepada Tuhan, kita tidak akan tahan menghadapi gempuran-gempuran Iblis.  Kita akan terjebak dalam perangkap dan jeratnya sebab Iblis adalah penipu yang sangat licik,  "...ia adalah pendusta dan bapa segala dusta."  (Yohanes 8:44), yang bisa memakai topeng seperti malaikat terang, padahal ia  "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum..."  (1 Petrus 5:8).  Itulah sebabnya rasul Paulus tidak mau bermegah terhadap diri sendiri karena sadar bahwa ia banyak kelemahan dan keterbatasan.  "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan...Sebab jika aku lemah, maka aku kuat."  (2 Korintus 12:9b-10).  Kepada siapa seharusnya kita bermegah?  "...kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."  (Mazmur 20:8).

Hanya dengan kuasa Roh Kudus yang ada di dalam kita dan di dalam nama Tuhan Yesus kita dapat mengusir Iblis dan mengalahkannya.  "...dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,  (Filipi 2:10).

Kamis, 24 April 2014

TINJAUAN ALKITABIAH TENTANG ''KEPENUHAN ROH KUDUS ''


TINJAUAN ALKITABIAH TENTANG “KEPENUHAN ROH KUDUS

Subyek tentang pribadi dan karya Roh Kudus adalah hal yang menarik untuk didiskusikan. Secara khusus tentang tanda yang akan muncul ketika orang percaya dipenuhi Roh Kudus, banyak dibahas dan diperdebatkan. Ada kelompok yang menekankan jika seseorang dipenuhi Roh Kudus akan menyatakan tanda-tanda tertentu seperti : Berbahasa Roh, ekstase, bernubuat, menari, mendapat penglihatan dan tanda-dtanda heran yang lainnya. Tetapi, ada pendapat yang mengatakan bahwa kepenuhan Roh Kudus tidak ditentukan oleh tanda-tanda tersebut; orang bisa saja dipenuhi Roh Kudus tanpa harus menyatakan mainfestasi yang seperti disebut sebelumnya. Lalu, bagaimanakah sebenarnya Alkitab sendiri menjelaskan tentang hal ini? berikut akan dibahas tentang topik ini berdasarkan penelusuran teks-teks dalam Alkitab sendiri.

Siapakah Roh Kudus?
       Saksi Yehova mengganggap Roh kudus sebagai energi, kuasa, kemampuan Allah

       Alkitab mencatat jika Roh Kudus adalah Oknum yang berkepribadian
      Menyelidiki segala sesuatu (1 Kor. 2:10)
      Berpengetahuan (1 Kor. 2:11)
      Memiliki pikiran (Rm. 8:27)
      Memiliki emosi (Ef. 4:30)
      Berkehendak (Kis. 16:6)
       Roh Kudus adalah salah satu pribadi dari Allah Tunggal Tri (dari atribut-atribut-Nya: Mahatahu, Mahakuasa, Mahahadir, Kekal, Kudus, dsb).

Roh Kudus Memenuhi Orang Percaya
       Dalam Perjanjian Lama
      Kej. 41: 38-39 à “. . . Penuh dengan Roh Allah . . berakal budi dan bijaksana.”
      Kel. 31:3, 35 à “. . . Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan . . .”
      Bil 24:2-3 à “. . . maka Roh Allah menghinggapi dia. Lalu diucapkannyalah sanjaknya . . .”
      Hak 3:10 à “. . . Roh TUHAN menghinggapi dia . . .”
      1 Sam. 10:10-11 à  “. . . Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi . . . Ia bernubuat.”
      1 Sam. 11:6 à “. . . maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat. (Memampukan Saul menjadi pemimpin)
      Hak 11: 29 à “Roh TUHAN menghinggapi Yefta”
      1 Sam 16:14 à “. . . Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul,
      1 Sam. 19:20 à “. . . Roh Allah hinggap pada orang-orang suruhan Saul, sehingga mereka pun kepenuhan seperti nabi.”
      1 Sam 19:23 à  pada dia pun hinggaplah Roh Allah, dan selama ia melanjutkan perjalanannya ia kepenuhan seperti nabi . . . Ia rebah terhantar dengan telanjang sehari-harian dan semalam-malaman itu”
      2 Taw. 15:1 à Azarya bin Oded dihinggapi Roh Allah.
      2 Taw 24:20 à “. . . Roh Allah menguasai Zakharia,”

Kesimpulan
Dalam PL, Roh Kudus berkarya secara temporal terhadap seseorang (kata MENGHINGGAPI, MENGUASAI, MELIPUTI). Dalam PL Roh Kudus berkarya dalam bentuk :
       Memberikan akal budi & kebijaksanaan (Yusuf)
       Memberi keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam tanggung jawab pelayanan (Pelayan Kemah Suci)
       Memberi kapasitas lebih menjadi pembebas Israel (Hakim)
       Memberi karunia bernubuat & tanda-tanda kenabian (ekstase) karena pada waktu itu belum ada Firman tertulis, jadi Firman Allah di sampaikan melalui nabi dan kemudian dibukukan.
       Dalam PB
      Luk. 22, 23, à “turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya . . . turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya.” (menyatakan secara defacto pelayanan Yesus dimulai)
      Kis. 2: 1-13 à “Ketika tiba hari Pentakosta . . . turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras . . . lidah-lidah seperti nyala api.” (Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta)
      Kis. 2: 4 à “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain,” (Memampukan para murid memberitakan Injil kpd bangsa-bangsa)
      Kis 4: 8 à “Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus” (Memampukan Petrus mengatakan kebenaran kepada sidang di Yerusalem)
      Kis 4: 31 à “. . . mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” (reaksinya memberitakan Firman)
      Luk. 6:3, 5 àdan yang penuh Roh dan hikmat . . . lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus,
       Ef. 5:18, 19 à “tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.”
      Ef. 1:13-14 à “ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, . . .”

Kesimpulan
      Pentakosta adalah hari di mana Roh kudus dicurahkan bagi manusia ( Kis 1:8)
      Roh Kudus menjadi meterai bagi orang percaya, dengan mendiami hidup orang percaya ( 1 Kor. 3:16)
      Ketika orang dipenuhi Roh Kudus, yg terjadi adalah:
       Mulai melayani (Yesus)
       Kemampuan berbahasa lain, untuk menyampaikan Injil ke ujung bumi (Pentakosta)
       Berani dan mampu mengatakan kebenaran (Petrus, Stefanus, rasul-rasul)
       Memiliki gaya hidup memuji dan menyembah dalam Pujian, Mazmur dan nyanyian Rohani
               
Kesimpulan Akhir
Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?  Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (Mat. 7: 16, 20)
       Kepenuhan Roh Kudus bukan sekedar tanda-tanda
       Kepenuhan Roh Kudus adalah tindakan nyata sebagai buah dan bukti pendiaman Roh Kudus dalam hidup orang percaya (Melayani, menginjil, memberitakan Firman dan kebenaran, Memuji)
       Dipenuhi Roh Kudus berarti hidup yang dikontrol oleh Roh Kudus. Pikiran, perkataan, perbuatannya adalah dari dorongan Roh Kudus.
       Dipenuhi Roh Kudus adalah ketika kehendak kita diletakkan di bawah kehendak Roh Kudus.

PENUH DENGAN ROH KUDUS



                 Ciri-ciri Orang yang Dipenuhi Roh Kudus

Jika ada yang bertanya apakah ada ciri-ciri orang yang dipenuhi Roh Kudus, jawabannya: ada. Ketika Roh Kudus memenuhi hidup seseorang, ada sejumlah perbedaan yang nampak baik dari perbuatan, sikap hati, perkataan, dan lain-lain.
Bagaimanakah ciri-ciri dari seseorang yang dipenuhi Roh Kudus?

#1 Menaati Roh Kudus
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang taat kepada-Nya dengan sepenuh hati. Roh Kudus bukan seperti minuman soda di dalam gelas, yang bila diisi penuh akan meluap. Roh Kudus adalah Tuhan; Roh Kudus adalah Oknum. Hanya pada saat Oknum Allah menguasai oknum kita, kehendak-Nya menguasai kehendak kita, kebenaran-Nya menguasai pikiran kita, cinta kasih-Nya menguasai emosi kita. Dari situlah seluruh keberadaan kita akan dipenuhi oleh-Nya karena kita taat. Itulah yang disebut dipenuhi Roh Kudus.
Ketika Oknum Allah sudah berada di dalam kita dan menguasai diri kita, pikiran kita tidak dibunuh. Tuhan tidak akan membuat pikiran kita tidak berfungsi, sebaliknya, Dia akan memimpin kita sehingga kita menjadi berpengetahuan dan bijaksana—yaitu pengetahuan dan kebijaksanaan yang sesuai dengan firman Tuhan. Lalu, cinta kasih yang kita miliki bukan lagi hanya mencintai berdasarkan orang yang satu suku atau satu bangsa dengan kita. Kita akan dipimpin hingga kita mempunyai cinta kasih dan kebencian yang sesuai dengan emosi Tuhan. Kita akan mencintai apa yang dicintai Tuhan dan membenci apa yang dibenci-Nya. Kita tidak lagi memedulikan suku bangsa atau warna kulit orang lain. Yang kita tahu hanyalah apa yang dicintai Tuhan, itulah yang kita cintai; dan apa yang dibenci Tuhan, itulah yang kita benci. Emosi kita sinkron dengan Tuhan. Kehendak, pilihan, dan kemauan kita sesuai dengan arah pimpinan-Nya. Jadi, dipenuhi Roh Kudus adalah seluruh keberadaan kita menaati Roh Kudus yang adalah Tuhan dan Pemimpin kita.

#2 Hidup Kudus
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hidupnya telah diubah oleh pengaruh Roh Kudus dan firman, sehingga dia menjadi orang yang suka akan kekudusan. Karena dipenuhi Roh Kudus, dengan sendirinya orang tersebut tidak menyukai hal yang palsu, tidak benar, tidak suci, dan yang menyeleweng. Semua hal yang tidak beres akan dia singkirkan dari kehidupannya. Karena Roh Kudus memenuhi dirinya, maka tidak ada sesuatu yang tidak kudus yang boleh berada di dalam dirinya. Hidup suci yang dipenuhi Roh Kudus tidak dapat ditiru, diimitasikan, dipalsukan, atau dibuat-buat. Suci adalah suci. "Berbahagialah mereka yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah," (Matius 5:8).
Siapakah orang yang suci di antara kita? Tidak ada seorang pun yang suci di hadapan Tuhan. Tetapi pada waktu Roh Kudus memenuhi hati kita, paling tidak kita memiliki keinginan untuk menjalani hidup yang suci. Sebelum kita mencapai kualitas kesucian di dalam segala aspek, kita sudah mempunyai keinginan yang sempurna. Bila kita bersedia dibersihkan oleh Tuhan secara total dan mutlak, dan mau menyerahkan diri kepada-Nya, maka Dia akan memberikan kesucian kepada kita, hingga hidup kita memuliakan Dia. Mengenai keinginan yang sempurna, John Calvin pernah mengatakan : "Orang suci bukanlah orang yang tanpa dosa, melainkan orang yang mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap dosa sekecil apapun." Sungguh suatu pernyataan yang agung!
Pada tubuh, terdapat bagian-bagian yang sangat kebal dan bagian-bagian yang sangat peka. Contohnya, bila tangan kita terkena pasir, bahkan sampai seluruh tangan pun dikotori pasir, tidak akan terjadi masalah besar. Tetapi, coba saja sedikit pasir masuk ke mata kita, tentu kita langsung mengaduh dan berusaha membersihkan pasir tersebut. Kita tidak akan tahan karena mata merupakan bagian yang sangat peka. Orang suci adalah orang yang mempunyai kepekaaan besar terhadap dosa yang sekecil apapun. Seseorang yang dipenuhi Roh Kudus itu sangat peka. Mengetahui ada sedikit ketidakberesan, ketidaksucian, atau motivasi yang sedikit kurang benar, ia akan langsung menegur. Itu disebabkan hati nurani orang tersebut tidak menginginkan adanya pemalsuan, kecurangan, penyelewengan, atau ketidakjujuran sedikitpun.
Mungkinkah manusia mencabut akan dosa sampai tidak mungkin berdosa lagi seumur hidupnya? Tidak! Kita masih mungkin berbuat dosa dan kurang suci, namun kita mempunyai keinginan untuk sepenuhnya dikuasai oleh Tuhan yang suci. Itulah kesempurnaan di dalam motivasi kita, dan itulah tanda orang dipenuhi Roh Kudus.

#3 Menjunjung Tinggi Firman
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menjunjung tinggi Alkitab dan tidak akan memperdebatkannya. Ketika Alkitab sudah berbicara, dia akan berhenti.
Di tengah pemahaman yang berbeda-beda, di antara ajaran yang simpang siur, dan di antara doktrin yang berbeda-beda tekanannya, marilah kita kembali kepada Alkitab. Biarkan Alkitab yang memberikan pengertian yang seimbang dan stabil berdasarkan seluruh firman yang sudah dicetak, yang sudah diberikan kepada kita. Dengan pengertian yang harmonis itulah kita tahu bahwa semua jawaban ada dalam Alkitab. Kita akan bungkam, berhenti, dan tidak memperdebatkannya karena Alkitab adalah otoritas tertinggi.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang hatinya dipenuhi dengan firman dan segala hikmat Tuhan yang tersimpan di dalam kekayaan firman-Nya. Jadi, Roh Kudus dan firman tidak bisa dipisahkan, karena Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Orang yang menyebut dirinya mengabarkan kebenaran tetapi tidak menitikberatkan Roh Kudus dan pimpinan-Nya, adalah omong kosong belaka. Orang yang mengaku dirinya dipenuhi Roh Kudus, tetapi berita yang disampaikan tidak sesuai dengan firman, itu pun omong kosong. Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menitikberatkan kehendak dan pimpinan Roh Kudus atas dirinya serta menyampaikan berita yang sesuai dengan Alkitab. Kedua hal ini menjadi satu. Ketika dia memberitakan, Roh mengurapi, karena itu berita yang disampaikan menjadi jelas dan sesuai dengan Alkitab.

#4 Berani Menjalankan Kehendak Allah
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang berani—tidak takut menjalankan kehendak Allah. Sebelum seseorang dipenuhi Roh Kudus, dia merasa terkejut dan takut ketika melihat penganiaya-penganiaya mendekati dirinya. Seperti murid-murid Yesus Kristus yang mengunci semua pintu karena takut. Tetapi setelah dipenuhi Roh Kudus, mereka justru membongkar pintu, membuang kunci, dan pergi ke mana saja, tanpa merisaukan apakah masih dapat pulang atau tidak.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus mempunyai keberanian. Yang tadinya takut mati, sekarang tidak. Yang tadinya malu, sekarang tidak. Yang tadinya takut dilawan, sekarang tidak. Yang tadinya takut kehilangan pangsa pasar, sekarang tidak. Dia tahu bahwa dia sedang menjalankan kebenaran.
Di masa kejayaan, semua orang, termasuk para murid, mengikuti Yesus. Waktu kerugian datang, salib dan Alkitab dibuang. Bahkan Petrus yang biasanya "sembrono" berubah menjadi orang yang tidak berani—ia mengaku tidak mengenal Yesus. Yesus tidak menegur Petrus, tetapi memandangnya dengan pandangan yang penuh kemurahan, seolah berkata, "Ingatlah, Aku sudah tahu semua tentang hidupmu, tentang dagingmu yang lemah, karena kau belum dipenuhi Roh Kudus." Setelah dipenuhi Roh Kudus, Petrus berubah. Ketika dia ditangkap dan diancam akan dianiaya; ketika dia disuruh berhenti dan dilarang mengabarkan Injil, dia menjawab : "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah? Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." Keberanian yang sekarang Petrus miliki adalah keberanian demi Injil—ia tidak lagi memperhitungkan untung rugi dan hidup mati dirinya sendiri.
Saya mengenal banyak orang Kristen yang tadinya sangat pemalu dan penakut. Tapi sekarang, tiap-tiap hari mereka membagikan traktat dan mendoakan orang sakit. Saya tahu orang seperti itu telah dipenuhi Roh Kudus. Saya percaya orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mempunyai keberanian, cinta kasih, kesungguhan untuk melayani, dan selalu siap memuliakan Allah. Meskipun dia begitu sibuk, dia tetap bisa melayani karena telah dipenuhi Roh Kudus. Oleh sebab itu, dia tidak merasa malu. Diejek pun tidak menjadi masalah baginya.

#5 Menghasilkan Buah Roh
Orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang menghasilkan buah Roh. Menghasilkan buah Roh Kudus adalah bukti atau fakta yang tidak bisa dipalsukan. Alkitab mengatakan, "... dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Matius 7:20). Kalau sebatang pohon disebut pohon ara, tentunya tidak akan membuahkan semak duri, bukan? Bisakah kita menemukan buah ara di semak duri? Bisakah kita menemukan buah anggur di atas semak? Tidak mungkin. Semak menghasilkan semak, durian menghasilkan durian, semangka menghasilkan semangka, anggur menghasilkan anggur, tetapi semak duri tidak akan menghasilkan buah mangga. Jika Roh Kudus memenuhi seseorang, maka orang itu akan menyatakan hidup dengan etika yang baru, yaitu etika dari Roh Kudus. Hal ini tidak bisa dipalsukan. Bukan saja demikian, orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang penuh dengan cinta kasih Allah. Dengan cinta kasih yang memenuhi hatinya itulah dia tahu bagaimana membagi-bagikan anugerah surgawi, anugerah untuk hidup di dunia, dan anugerah yang cukup untuk tiap-tiap hari kepada orang lain.
Orang yang dipenuhi Roh Kudus, tidak akan melalui hidupnya dengan hanya memikirkan dirinya sendiri. Roh Kudus akan menolong dia meninggalkan hidup yang berpusat pada diri sendiri dan menerima hidup yang berpusat pada kemuliaan Tuhan. Roh Kudus tidak akan memperbolehkan seseorang hidup bagi dirinya sendiri, karena kasih Kristus akan mendorongnya, sehingga dia mau hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit baginya. Siapakah yang melakukan hal itu? Roh Kudus. Paulus di dalam Filipi 2:13 berkata, "karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Allah yang bekerja di dalam diri kita adalah Allah Oknum ketiga Tritunggal, Roh Kudus. Dia berada dalam diri seseorang dan membuat cinta kasih yang tadinya tidak mungkin kita miliki, menjadi mungkin. Kasih memenuhi hati kita. Bukan saja demikian, Roma 5:5-6 mengatakan bahwa pada waktu kita berada dalam sengsara dan penderitaan, Roh Kudus mencurahkan sesuatu secara merata dalam hati kita. Apa yang dicurahkan? Cinta kasih Allah. Ketika Roh memenuhi seseorang, maka cinta kasih Allah akan memenuhi hatinya. Tatkala Roh memenuhi seseorang, dia tidak akan digoyahkan oleh penderitaan, siksaan, sengsara, kematian, dan kesulitan duniawi karena cinta kasih Allah dicurahkan merata di dalam hatinya. Dengan cinta kasih itulah dia mengatasi segala penderitaan dan kesulitan.

Itulah ciri-ciri orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Alkitab memberikan prinsip-prinsip yang jauh berbeda dari apa yang sering dikumandangkan pada zaman ini. Hendaknya kita lebih waspada dan cermat menguji setiap roh, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam ajaran-ajaran yang tidak benar.

PENUH DENGAN ROH KUDUS

 

Kis 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

Ef 5:18 - “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh”.


I) Penuh Roh Kudus berbeda dengan dibaptis Roh Kudus.


1)  Baptisan Roh Kudus adalah penerimaan Roh Kudus.

Ini hanya terjadi sekali saja, karena sekali Roh Kudus itu masuk, Ia tidak akan keluar selama-lamanya.

Dalam Yoh 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.

Tetapi kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang. Ini terlihat dari fakta Kitab Suci bahwa Petrus mengalami kepenuhan Roh Kudus berulang-ulang (Kis 2:4  Kis 4:8  Kis 4:31).

2)  Baptisan Roh Kudus terjadi pada saat percaya (Kis 2:38  Ef 1:13), kepenuhan Roh Kudus belum tentu terjadi pada saat percaya.

Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.

Kata-kata ‘karunia Roh Kudus’ tidak berarti ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi ‘karunia berupa Roh Kudus’.

Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.

Memang dalam Kis 2:4 orang-orang yang menerima baptisan Roh Kudus itu langsung dipenuhi dengan Roh Kudus. Tetapi tidak selalu terjadi seperti itu.

Jaman sekarang dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, orang-orang mencari baptisan Roh Kudus. Tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan kita untuk mencai baptisan Roh Kudus, atau memerintahkanh kita untuk dibaptis Roh Kudus. Kitab Suci hanya memerintahkan kita untuk percaya kepada Yesus Kristus. Mengapa? Karena kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita pasti akan dibaptis Roh Kudus / menerima Roh Kudus. Tak perlu dicari lagi!


II) Penuh Roh Kudus dan mabuk anggur.


Persamaan antara penuh Roh Kudus dan mabuk oleh anggur: sama-sama dipengaruhi (under the influence).

Perbedaannya: kalau penuh Roh Kudus ada ‘self-control’ (= penguasaan diri); sedangkan kalau mabuk justru kehilangan penguasaan diri. Perhatikan kata-kata ‘anggur menimbulkan hawa nafsu’. Banyak gadis yang kehilangan kegadisannya karena pengaruh minuman keras. Banyak orang yang dalam keadaan mabuk melakukan hal-hal, yang dalam keadaan waras pasti tidak dilakukannya. Jadi orang kehilangan penguasaan dirinya kalau sedang mabuk. Tetapi orang yang penuh dengan Roh Kudus pasti justru menunjukkan buah Roh Kudus, dan ini antara lain adalah penguasaan diri.

Dalam Kis 2 orang-orang penuh Roh Kudus dan lalu berbahasa Roh.

Kis 2:13 - “Tetapi orang lain menyindir: ‘Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.’”.

Mereka dikatai sebagai mabuk anggur, tetapi ini hanya ‘menyindir’. NIV: ‘made fun of them’ (= mempermainkan mereka); NASB: ‘mocking’ (= mengejek).

Kis 2:14-15 - “Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan”.

Dalam Kis 2:14-15 Petrus menyangkal tuduhan mabuk itu. Jadi jelas bahwa ‘mabuk’ berbeda dengan ‘penuh Roh Kudus’.

Tetapi ‘orang-orang yang mengaku penuh Roh Kudus’ pada jaman ini seperti ‘orang mabuk’. Misalnya: nggeblak, berguling-guling di lantai, histeris, tertawa terbahak-bahak dan sebagainya.

Tetapi bdk. 1Kor 14:23 - “Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?.

Mengapa Paulus mengatakan seperti ini? Apakah memang kalau orang-orang kristen berbahasa roh mereka terlihat seperti orang gila? Saya berpendapat: kalau bahasa Rohnya benar, seperti dalam Kis 2, maka tidak demikian. Tetapi bahasa Roh dari orang-orang Kristen di Korintus sama seperti bahasa Roh jaman sekarang. Yang ini memang terlihat seperti orang gila / mabuk!


III) Penuh Roh Kudus dan bahasa Roh


Kebanyakan orang Kharismatik menganggap bahwa semua orang kristen yang dibaptis Roh Kudus, apalagi yang penuh Roh Kudus, pasti berbicara dalam bahasa Roh.

Dasar Kitab Suci yang sering dipakai adalah Kis 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.

Dalam menafsirkan bagian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1)  Dalam Kitab Suci ada bagian yang bersifat Descriptive dan Didactic.

a)  Bagian Kitab Suci yang bersifat Descriptive (= bersifat menggambarkan).

Bagian yang bersifat Descriptive adalah bagian yang berupa cerita yang terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu. Ini tidak boleh dipakai sebagai rumus / hukum / norma!

Illustrasi: Dalam hal ini, membaca dan menafsirkan Kitab Suci mempunyai persamaan dengan membaca dan menafsirkan surat kabar. Kalau saudara membaca surat kabar, dan di sana diceritakan tentang adanya orang yang terkena serangan jantung pada waktu nonton TV, maka hal ini tentu bukan norma / hukum. Cerita ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang nonton TV pasti terkena serangan jantung. Juga kalau di surat kabar diceritakan adanya satu keluarga yang piknik ke Tretes dan lalu mengalami kecelakaan, sehingga mati semua. Ini tentu tidak boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang piknik sekeluarga akan mengalami kecelakaan dan mati semua.

Contoh:

·        Kel 14, yang menceritakan peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa Israel bisa menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive (menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma / hukum, artinya, kita tidak diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara seperti itu!

·        Yos 6 yang menceritakan robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma dalam peperangan.

·        Kel 16:13-16 yang menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas juga merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang kristen di padang gurun.

b)  Bagian Kitab Suci yang bersifat Didactic (= bersifat pengajaran).

Bagian yang bersifat Didactic adalah bagian yang bersifat pengajaran (Yunani: DIDACHE), dan bisa berbentuk suatu pernyataan, janji, perintah atau larangan. Ini adalah rumus / hukum / norma bagi kita.

Contoh:

·        Kis 16:31 yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat” adalah bagian yang bersifat Didactic. Karena itu, ini merupakan hukum / norma, artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat.

·        Fil 4:4 yang berbunyi “Bersukacitalah senantiasa” adalah bagian yang bersifat Didactic. Ini adalah hukum / norma bagi kita, yang menyuruh kita bersukacita senantiasa.

·        10 Hukum Tuhan dalam Kel 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic, sehingga merupakan Hukum / Norma bagi kita semua.

Jadi, pada waktu mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah apakah text yang dipakai sebagai dasar itu adalah text yang bersifat descriptive atau didactic! Ini bisa menghindarkan saudara dari ajaran-ajaran yang salah / sesat!

Jaman sekarang, khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya / tidak adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan karena mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus / hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.

Kis 2:1-4 menceritakan apa yang terjadi pada hari Pentakosta dimana rasul-rasul kepenuhan Roh Kudus lalu berbahasa Roh / lidah. Ini adalah bagian yang bersifat Descriptive, tetapi banyak orang yang lalu menjadikan hal ini sebagai rumus / hukum / norma dan mereka mengajar bahwa orang yang menerima / dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa Roh / lidah. Ini jelas salah, karena mereka menggunakan bagian yang bersfat descriptive sebagai rumus / norma, seakan-akan itu adalah bagian yang bersifat didactic.

2)  Ajaran tersebut tidak konsekwen karena mereka mengharuskan bahasa Rohnya saja, tetapi tidak mengharuskan adanya tiupan angin yang keras dan lidah-lidah api, yang jelas juga ada dalam bacaan itu (Kis 2:2-3). Memang bahasa rohnya gampang dipalsukan, tetapi tiupan angin dan lidah api sukar / tidak dapat dipalsukan!

3)  Ayat Kitab Suci tak boleh ditafsirkan sehingga bertentangan dengan ayat Kitab Suci yang lain. Kalau Kis 2:1-4 ditafsirkan bahwa semua orang Kristen harus berbahasa roh, maka itu bertentangan dengan 1Kor 12:7-11,28-30.

1Kor 12:7-11,28-30 - “(7) Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?.

1Kor 12:7-11,28-30 ini bersifat didactic dan mengajarkan bahwa hanya sebagian orang kristen yang menerima karunia bahasa Roh. Karena 1Kor 12:7-11,28-30 bersifat didactic maka bagian inilah yang harus dianggap sebagai norma / hukum / rumus!


IV) Hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus.


1)  Kata-kata ini merupakan suatu perintah!

2)  Kata perintah itu ada dalam bentuk jamak.

Jadi ini ditujukan kepada semua orang Kristen, bukan orang Kristen tertentu saja. Juga kepenuhan Roh Kudus tersedia bagi semua orang Kristen.

3)  Kata perintah itu ada dalam bentuk pasif.

Jadi Roh Kudus yang memenuhi, kita dipenuhi. Ini tidak berarti bahwa kita harus diam saja (pasif). Kita harus taat Firman Tuhan / membuang dosa, maka Roh Kudus akan memenuhi kita.

Ilustrasi: saya jadi tamu di rumah saudara. Saudara hanya ijinkan saya di ruang tamu, atau serahkan kekuasaan atas seluruh rumah kepada saya.

Bagaimana kalau saudara suatu saat berbuat dosa dengan sengaja? Kepenuhannya berkurang. Tetapi apakah Roh Kudus keluar lagi dari diri saudara? Ada orang-orang yang mengajar demikian. Sehingga kita harus mengundang Yesus lagi, lalu Roh Kudus masuk lagi dan sebagainya.

Tetapi di atas saya sudah menunjukkan bahwa itu tidak mungkin. Roh Kudus diberikan satu kali untuk selama-lamanya.

Dalam Yoh 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.

Ibr 13:5 - “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.

Di atas kayu salib Yesus sudah terpisah dari BapaNya, yaitu pada saat Ia berteriak ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Mat 27:46). Ini menyebabkan, kalau kita percaya kepada Dia, kita didamaikan dengan Allah (Ro 5:1), dan kita tidak mungkin bisa pisah dengan Allah lagi.

Ro 5:1 - “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Jadi kalau kita dosa, kepenuhan Roh Kudus bisa berkurang, tetapi Roh Kudus tidak keluar dari diri kita. Yang harus dilakukan hanyalah bertobat dari dosa, maka Roh Kudus akan kembali memenuhi kita.

4)  Kata perintah ini ada dalam bentuk present.

Dalam bahasa Yunani ada 2 macam kata perintah:

·         ( kata perintah bentuk lampau).

Ini digunakan bila orang yang memerintah itu menginginkan perintahnya dilakukan satu kali saja. Contoh: kata ‘percayalah’ dalam Kis 16:31, kata ‘bertobatlah’ dan ‘hendaklah kamu memberi dirimu dibaptis’ dalam Kis 2:38.

·         ( kata perintah bentuk present).

Ini digunakan bila orang yang memerintah itu menginginkan perintahnya dilakukan terus menerus. Contohnya adalah perintah untuk dipenuhi oleh Roh Kudus dalam Ef 5:18b.

Jadi, berusahalah untuk terus menerus taat kepada Tuhan, supaya saudara terus dipenuhi dengan Roh Kudus.