Kamis, 24 April 2014

TUHAN AKAN GENAPI SETIAP JANJINYA


Kitab Kejadian menceritakan ada dua orang yang berusaha membantu Tuhan menggenapi Janji Firman-Nya atas mereka. Sehingga karena perbuatan mereka, kita merasakan dampak negatif/efek samping perbuatan mereka sampai sekarang.

Satu hal yang harus kita ketahui bahwa jika FirmanNya berisi sebuah Janji Rencana Allah yang Kekal dan tidak ada syarat/ perintah yang harus dilakukan oleh kita, maka FirmanNya tidak mungkin tidak terjadi. Jangan membantu Tuhan menggenapi JanjiNya yang sampai detik-detik terakhir belum ada tanda digenapinya Janji itu. Bagian kita adalah percaya dan mengingatkan Dia. Ketika kita mencampuri urusa Tuhan dengan kelancangan hikmat kita, maka ada akibat atau efek samping yang harus kita terima bahkan mungkin sampai seluruh keturunan jasmani ataupun keturunan rohani kita.  

Sara dan Abraham, suaminya
Kejadian 16:1-3. Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

Janji Tuhan dalam jangka pendek adalah Abraham akan mempunyai anak kandung, tetapi Sarai beranggapan bahwa anak itu bukan berasal dari Abraham dan dirinya, karena dia mandul (Kejadian 11:30). Menghadapi Janji Tuhan yang mustahil, Sarai mulai berpikir dengan hikmatnya untuk membantu Tuhan. Dia izinkan Abraham mempunyai anak dari Hagar, hambanya.

Mengapa Hagar ada? Oleh karena Abraham terlalu lama tinggal di Kanaan(10 tahun). Di Kanaan yang makmur, Abraham dan Sarai tidak bertanya apa yang harus mereka lakukan di sana. Mereka menunda-nunda menaati perintah Allah untuk tetap berjalan dan malah mengambil Hagar untuk turut menyertai dalam perjalanan mereka (Kejadian 12:1-6). Jika Tuhan memerintahkan sesuatu dengan jelas, tanya Tuhan bagaimana caranya dan segera lakukan, jangan tunda-tunda.

Mengapa Abraham mengiyakan istrinya untuk memiliki anak dari Hagar?
Di Kejadian 15:4 TUHAN berkata bahwa yang menjadi ahli waris kekayaan Abraham adalah anak kandung Abraham. Saat itu, Abraham memang tidak tahu bahwa ia akan mempunyai anak dengan siapa. Jawaban Sarai adalah jawaban yang paling masuk akal baginya, karena Sarai tidak bisa menurunkan keturunan bagi Abraham. Hikmat manusia sangat liar dan berbahaya jika tidak disertai dengan arahan dan koreksi dari Tuhan. Abraham tidak berdoa saat itu dan bertanya kepada Tuhan tentang solusi/ jalan keluar yang diberikan Sarai.

Hasilnya, Ismael dilahirkan dari Hagar. Tuhan tetap mengasihi Ismael, namun Ishaklah yang dipilih Tuhan dalam RencanaNya yang mula. Karena Ismael adalah anak kandung Abraham, maka Tuhan memberkati Ismael juga sebagai bangsa yang besar sampai sekarang. Namun perselisihan antara keturunan Ishak dan keturunan Ismael terjadi saat itu sampai sekarang. Dua keturunan itu saling menyatakan sampai sekarang bahwa merekalah ahli waris Abraham, orang pilihan Tuhan Allah.

Akhirnya kedua kalinya, setelah Ismael lahir, Tuhan menyatakan JanjiNya dengan lebih terperinci di Kejadian 17:15-21. Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya."  Lalu tertunduklah Abraham dan tertawa serta berkata dalam hatinya: "Mungkinkah bagi seorang yang berumur seratus tahun dilahirkan seorang anak dan mungkinkah Sara, yang telah berumur sembilan puluh tahun itu melahirkan seorang anak?" Dan Abraham berkata kepada Allah: "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapan-Mu!" Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar.  Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga." Firman Tuhan kali ini datangnya lebih jelas dan terperinci bahwa ternyata dari benih Sarai dan Abrahamlah, Janji Allah digenapi nantinya. Percaya, bersabar dan mengingatkan Dia adalah kunci utama sampai Tuhan lebih detil lagi menjelaskan apa yang Dia firmankan sebelumnya.

Dari hal ini, Abraham mendapat pelajaran sangat berharga bahwa janganlah menunda-nunda mengerjakan perintah Tuhan, namun janganlah tergesa-gesa mengerjakan dan menggenapi JanjiNya. Ini adalah dua hal yang berbeda sekali. Oleh karena Abraham menunda-nunda mengerjakan perintah Tuhan dan tinggal nyaman terlalu enak di Kanaan, Hagar ada. Sebaliknya oleh karena mereka tergesa-gesa berusaha menggenapi JanjiNya, Ismael ada. Dari pelajaran yang berharga itulah, saat Tuhan memintanya untuk mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran, ia dengan taat dan percaya mau melakukannya (Kejadian 22:1-10, Ibrani 11:17-19). Itulah sebabnya dia disebut bapa dari sgala orang beriman.


Ribka dan Yakub, anaknya

Kejadian 25:21-23 Berdoalah Ishak kepada TUHAN untuk isterinya, sebab isterinya itu mandul; TUHAN mengabulkan doanya, sehingga Ribka, isterinya itu, mengandung. Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya (kepada Ribka): "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.

Sama halnya dengan Sara, ibu mertuanya,  Ribka pun mandul. Karena doa Ishak, Ribka pun bisa memiliki dua anak kembar. Namun pada Ribkalah, Tuhan berfirman bahwa Esau, anak yang tua menjadi hamba dari adiknya, Yakub. Ishak tidak mengetahui tentang Firman Tuhan itu.

Kejadian 25:29-34 Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.

Kelihatannya Ribka sering berkata kepada Yakub, bahwa ada suatu rencana Allah yang besar baginya dan mengajarkan apa arti dari sebuah hak kesulungan. Motivasi Yakub tidak murni dan tidak benar saat itu, sehingga saat kesempatan tiba, ia mengadakan penawaran yang jahat kepada Esau untuk menukarkan hak kesulungan Esau dengan sepiring kacang merah. Esau dekat kepada ayahnya, namun bukan berarti memiliki nilai-nilai rohani ayahnya. Ia tidak tahu betapa pentingnya sebuah hak kesulungan, yang artinya hak utama mendapatkan warisan harta, warisan berkat rohani ayahnya dan warisan berkat Abraham. Ia menilai hak kesulungan dengan kepuasan sementara dari sepiring kacang merah. Tuhan sudah mencatat sumpah Esau atas peralihan hak kesulungan kepada Yakub. Agaknya Ribka sudah mengetahui apa yang dilakukan Yakub itu, dilihat dari kedekatan komunikasi ibu-anak antara dia dan Yakub.

Suatu ketika pula di Kejadian 27:1-5. Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: "Anakku." . .. Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati." Tetapi Ribka mendengarkannya, ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya . . . Ishak mau memberkati Esau, karena Ishak sudah lanjut usia. Hal ini terdengar oleh Ribka. Ribka tahu bahwa yang dapat melegalkan/ mengesahkan hukum berkat kesulungan kepada generasi berikutnya adalah pernyataan ucapan dan penumpangan tangan berkat dari generasi sebelumnya, dan hal ini adalah perkataan dan tumpangan tangan berkat dari Ishak kepada Yakub; walaupun secara roh, hak kesulungan sudah berpindah kepada Yakub. Saat itu, seakan-akan Tuhan tidak bertindak sesuatu atas apa yang pernah dijanjikan Tuhan kepada Ribka dan saat itu keadaan sangat mendesak. Dalam benaknya, mungkin Tuhanlah yang mengharapkan mereka untuk bertindak pertama kali. Maka dari itu, ia membantu Tuhan dengan mengakali Ishak yang matanya telah kabur. Bahkan ia rela menanggung kutuk yang diucapkan Ishak jika Ishak mengetahui apa yang mereka rancangkan ( Kejadian 27:6-17). Akhirnya rencana mereka berhasil, Yakub yang berpura-pura menjadi Esau akhirnya diberkati. Yang harus diketahui saat itu, Tuhan belum menyatakan bahwa dusta dan berbohong sebagai laranganNya. Larangan berdusta dinyatakan Tuhan pertama kali saat di zaman Hukum Musa.

Hasilnya, Esau dendam kepada Yakub bahkan ingin membunuhnya (Kejadian 27:41). Sehingga sampai-sampai Yakub takut sekali bertemu Esau kembali (Kejadian 32). Membantu Tuhan sangat beresiko untuk menyakiti orang lain, membuat rusak gambar diri, hilangnya damai sejahtra bahkan merusak rencana Allah yang semula. 

Hukum yang berlaku adalah siapa yang telah diberkati, maka berkat tidak bisa dibatalkan dan dia akan tetap sebagai orang yang diberkati( Kejadian 27:33). Saat Esau memberitahukan bahwa hak kesulungannya yang telah diambil oleh Yakub, agaknya Ishak mulai menyadari ada misteri ilahi yang tidak dia ketahui, sehingga ia tidak bisa marah kepada Yakub, ia memberkati kepergian Yakub dan menyarankan mengambil istri dari kaum keluarganya saja. (Kejadian 28:1-5, Ibrani 11:20)

Sering diperkatakan oleh Hamba-hamba Tuhan bahwa Zaman ini adalah masa percepatan atas kegerakan Tuhan, namun bukan berarti kitalah yang mempercepat kegerakan Tuhan dengan hikmat manusia. Itu salah besar, itu berarti kita seperti melahirkan "Ismael-ismael" rohani dalam hidup kita. Peran Roh Kuduslah yang mempercepat kegerakan Tuhan. Kadang juga sampai di akhir-akhir penantian, tidak ada tanda penggenapan bahkan malah kenyataannya berbalik, kitalah yang berusaha membantu Tuhan supaya JanjiNya atas kita tetap bisa digenapi. Itu salah besar. Berhati-hatilah dalam meresponi Firman Tuhan. Jika itu sebuah perintah, lakukan dengan segera, jangan menundanya, karena seketika kita berlama-lama, kita bisa-bisa membawa "Hagar" dalam hidup kita; Namun jika itu sebuah janji, percayalah, nantikan Dia, Ingatkan Dia, persiapkan diri kita, perlebar kapasitas kita untuk menerima penggenapan Janji Tuhan itu.

Jadi  kita harus senantiasa berjaga-jaga lebih, mempersiapkan diri lebih sungguh lagi, mau dibentuk dan diasah lebih lagi karena tidak lama lagi Tuhan akan memakai kita; namun kita harus layak dipakaiNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar