Senin, 09 Juni 2014

HARI RAYA PENTAKOSTA

 

https://sangsabda.files.wordpress.com/2012/05/11706-the-pentecost-el-greco.jpg?w=570&h=1214
                                   DATANGLAH, ROH KUDUS !
Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Prigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” (Kis 2:1-11)
 “Datanglah, Roh Kudus!” Seringkah anda pernah mendengar doa ini? Barangkali begitu seringnya, sehingga anda tidak merasakan lagi bahwa anda sesungguhnya sedang berbicara kepada Allah. Akan tetapi, pada hari raya yang agung ini, marilah kita berani untuk menemukan kembali betapa beraninya doa permohonan ini!
Apakah ada yang lebih layak dan pantas pada Hari Raya Pentakosta ini daripada menyambut kedatangan Roh Kudus secara sederhana dan penuh kerendahan hati seperti yang dilakukan oleh para rasul sekitar 2.000 tahun lalu di Yerusalem? Apakah ada cara berdoa secara yang lebih layak dan pantas untuk berdoa pada hari ini daripada secara sederhana mengulang-ulang doa singkat tadi: “Datanglah, Roh Kudus!”, percaya bahwa Allah mendengar dan menjawab doa kita itu. Walaupun kelihatannya “tolol” dan repetitif, “!” Permohonan-permohonan sederhana seperti ini dapat menjadi sangat penuh kuat-kuasa. Teruslah berdoa, “Datanglah, Roh Kudus”, dan lihatlah pemikiran-pemikiran, imaji-imaji, atau emosi-emosi apa yang mengalir ke dalam hati anda. Kita dapat merasa yakin bahwa apabila semua itu adalah pemikiran-pemikiran yang baik dan menyangkut hal-hal yang Ilahi, maka Roh Kudus berada di belakangnya.
Pendekatan Yesus terhadap anak-anak sangatlah sederhana. Dia bersabda: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah. Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan-Nya di atas mereka Ia memberkati mereka (Mrk 10:14-16). Semua itu jauh dari komplikasi, namun sungguh menyentuh hati – baik bagi anak-anak itu dan para orangtua mereka. Demikian pula, ketika kita berdoa dengan kata-kata sederhana, “Datanglah, Roh Kudus!”, kita sebenarnya berperilaku seperti anak-anak kecil. Kita percaya kepada Allah, menaruh pengharapan dalam diri-Nya, dan menghadap hadirat-Nya untuk berkat-berkat-Nya.
Pencurahan Roh seperti apa yang akan Allah berikan kepada kita (anda dan saya) apabila kita menyambut Roh Kudus secara sederhana? Dia dapat memenuhi diri kita dengan pemahaman mendalam tentang kasih Allah sehingga kita mengenal serta mengalami bahwa Dia sungguh nyata dalam suatu cara yang baru. Dia dapat menunjukkan kepada kita belas kasih yang begitu mendalam sehingga kita pun sampai bertelut penuh syukur dan bersembah sujud kepada-Nya. Roh Kudus yang sama dapat membawa kita kepada air mata pertobatan, atau menggerakkan kita untuk menari penuh sukacita dan kebebasan. Roh Kudus juga dapat melakukan sesuatu yang samasekali tidak diharap-harapkan – namun tetap indah-menakjubkan. Oleh karena itu, marilah kita masing-masing pada hari ini datang menghadap Allah sebagai seorang anak kecil: murni, sederhana, dan terbuka. Kita tidak tahu apa yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk dilakukan-Nya bagi anak-anak-Nya pada hari yang penuh dengan rahmat dan kuasa surgawi?

 

 

 

LALU MEREKA SEMUA DIPENUHI DENGAN ROH KUDUS

Jean_II_Restout_-_Pentecôte https://sangsabda.files.wordpress.com/2010/05/pentecost-1.jpg?w=570 
Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Prigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2:1-11).
Hari ini kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Barangkali ini adalah hari raya Gereja yang paling menggairahkan, karena Roh Kudus menghidupkan dan membuat segala sesuatu yang kita imani menjadi riil. Bayangkan, betapa indah segala pemenuhan janji-Nya yang terwujud-nyata pada hari itu!
Dengan kedatangan Roh Kudus, semuanya berubah. Kita disegarkan kembali dan dipenuhi dengan kasih. Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rm 8:15-16). Roh Allah berdoa dalam diri kita (Rm 8:26). Ia membimbing kita dalam kebenaran (Yoh 14:26). Ia memberdayakan kita untuk melayani Tuhan dalam kasih (Rm 7:6). Ia mentransformir kita, menumbuh-kembangkan buah-buah-Nya yang indah dalam hidup kita (Gal 5:22-23).
Pesta ini juga dikaitkan dengan upacara penyembahan Yahudi dalam Perjanjian Lama. Bagi Israel kuno, Hari Raya Pentakosta – yang jatuh 50 hari setelah Hari Raya Paskah – merupakan pesta di mana seluruh komunitas menyampaikan rasa syukur dan terima kasih mereka kepada Allah untuk buah-buah pertama panenan (Ul 16:9-12). Dengan berjalannya waktu, Pentakosta juga menjadi pesta syukur untuk Taurat, yakni Hukum yang diterima oleh Musa di Gunung Sinai.

Yesus telah menggenapi sabda-sabda dalam Perjanjian Lama. Hanya Dia sendirilah yang mampu menyenangkan hati Allah Bapa. Sekarang Roh Kudus telah datang ke tengah-tengah kita dan ke dalam diri kita masing-masing. Roh Kudus ini telah melakukan inaugurasi … upacara peresmian panenan semua umat Allah. Sekarang perjanjian yang ditulis beribu-ribu tahun lalu pada loh batu, dapat ditulis dalam loh hati kita masing-masing (Ams 3:3; Yer 17:1). Kini, kita memiliki suatu harapan yang indah! Segala sesuatu yang  tak mungkin bagi kita seturut kemampuan alamiah kita, sekarang dibuat mungkin oleh kuat-kuasa Roh Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar