A. LATAR BELAKANG
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para
murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus
dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu
Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi
saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi
(Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati
oleh murid-murid-Nya.
B. PERMULAAN GEREJA
Kata "gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia;
dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum
ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks
Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan
orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.
Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat.
28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya.
Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea,
Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).
1. Gereja Di Palestina
a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis. ps. 1-7).
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).
2. Gereja di luar Palestina
a. Petrus membawa Injil ke Roma.
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).
C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar
biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun
demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat
mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu
gereja semakin berkembang.
1. Agama Negara
Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu
peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada
Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan
penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.
Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang
mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka
tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena
mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.
Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai
salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen
pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah
orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak
peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat
kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak
saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan
untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan
ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.
2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan
dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah
orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi
kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan
penganiayaan.
Beberapa penyebab penganiayaan:
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang
kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang
kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan
kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa
inses, makan darah dan daging manusia.
3. Hasil dari penganiayaan.
Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan
pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang
malah semakin bertambah banyak.
a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).
b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan
masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.
|
|
|
|
|
|
|
|
Merdeka dlm Kristus |
|
|
|
LAHIRNYA JEMAAT KRISTEN
Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada
hari-hari pertama setelah kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa
lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia daripada pergi keluar dan
melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan
hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan
mereka untuk menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan
seluruh dunia Romawi.
Hanya lima puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di
depan suatu kerumunan orang banyak di Yerusalem, dan dengan berani
menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan Mesiasnya.
Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang
dari seluruh penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta -
dan ketika Petrus berbicara, mereka tidak hanya mengerti pemberitaannya
tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya, memberikan respons
terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid
Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan
Allah, tiga ribu orang menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka
kepada Yesus (Kis. 2:14-42).
Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus
mengalami transformasi dalam hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam
pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan berbicara kepada
orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats
Perjanjian Lama yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa
di mana Roh Allah akan bekerja dengan cara baru dalam hidup
orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke masa depan,
beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan
selesai hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah.
Dosa dan ketidaktaatan manusia telah mengakibatkan kekacauan, tetapi
dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan memberi
mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia
seperti yang dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel
(2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini dihubungkan dengan pemberian
Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai natsnya, serta
menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid
Yesus. Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang
dapat mempunyai hubungan baru dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya
sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar.
Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari
sebelumnya. Tetapi ketika mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan
yang tidak mungkin dilaksanakan - yang dipercayakan Yesus kepada
mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk ke
dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan
spiritual yang memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian
tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah kuasa Roh Kudus dan akan
menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan dalam
kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan
mereka yang ragu-ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya
secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan seterusnya, mereka
yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup
mereka sendiri - dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan
hadir bersama mereka secara unik. Jemaat telah lahir.
Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa,
sehingga tidak diperlukan argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa
pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat langsung dari kuasa dan
kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain-
lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama
Yesus (Kis. 2:43; 3:1-10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan
secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan kuasa kepada orang
banyak yang berkumpul di Yerusalem.
Sebagai akibat semuanya ini, para rasul dan orang-orang Kristen baru
begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan kerinduan
untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari
terlupakan. Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual harta
mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup
sebagai suatu persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari
uang bukan lagi merupakan haI yang terpenting dalam hidup. Satu-satunya
hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita yang-mengubah
hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).
Jemaat bertumbuh.
Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan
terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat
sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu
lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk
memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba
dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan
bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu,
ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental
dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup
persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus,
gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah
merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid
merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku
Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak
dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi
dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu.
Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah
pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka
tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali
menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum
memeluk agama Yahudi.
Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk
mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara
orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak
menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada
bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam
kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus
berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan,
Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari
"orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong
langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap
agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke
Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang
bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi
yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari
keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai
latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi
yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari
orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin
sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah
berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu.
Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi
Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu
menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci
pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di
Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar
baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut.
Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan
pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga
memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka
malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini
merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa
kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes
kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka
segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas
mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi
dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus
yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh
para penguasa Yahudi.
|
|
|
|
|
|
|
|
Merdeka dlm Kristus |
|
|
|
GEREJA DI ANTIOKHIA
Kota Antiokhia dibangun oleh Seleukus Nicator dalam tahun 300 Sm. Di
bawah pemerintahan raja-raja Seleuk yang pertama ia berkembang dengan
pesat. Pada mulanya kota ini sepenuhnya dihuni oleh orang-orang Yunani,
namun kemudian orang-orang Siria menetap di luar tembok kota dan
akhirnya menyatu dengan kota sejalan dengan perkembangan kota itu. Unsur
penduduk yang ketiga adalah orang-orang Yahudi, banyak di antaranya
yang merupakan keturunan dari penghuni kota pertama yang didatangkan
dari Babilon. Mereka mempunyai hak-hak yang sama dengan orang Yunani dan
tetap menjalankan ibadat mereka di sinagoge-sinagoge. Di bawah
pemerintahan Romawi, Antiokhia menjadi makmur. Karena merupakan pintu
gerbang militer dan perniagaan ke Timur, ia menjadi kota yang terbesar
setelah Roma dan Aleksandria.
Tahun berdirinya gereja di Antiokhia tidak dinyatakan dengan jelas.
Nampaknya ia berdiri tidak lama setelah kematian Stefanus, mungkin
sekitar tahun 33 hingga 40. Untuk mendapatkan ukuran dan reputasi yang
cukup berarti hingga dapat menarik perhatian gereja di Yerusalem (11:22)
tentu dibutuhkan beberapa waktu. Gereja di Yerusalem mengutus Barnabas
untuk mengunjungi Antiokhia, di mana ia bekerja entah selama berapa
lama, dan kemudian pergi ke Tarsus untuk meminta Paulus agar menjadi
pembantunya (11:22-26). Mereka bekerja bersama-sama selama;
sekurang-kurangnya satu tahun setelah itu (11:26) sebelum Agabus
meramalkan bahaya kelaparan yang akan menimpa dunia "pada zaman
Claudius" (11:28). Makna yang tersirat dalam ayat ini adalah bahwa;
ramalan ini diberikan sebelum Claudius naik takhta pada tahun 41, dan
bahwa bahaya kelaparan terjadi sesudah itu. Data kronologis lainnya
diperoleh dari penyebutan tentang Herodes Agripa I (12:1), yang
meninggal dunia pada tahun 44. Mungkin pelayanan di Antiokhia dimulai
sekitar tahun 33 hingga 35. Bila dana bantuan kelaparan dikumpulkan
sekitar tahun 44, Barnabas pasti telah mulai menjalin hubungannya dengan
Antiokhia sekitar tahun 41, yang berarti bahwa Paulus mulai menjalankan
tugasnya di sana pada tahun 42.
Meskipun kronologi ini tidak dapat dikatakan pasti, ia cukup sesuai
dengan perkembangan kegiatan Paulus yang diketahui. Bila ia menjadi
percaya dalam tahun 31 atau katakanlah 32, dan menghabiskan waktu tiga
tahun di kawasan Damsyik (Galatia 1:18), ia akan tiba di Yerusalem
sebelum tahun 35. Bila ia menghabiskan waktu selama satu atau dua tahun
di Yerusalem sebelum kembali ke Tarsus (Kisah 9:28-30), maka ketika
Bamabas datang untuk menyertainya dalam tugas barunya ia tentu sudah
berkhotbah selama lima tahun di Tarsus dan Kilikia. Nampaknya ada suatu
kesenjangan waktu yang cukup besar di sini, tetapi banyak kesenjangan
lain dalam karangan Lukas mengenai perkara yang sama pentingnya hingga
keadaan ini tidak menjadi sesuatu yang luar biasa.
Gereja di Antiokhia cukup penting, karena ia memiliki beberapa segi
yang menonjol. Pertama, ia adalah induk dari gereja bagi bangsa-bangsa
lain. Rumah di keluarga Kornelius tidak dapat disebut gereja dalam arti
yang sama dengan kelompok umat di Antiokhia, karena ia adalah suatu
kelompok keluarga pribadi bukan suatu jemaat umum. Dari gereja Antiokhia
berangkatlah misi resmi yang pertama ke dunia yang belum tersentuh
Injil. Di Antiokhia dimulailah perdebatan yang pertama tentang status
umat Kristen dari bangsa-bangsa lain. Ia merupakan pusat tempat
berkumpulnya para pemimpin gereja. Secara bergantian, Petrus, Barnabas,
Titus, Yohanes Markus, Yudas Barsabas, Silas, dan bila naskah Barat
benar, penulis dari buku ini sendiri, semuanya dihubungkan dengan gereja
di Antiokhia. Patut untuk diperhatikan bahwa dapat dikatakan mereka
semuanya terlibat dalam misi kepada bangsa-bangsa lain dan disebut-sebut
dalam Surat Kiriman Paulus maupun di dalam Kisah Para Rasul.
Kitab-kitab Injil mungkin berasal dari Antiokhia. Kemungkinan
hubungan di antara Markus dan Lukas maupun kenyataan pertemuan mereka di
Roma barangkali dapat menjawab beberapa masalah yang sering
diperdebatkan dalam masalah Sinoptis. Ignatius, uskup di Antiokhia pada
akhir abad yang pertama, nampaknya nyaris hanya mengutip dari Matius,
ketika ia berbicara mengenai Injil, seolah-olah Injil Matius adalah
satu-satunya Injil Sinoptis yang diketahuinya. Streeter mempertahankan
pendapatnya secara panjang lebar bahwa Injil Matius berasal dari
Antiokhia, karena ia digunakan oleh Ignatius dan di dalam Didakhe
(Ajaran Dua Belas Rasul, keduanya menurutnya adalah dokumen-dokumen
orang Siria. Bila ketiga Injil Sinoptis menanamkan dasarnya pada suasana
yang hidup dalam khotbah lisan gereja di Antiokhia, pelayanan firman
mereka kepada dunia dapat dikatakan merupakan warisan dari gereja ini
kepada bangsa-bangsa lain yang percaya dari masa yang lalu maupun masa
sekarang.
Gereja di Antiokhia juga tersohor karena guru-gurunya. Di antara
mereka yang disebut di dalam Kisah Para Rasul 13:1, hanya Barnabas dan
Paulus yang baru dikenal dalam beberapa penyebutan belakangan, tetapi
pelayanan mereka pasti telah membuat gereja ini terkenal sebagai pusat
pengajaran. Jelas sekali bahwa Antiokhia telah mengalahkan Yerusalem
sebagai pusat pengajaran Kristen dan sebagai markas misi penginjilan.
Mungkin perkembangan Antiokhia makin dipercepat oleh penindasan
Herodes dalam tahun 44. Gereja di Yerusalem selalu dalam keadaan
kekurangan dana, karena banyak anggota jemaat yang miskin yang harus
selalu ditunjang oleh sumbangan-sumbangan. Bahaya kelaparan itu pasti
makin melemahkan mereka, meskipun ada dana sumbangan dari Antiokhia
(11:28-30). Penindasan di bawah Herodes mengakibatkan kematian Yakobus,
anak Zebedeus (12:2), dan Petrus juga nyaris kehilangan nyawanya
(12:17). Kisah selingan dalam 12:1-24 hanya memberikan gambaran sekilas
tentang keadaan di Yerusalem, tetapi ia menunjukkan gereja yang tetap
setia bertahan meskipun tekanan begitu berat, yang terus berusaha
mempertahankan keberadaannya sampai saat yang terakhir.
Fakta yang paling kuat tentang gereja di Antiokhia adalah kesaksian
ini. "Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut
Kristen" (11:26). Sebelum itu orang-orang yang percaya kepada Kristus
dianggap sebagai suatu sekte agama Yahudi, tetapi dengan masuknya
bangsa-bangsa lain ke dalam kelompok mereka dan dengan makin
berkembangnya sistem pengajaran yang sangat berbeda dengan hukum Musa,
dunia mulai melihat perbedaan itu dan menyebut mereka dengan julukan
yang lebih tepat. "Kristen" berarti "milik Kristus" seperti Herodian
berarti "milik Herodes". Mungkin nama ini dimaksudkan sebagai suatu
ejekan, tetapi watak para Rasul dan kesaksian yang mereka sampaikan
memberikan arti yang menyanjung.
MISI KEPADA BANGSA-BANGSA LAIN
Pada tahun 46 atau sekitarnya gereja di Antiokhia telah tumbuh
menjadi suatu kelompok yang mantap dan aktif. Mereka memperdalam
pengetahuannya tentang iman, reputasi mereka sudah tersohor di seluruh
kota hingga mereka sudah dianggap sebagai suatu kelas tersendiri sebagai
orang-orang Kristen, dan mereka mendukung suatu ekspedisi ke Yerusalem
untuk menyampaikan sumbangan bagi mereka yang menderita karena
kelaparan. Ketika mereka sedang menjalankan ibadah sebagaimana biasanya,
datanglah panggilan untuk meng-"khususkan Barnabas dan Saulus" (13:2)
untuk melakukan suatu tugas khusus. Untuk menaati perintah Roh Kudus,
gereja mengkhususkan kedua orang ini untuk menjalankan tugas yang baru
dan mengutus mereka untuk menjalankan misinya.
Siprus
Tujuan pertama dari kegiatan mereka adalah Siprus, tempat asal
Barnabas (4:36). Mungkin gereja mempunyai beberapa kepentingan di sana,
karena "orang Siprus" (11:20) termasuk di antara mereka yang
pertama-tama mengabarkan Injil di Antiokhia. Barnabas dan Saulus,
disertai Yohanes Markus sebagai pembantu mereka, mengunjungi
sinagoge-sinagoge dan memberitakan kabar baru di sana. Ketika berselisih
dengan Elimas yang berusaha membelokkan iman gubernur, Paulus tampil ke
depan. Karena ia tahu akan ilmu-ilmu setan yang dianut Elimas, Paulus
mengecamnya di muka umum, dan mengutuknya. Gubernur terpesona melihat
hukuman yang segera jatuh pada Elimas, dan "percaya" (13:12).
Tidak ada catatan statistik tentang hasil penginjilan di Siprus,
tetapi ada suatu perubahan penting yang terjadi. Dalam Kisah Para Rasul
13:2 kelompok mereka disebut "Barnabas dan Saulus," yang menempatkan
Barnabas pada posisi yang lebih menonjol sebagai penginjil yang lebih
senior, dan menyebut Paulus dengan nama Yahudinya. Dalam Kisah Para
Rasul 13:13 peristilahan yang dipakai berubah menjadi "Paulus dan
kawan-kawannya," dengan menggunakan nama Yunani Paulus. Dari titik
inilah di kisah ini Paulus menjadi tokoh yang paling menonjol. Pelayanan
di Siprus mengungkapkan bakat kepemimpinan Paulus dan menempatkannya
sebagai pemimpin misi dengan suara bulat.
Dalam periode yang sama ada dua peristiwa lain yang terjadi. Paulus
meninggalkan Siprus dan pindah ke Asia Kecil, dan Yohanes Markus
mengundurkan diri dari kelompok mereka serta kembali ke Yerusalem. Bagi
Paulus ini adalah awal dari proyek penginjilan sedunia untuk mewartakan
Injil ke wilayah-wilayah yang belum terjamah. Markus nampaknya
seolah-olah telah menyimpang secara tidak benar dari suatu program yang
sudah ditetapkan. Apakah ia merasa iri hati karena saudaranya, Barnabas,
yang didudukkan di tempat kedua, atau ia merasa takut memasuki wilayah
yang liar di pedalaman Asia Kecil, atau ia mempunyai perbedaan prinsip
dengan Paulus, tidak pernah diceritakan. Yang jelas ia tidak mau
melanjutkan perjalanannya lebih lanjut dan kembali pulang.
Antiokhia di Pisidia
Khotbah Paulus di dalam sinagoge di Antiokhia di Pisidia, dikutip
secara panjang lebar oleh Lukas (Kisah 13:16-43). Secara umum gaya
pidatonya menyerupai gaya Stefanus, karena ia menggunakan cara
pendekatan dengan mengulang kembali sejarah hubungan Allah dengan bangsa
Israel. Tema utamanya diperkenalkan dalam ayat 23: "dari
keturunannyalah sesuai dengan yang telah dijanjikannya, Allah telah
membangkitkan Juruselamat bagi orang Israel, yaitu Yesus . . . "
Pengembangan tema ini tidak jauh menyimpang dari khotbah-khotbah
apostolik yang telah dikutip dalam pasal-pasal Kisah Para Rasul
terdahulu, tetapi ketika Paulus tiba pada puncak pidatonya ia
mengemukakan suatu unsur yang baru:
Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara,
oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di
dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari
segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa (Kisah 13:38-39).
Meskipun Petrus telah memaklumkan kebangkitan dan pengampunan dari
dosa melalui Kristus (2:32, 36, 38; 3:15, 19; 5:30-31; 10:40, 43), baru
pertama kali itulah ada orang mengatakan dengan jelas bahwa setiap orang
dapat dibenarkan di hadapan Allah hanya karena iman. Dibenarkan berarti
dinyatakan benar, atau secara hukum dianggap benar. Jaminan akan
keselamatan dapat diperoleh hanya dengan iman kepada . Allah, berarti
hukum Taurat akan kehilangan artinya dan menjadi sia-sia.
Ini adalah suatu terobosan yang baru dan berani dalam kebenaran tentang Kristus.
Akibat dari pernyataan ini timbul dua macam reaksi. Di satu pihak
ada tanggapan luar biasa atas pidato Paulus, karena "pada hari Sabat
berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar
firman Allah" (13:44). Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang menentang
mereka penuh dengan perasaan dengki hingga merasa iri hati dan memfitnah
(13:45). Akhirnya Paulus menyatakan bahwa ia akan berpaling kepada
bangsa-bangsa lain, yang sebagian daripadanya sudah menjadi percaya
(13:48). Maka gereja yang baru di Antiokhia di Pisidia tidak berpusat
pada orang-orang Yahudi melainkan pada orang-orang bukan Yahudi.
Ikonium, Listra, dan Derbe
Keadaan yang sama terjadi di kota Ikonium, yang terletak agak ke
sebelah tenggara dari Antiokhia. Jemaat Kristen yang subur dibangun di
dalam sinagoge, tetapi pertentangan pendapat begitu hebat hingga para
pengkhotbah diusir dari kota dan bersembunyi di kota-kota sekitarnya,
yaitu Listra dan Derbe.
Di Listra Paulus menghadiri orang-orang yang memuja berhala. Imam
dewa Zeus yang datang dari luar kota (14:13), ketika melihat bagaimana
Paulus menyembuhkan orang lumpuh mengira bahwa Paulus dan Barnabas
adalah dewa-dewa yang turun ke bumi, dan mencoba untuk mempersembahkan
kurban bagi mereka. Protes keras Paulus terhadap kesalahan ini,
menimbulkan gagasan baru bagi metode pendekatannya ke dalam alam
pemikiran kafir, yang buta terhadap Perjanjian Lama. Ia dan Barnabas
berbicara tentang Allah yang esa yang memberikan "hujan dari langit dan
... musim-musim subur" (14:17), suatu titik pertemuan yang dapat
diterima oleh para petani sederhana di kawasan itu apakah mereka
mempunyai pengetahuan formal tentang teologi atau tidak.
Pelayanan mereka di Listra terputus oleh serangan mendadak dari
orang-orang Yahudi yang memusuhi mereka dari Antiokhia di Pisidia dan
Ikonium, yang membujuk orang-orang yang kurang berpengetahuan dan mudah
terpengaruh itu bahwa Paulus adalah seorang tukang propaganda yang
berbahaya. Ia dilempari batu dan diseret ke luar kota seperti orang
mati, tetapi ia sadar kembali lalu meninggalkan kota itu menuju ke Derbe
untuk mengajar di sana. Setelah menghimpun sejumlah orang percaya di
kota itu, Paulus dan Barnabas menoleh kembali kepada jejak-jejak yang
mereka tinggalkan, untuk memperkokoh dan membenahi gereja- gereja yang
telah mereka bangun. Mereka kembali ke Antiokhia Siria untuk melaporkan
apa-apa yang telah diperbuat Allah bersama mereka, dan menunjukkan
bagaimana " . . . ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada
iman" (14:27).
Tidaklah berlebih-lebihan bila dikatakan bahwa laporan perjalanan
ini sangat penting. Hal ini membawa Paulus ke garis depan sebagai
seorang pemimpin gereja, dan menyejajarkannya dengan para rasul (band.
Galatia 2:7-9). Ia juga memberikan andil bagi pendidikan Yohanes Markus,
meskipun nampaknya ia sudah membuat suatu kegagalan besar. Hubungan
awal dengan Timotius mungkin terjadi selama perjalanan ini, karena
Paulus berbicara tentang pengalamannya di kawasan ini ketika ia menulis
kepada Timotius bertahun-tahun sesudahnya (2Timotius 3:11). Di atas
segalanya, ia menandai suatu tolok ukur baru di dalam pemikiran teologis
gereja, karena dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perjalanan
ini lahirlah ajaran Paulus tentang pembenaran karena iman.
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar