MEMUJI
TUHAN: Membungkam Musuh
edisi 04 april 2014
Baca: 1 Samuel 16:14-23
"Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya." 1 Samuel 16:23
Tuhan suka dipuji dan disembah bukan berarti haus akan pujian umatNya sehingga Ia ingin terus dipuji-puji. Jangan pernah berpikir bahwa ketika kita memuji-muji Tuhan semuanya itu untuk kepentinganNya, tapi sesungguhnya yang terutama adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebab pada saat kita memuji Tuhan ada perkara besar yang Tuhan kerjakan bagi kita, yaitu Tuhan sedang membungkam musuh dan pendendam, "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3).
Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mempercayai Tuhan berperang ganti kita. Tuhan akan berperang ganti kita. Tuhan akan menghancurkan pekerjaan Iblis dan menggagalkan setiap rencana jahatnya supaya Iblis menjadi tidak berdaya dan bertekuk lutut, sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali. Jika saat ini kita sedang disakiti, diserang dan diintimidasi Iblis dengan berbagai masalah dan sakit penyakit jangan sekali-kali kita menyerah, sebaliknya angkatlah suara dan pujilah Tuhan! Katakan, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6).
Saat pujian kita naikkan kepada Tuhan, saat itu pula Tuhan membungkam kekuatan musuh. Ketika roh jahat mengganggu Saul, Daud pun memainkan kecapi sambil memuji-muji Tuhan, saat itu pula roh jahat undur dan lari daripada Saul. Pula ketika Yosafat diserang oleh bani Moab dan Amon, ia pun menaruh tim pujian di depan barisan pasukan perangnya. "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (2 Tawarikh 20:21), dan ketika mereka mulai bersorak-sorai sambil memuji Tuhan, "...dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah." (2 Tawarikh 20:22).
Saat kita memuji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Baca: 1 Samuel 16:14-23
"Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya." 1 Samuel 16:23
Tuhan suka dipuji dan disembah bukan berarti haus akan pujian umatNya sehingga Ia ingin terus dipuji-puji. Jangan pernah berpikir bahwa ketika kita memuji-muji Tuhan semuanya itu untuk kepentinganNya, tapi sesungguhnya yang terutama adalah untuk kepentingan kita sendiri, sebab pada saat kita memuji Tuhan ada perkara besar yang Tuhan kerjakan bagi kita, yaitu Tuhan sedang membungkam musuh dan pendendam, "Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3).
Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mempercayai Tuhan berperang ganti kita. Tuhan akan berperang ganti kita. Tuhan akan menghancurkan pekerjaan Iblis dan menggagalkan setiap rencana jahatnya supaya Iblis menjadi tidak berdaya dan bertekuk lutut, sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali. Jika saat ini kita sedang disakiti, diserang dan diintimidasi Iblis dengan berbagai masalah dan sakit penyakit jangan sekali-kali kita menyerah, sebaliknya angkatlah suara dan pujilah Tuhan! Katakan, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" (Mazmur 42:6).
Saat pujian kita naikkan kepada Tuhan, saat itu pula Tuhan membungkam kekuatan musuh. Ketika roh jahat mengganggu Saul, Daud pun memainkan kecapi sambil memuji-muji Tuhan, saat itu pula roh jahat undur dan lari daripada Saul. Pula ketika Yosafat diserang oleh bani Moab dan Amon, ia pun menaruh tim pujian di depan barisan pasukan perangnya. "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" (2 Tawarikh 20:21), dan ketika mereka mulai bersorak-sorai sambil memuji Tuhan, "...dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah." (2 Tawarikh 20:22).
Saat kita memuji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
SIKAP
MEMUJI TUHAN
, edisi 02 april
2014
Baca: Mazmur 99:1-9
"Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!" Mazmur 99:3
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang tidak bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan. Mereka memuji Tuhan ala kadarnya padahal mereka tahu kepada siapa pujian itu ditujukan, bukan kepada manusia, tapi kepada Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Maka dari itu sikap hati dan sikap tubuh kita dalam memuji Tuhan adalah hal yang sangat penting. Saat memuji Tuhan hati kita harus benar, tidak ada ganjalan, harus terbebas dari hal-hal yang negatif: iri hati, amarah, jengkel, sakit hati, benci, dendam, sombong dan sebagainya. Begitu juga sikap tubuh kita turut menentukan.
Pemazmur menggambarkan bagaimana kita bersikap dan mengekspresikan puji-pujian bagi Tuhan: a. Bersorak-sorai. "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, " (Mazmur 32:11). b. Bertepuk-tangan. "Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! " (Mazmur 47:2). c. Angkat tangan. "Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." (Mazmur 63:5). d. Tari-tarian. "Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!" (Mazmur 149:3).
Ketika kita memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sikap hati yang benar Tuhan menyatakan hadiratNya di tengah-tengah kita, bahkan Ia sendiri bertakhta di puji-pujian kita. Untuk menghormati hadirat Tuhan, selain memuji Dia, kita juga harus menyembahNya. Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Karena itu kita harus menghormati hadirat Tuhan dengan menyembahNya, bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi bisa juga melalui sikap bersujud, bertelut, tersungkur, mengangkat tangan dan sebagainya sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, karena Dia adalah "...Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah." (Mazmur 95:3).
Janganlah memuji dan menyembah Tuhan karena kebiasaan, apalagi jika kita tidak hidup dalam kebenaran; niscaya Tuhan tidak akan pernah berkenan kepada puji-pujian kita!
Baca: Mazmur 99:1-9
"Biarlah mereka menyanyikan syukur bagi nama-Mu yang besar dan dahsyat; Kuduslah Ia!" Mazmur 99:3
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang tidak bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan. Mereka memuji Tuhan ala kadarnya padahal mereka tahu kepada siapa pujian itu ditujukan, bukan kepada manusia, tapi kepada Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Maka dari itu sikap hati dan sikap tubuh kita dalam memuji Tuhan adalah hal yang sangat penting. Saat memuji Tuhan hati kita harus benar, tidak ada ganjalan, harus terbebas dari hal-hal yang negatif: iri hati, amarah, jengkel, sakit hati, benci, dendam, sombong dan sebagainya. Begitu juga sikap tubuh kita turut menentukan.
Pemazmur menggambarkan bagaimana kita bersikap dan mengekspresikan puji-pujian bagi Tuhan: a. Bersorak-sorai. "Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, " (Mazmur 32:11). b. Bertepuk-tangan. "Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! " (Mazmur 47:2). c. Angkat tangan. "Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu." (Mazmur 63:5). d. Tari-tarian. "Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi!" (Mazmur 149:3).
Ketika kita memuji Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sikap hati yang benar Tuhan menyatakan hadiratNya di tengah-tengah kita, bahkan Ia sendiri bertakhta di puji-pujian kita. Untuk menghormati hadirat Tuhan, selain memuji Dia, kita juga harus menyembahNya. Penyembahan adalah ungkapan penghormatan atas kebesaran, keagungan dan kekudusan Tuhan. Karena itu kita harus menghormati hadirat Tuhan dengan menyembahNya, bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi bisa juga melalui sikap bersujud, bertelut, tersungkur, mengangkat tangan dan sebagainya sebagai tanda merendahkan diri dan ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, karena Dia adalah "...Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah." (Mazmur 95:3).
Janganlah memuji dan menyembah Tuhan karena kebiasaan, apalagi jika kita tidak hidup dalam kebenaran; niscaya Tuhan tidak akan pernah berkenan kepada puji-pujian kita!
PUJIAN
BAGI TUHAN
edisi 29 Maret 2014
Baca: Mazmur 149:1-9
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah
Dia dalam jemaah orang-orang saleh." Mazmur 149:1
Nabi Amos sudah menubuatkan bahwa di hari-hari akhir menjelang kedatangan Tuhan
yang kedua kali akan terjadi pemulihan besar-besaran dalam hal pujian dan
penyembahan. "Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok
Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan
kembali reruntuhannya;" (Amos 9:11). Tuhan berjanji
memulihkan atau mendirikan kembali pondok Daud. Apa maksudnya?
Dalam 1 Tawarikh 16:1-6 dijelaskan bahwa di dalam pondok atau kemah Daud ada
tabut Tuhan, di mana raja Daud menempatkan para imam di situ dan mereka
terus-menerus memainkan alat musik sambil memuji-muji Tuhan. Di situlah
hadirat Tuhan turun dan mereka merasakan lawatan Tuhan secara luar biasa.
Saat ini kemah Daud sudah tidak ada, tapi Tuhan berjanji memulihkannya;
dan waktu pemulihan itu sekarang!
Kata pemulihan
memiliki arti mengembalikan sesuatu yang telah hilang atau rusak kepada keadaan
semula atau aslinya sehingga menata kembali, menyegarkan dan menyelesaikan
hingga menjadi sempurna. Saat ini pemulihan dalam hal pujian penyembahan
nyata melanda gereja Tuhan; kegerakan rohani terjadi di mana-mana.
Kepada siapa puji-pujian kita tujukan? Puji-pujian kita harus tertuju dan
terpusat pada Tuhan, bukan kepada hamba Tuhan, pemimpin pujian atau pemain
musik, karena hanya Tuhanlah yang layak menerima pujian dan kemuliaan. "Ya
Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa;
sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu
semuanya itu ada dan diciptakan." (Wahyu 4:11). Apa itu
pujian? Adalah ungkapan hati penuh sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan
karena kasih setiaNya, kebaikanNya, anugerahNya, pertolonganNya, kemenanganNya
dan perbuatanNya yang ajaib.
Dalam memuji dan
menyembah Tuhan sudahkah kita memahami dan meresapi setiap kata yang kita
nyanyikan? Jika tidak, berarti kita memuji dengan bibir saja, sedangkan
hati kita jauh dari Tuhan. "Bangsa ini memuliakan Aku dengan
bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah
kepada-Ku," Markus 7:6
IMAN MENGHASILKAN MUJIZAT
, edisi 28 Maret
2014
Baca: Ibrani 11:1-40
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 11:1
Sebagai orang percaya kita pasti memiliki kerinduan untuk mengalami segala hal yang baik dari Tuhan: mujizat, kesembuhan, pemulihan, kelepasan dan sebagainya. Namun ada pula yang masih ragu, bahkan tidak percaya dengan mujizat atau pekerjaan adikodrati. Mereka berpikir kalau ada orang Kristen yang sakit parah lalu disembuhkan dan mengalami kelepasan hanyalah sebuah kebetulan, toh ada banyak orang di luar sana yang juga mengalami hal yang sama, meski mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka juga beranggapan zaman mujizat sudah lewat, dan di zaman yang serbamutakhir ini logikalah yang berbicara. Acapkali dengan logika kita sebagai manusia kita membatasi kuasa Tuhan bekerja. Segala sesuatu kita ukur dengan apa yang nampak secara kasat mata.
Mujizat itu tidak ada rumusnya dan hanya dapat dialami dengan iman. Mujizat itu sudah disediakan Tuhan, namun seringkali belum kita lihat secara kasat mata; adapun tugas kita adalah percaya dengan iman. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat. Memang kita belum melihatnya, tetapi semua yang tertulis di dalam Alkitab harus kita percayai. "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Karena itu setiap orang Kristen harus "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). FirmanNya menciptakan yang tak ada menjadi ada, yang tak terlihat akan menjadi nampak, yang mustahil menjadi mungkin.
Kata firman (bahasa Yunani) memiliki dua pengertian: logos dan rhema. Logos adalah firman yang tertulis dalam Alkitab atau ayat-ayat Alkitab, sedangkan rhema adalah firman yang dihidupkan, suatu firman pilihan Tuhan yang spesifik, yang dihidupkan, firman dari Tuhan kepada kita yang dikhususkan untuk saat ini. Mintalah kepada Tuhan agar setiap firman yang kita baca menjadi rhema, tidak hanya sebatas logos.
Saat kita membaca, merenungkan dan mempercayai firman Tuhan, firmanNya itu menjadi rhema, menghidupkan iman kita, berbicara kepada kita dan menjadikan mujizat bagi kita.
Baca: Ibrani 11:1-40
"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ibrani 11:1
Sebagai orang percaya kita pasti memiliki kerinduan untuk mengalami segala hal yang baik dari Tuhan: mujizat, kesembuhan, pemulihan, kelepasan dan sebagainya. Namun ada pula yang masih ragu, bahkan tidak percaya dengan mujizat atau pekerjaan adikodrati. Mereka berpikir kalau ada orang Kristen yang sakit parah lalu disembuhkan dan mengalami kelepasan hanyalah sebuah kebetulan, toh ada banyak orang di luar sana yang juga mengalami hal yang sama, meski mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka juga beranggapan zaman mujizat sudah lewat, dan di zaman yang serbamutakhir ini logikalah yang berbicara. Acapkali dengan logika kita sebagai manusia kita membatasi kuasa Tuhan bekerja. Segala sesuatu kita ukur dengan apa yang nampak secara kasat mata.
Mujizat itu tidak ada rumusnya dan hanya dapat dialami dengan iman. Mujizat itu sudah disediakan Tuhan, namun seringkali belum kita lihat secara kasat mata; adapun tugas kita adalah percaya dengan iman. Iman adalah bukti dari segala sesuatu yang belum terlihat. Memang kita belum melihatnya, tetapi semua yang tertulis di dalam Alkitab harus kita percayai. "demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:11). Karena itu setiap orang Kristen harus "...hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). FirmanNya menciptakan yang tak ada menjadi ada, yang tak terlihat akan menjadi nampak, yang mustahil menjadi mungkin.
Kata firman (bahasa Yunani) memiliki dua pengertian: logos dan rhema. Logos adalah firman yang tertulis dalam Alkitab atau ayat-ayat Alkitab, sedangkan rhema adalah firman yang dihidupkan, suatu firman pilihan Tuhan yang spesifik, yang dihidupkan, firman dari Tuhan kepada kita yang dikhususkan untuk saat ini. Mintalah kepada Tuhan agar setiap firman yang kita baca menjadi rhema, tidak hanya sebatas logos.
Saat kita membaca, merenungkan dan mempercayai firman Tuhan, firmanNya itu menjadi rhema, menghidupkan iman kita, berbicara kepada kita dan menjadikan mujizat bagi kita.
KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH HUBUNGAN
edisi 27 Maret 2014
Baca: Efesus 2:11-22
"Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah
mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu
perseteruan," Efesus 2:14
Sesungguhnya kekristenan bukanlah agama, melainkan sebuah hubungan yang karib
antara Allah dengan umatNya. Namun hubungan yang karib itu terputus oleh
karena dosa dan pelanggaran manusia. Hidup manusia terpisah dari
Allah. Namun kini hubungan yang terputus itu telah pulih kembali melalui
pengorbanan Yesus Kristus di Kalvari. "Tetapi sekarang di dalam
Kristus Yesus kamu, yang dahulu 'jauh', sudah menjadi "dekat" oleh
darah Kristus." (Efesus 2:13).
Jadi kekristenan itu bukan hanya status atau
identitas, namun setiap orang yang mengku dirinya Kristen seharusnya juga
memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan. Adalah sia-sia kita mengaku diri
sebagai orang Kristen apabila kita tidak memiliki persekutuan yang karib dengan
Tuhan secara pribadi. Bagaimana kerohanian kita bisa bertumbuh jika kita
tidak secara intensif mencari wajahNya? Sedangkan pertumbuhan rohani
selalu berkaitan dengan seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan. Oleh
karena itu sangat penting bagi kita membangun persekutuan dengan Tuhan setiap
hari. Orang Kristen yang tidak berdoa tidak memiliki hubungan yang baik
dengan Tuhan; cepat atau lambat pasti akan mengalami kemunduran dalam
kerohanian. Ada banyak orang Kristen tidak lagi antusias terhadap
perkara-perkara rohani dan secara perlahan mengundurkan diri dari pelayanan
karena mereka tidak memiliki kehidupan doa yang efektif. Padahal doa
adalah nafas hidup orang percaya. Dapatkah kita hidup tanpa
bernafas? Mustahil. Jika kita tidak bernafas kita akan mati.
Begitu pula kehidupan rohani, tanpa doa kerohanian
kita akan mati; sebaliknya akan menjadi segar dan dipulihkan ketika kita
membangun hidup kita dengan berdoa. Penginjilan, pelayanan, kegerakan
rohani maupun gereja tidak akan berhasil dan berdampak tanpa kekuatan
doa. Ketika kita berdoa Roh kudus menolong dan menuntun kita kepada
kehendak dan rencana Tuhan sehingga kita dapat berkata, "...janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
(Matius 26:39).
Tanpa doa kita tidak punya kekuatan dan tidak
memiliki hubungan baik dengan Tuhan!
DOA ORANG BENAR: Sesuai Kehendak Tuhan
edisi 26 Maret 2014
Baca: Mazmur 6:1-11
"TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima
doaku." Mazmur 6:10
Berdoa dengan iman berarti percaya bahwa apa saja yang kita minta dan doakan
telah kita terima dari Tuhan (baca Markus
11:24). Jangan sekali-kali bimbang terhadap apa pun yang kita
doakan. "...sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut,
yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah
mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus
1:6-7), dan "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah." (Ibrani 11:6a). Selain itu kita juga harus
memperhatikan isi doa kita, apakah sesuai kehendak Tuhan atau tidak. Bila
isi doa kita bertujuan menyenangkan daging atau memuaskan hawa nafsu, sulit
rasanya memperoleh jawaban dari Tuhan. "Atau kamu berdoa juga,
tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu
minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."
(Yakobus 4:3).
Bila saat ini pintu-pintu berkat serasa tertutup,
usaha tampak seret, kita kekeringan, "Kamu menabur banyak, tetapi
membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu
minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai
panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh
dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hagai 1:6), jangan langsung
kecewa dan berani menyalahkan Tuhan! Mungkin selama ini kita tidak
sungguh-sungguh berdoa; kita mengabaikan jam-jam doa kita, bahkan mezbah
doa kita telah menjadi reruntuhan. Elia memperingatkan bangsa Israel,
"'Datanglah dekat kepadaku!' Maka mendekatlah seluruh rakyat itu
kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu."
(1 Raja-Raja 18:30).
Mezbah
berbicara tentang kehidupan doa. Bila mezbah doa kita telah runtuh,
jangan tunggu waktu lagi, segeralah naik "...ke gunung, bawalah
kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan
menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN." (Hagai
1:8). Apa pun masalah yang kita hadapi, tetaplah berdoa.
"Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya." 1 Yohanes 5:14
DOA
ORANG BENAR: Menggerakkan Hati Tuhan
Baca: Yakobus 5:12-20
"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat
besar kuasanya." Yakobus 5:16b
Elia adalah manusia biasa seperti kita, punya kelemahan dan keterbatasan.
Namun ketika ia sungguh-sungguh berdoa, doanya beroleh jawaban dari
Tuhan. Elia berdoa supaya jangan turun hujan, maka hujan pun tidak turun
di bumi selama 3,5 tahun. Kemudian ia berdoa minta hujan, maka langit
menurunkan hujan dan bumi pun mengeluarkan buahnya. Krisis besar yang
sedang dihadapi bangsa Israel, baik itu krisis iman dan juga krisis ekonomi
karena kekeringan, dapat terselesaikan karena kekuatan doa. Luar
biasa! Keberadaan Elia sebagai manusia biasa ini seharusnya memotivasi
kita bahwa setiap orang percaya, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang
sama memperoleh jawaban doa dari Tuhan, asalkan berdoa sungguh-sungguh, penuh
iman dan doa kita sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi, di segala keadaan
tetaplah berdoa, jangan pernah jemu-jemu.
Tuhan sangat memperhatikan setiap seruan orang benar! Orang benar adalah yang hidupnya seturut
kehendak Tuhan. Hidup kita harus benar terlebih dahulu supaya doa kita
didengar dan dijawab Tuhan. "Sesungguhnya, tangan
TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak
kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan
Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."
(Yesaya 59:1-2). Ketidaktaatan adalah penghalang utama terjawabnya doa
seseorang. Selama kita masih hidup dalam dosa, Tuhan akan memalingkan wajahnya
terhadap kita, artinya doa kita mustahil dijawab. Tuhan berkata, "Apabila
kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan
sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab
tanganmu penuh dengan darah." (Yesaya 1:15).
Bila selama ini doa-doa kita seperti terbentur atap
dan serasa sulit menembus sorga, jangan marah dan menyalahkan Tuhan.
Pasti ada alasan mengapa Tuhan diam dan tidak bertindak, salah satunya adalah
karena ketidaktaatan kita sendiri.
"Basuhlah, bersihkanlah dirimu,
jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku."
(Yesaya 1:16)., barulah Tuhan akan mengindahkan doa kita.
MAMPU MENGENDALIKAN DIRI
Baca: Amsal
25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain karena memiliki tabiat yang kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip... intinya kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Apa itu pengendalian diri? Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Pengendalian diri berkenaan dengan komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan. Memiliki pengendalian diri berarti berani berkata tidak terhadap segala hal yang berbau kefasikan dan keduniawian seperti tertulis: "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini," (Titus 2:12). Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja keras, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat utama mengikut Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mampu mengendalikan diri berarti "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5).
Ketika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, di tengah situasi sulit dan menghadapi orang-orang yang terkadang diijinkan Tuhan untuk membentuk dan menguji kita, mampukan kita menunjukkan sikap pengendalian diri dan tetap memegang teguh nilai-nilai iman, sehingga melalui sikap dan perbuatan kita orang lain tidak lagi 'tersandung'?
Rasul Paulus bertekad, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." Amsal 25:28
Sering kita jumpai ada banyak orang Kristen yang hidupnya menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain karena memiliki tabiat yang kurang terpuji: mudah marah, ucapan tidak terkontrol, suka menjelekkan orang lain, menghakimi, menggosip... intinya kedagingan mereka masih sangat dominan. Mereka tidak mampu mengendalikan diri.
Apa itu pengendalian diri? Pengendalian diri adalah sebuah sikap tegas tidak mau dikuasai oleh keinginan-keinginan duniawi, atau tidak berkompromi terhadap segala hal yang berlawanan dengan kebenaran. Pengendalian diri berkenaan dengan komitmen seseorang untuk hidup benar, membangun kebiasaan-kebiasaan yang baik disertai tekad untuk meninggalkan, membuang, dan menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang membawa seseorang makin jauh dari jalan Tuhan. Memiliki pengendalian diri berarti berani berkata tidak terhadap segala hal yang berbau kefasikan dan keduniawian seperti tertulis: "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini," (Titus 2:12). Untuk bisa mengendalikan diri dibutuhkan kemauan, tekad, semangat dan kerja keras, karena "...roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41). Pengendalian diri penting sekali bagi orang percaya karena merupakan syarat utama mengikut Yesus. "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Mampu mengendalikan diri berarti "...menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5).
Ketika mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, di tengah situasi sulit dan menghadapi orang-orang yang terkadang diijinkan Tuhan untuk membentuk dan menguji kita, mampukan kita menunjukkan sikap pengendalian diri dan tetap memegang teguh nilai-nilai iman, sehingga melalui sikap dan perbuatan kita orang lain tidak lagi 'tersandung'?
Rasul Paulus bertekad, "...aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:27).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar