Keterbukaan
Seluruh Hati Kepada Allah
|
Matius
6:5-15,
terutama ayat 5-8 tentang hal berdoa. Dalam
perikop tersebut, penulis menggambarkan bahwa Allah sangat membenci
kemunafikan, tapi Dia senang bertemu dan berbicara dari hati ke hati dengan
umat tebusanNya, seperti seorang bapa yang sangat mengasihi anaknya,
memanggilnya untuk diajak bicara supaya dapat menikmati Dia. Di dalam buku Katekisasi
Westminster ada sebuah pertanyaan demikian, “Apa tujuan yang terbesar
dan terutama dalam kehidupan manusia?” Dan jawabannya yaitu “Untuk
memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.” Namun, jemaat Gereja
Protestan pada umumnya sangat pandai dalam hal memuliakan Allah tapi sangat
bodoh sekali di dalam menikmati hadirat
Allah dan persekutuan denganNya, yang sebenarnya merupakan suatu pengalaman rohani
yang penuh berkat, sangat indah dan mendalam. Sebab Dialah Pencipta yang
memiliki kedalaman-kedalaman yang penuh dengan rahasia yang selalu baru, tak
terbatas dan tak terselidiki oleh akal budi manusia dan pemahaman hati yang
terdalam sekalipun. Mereka pandai memperjuangkan kesucian dalam hidup dengan
melakukan segala sesuatu sebaik mungkin dan memberikan persembahan perpuluhan
secara teratur, namun mengabaikan Injil. Sebaliknya, malaikat di Surga tidak
bosan-bosannya berseru-seru memuji dan memuliakan Tuhan karena mereka menikmati
Allah di dalam persekutuan dan puji-pujian kepadaNya.
Dalam Matius 6:5 dikatakan, “Dan apabila kamu berdoa,
janganlah berdoa seperti orang munafik.” Dari penampilan luar, seorang
munafik kelihatannya dengan sepenuh hati
bersyukur dan memuji Tuhan atas berkatNya, namun di dalam hatinya ia
memaki-maki Tuhan. Dalam ayat selanjutnya dikatakan, “Mereka suka
mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada
tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang.” Ini bukanlah
suatu komunikasi dan doa kepada Tuhan melainkan kepada orang lain yang sedang
lalu lalang. Sebenarnya, ia lebih berfokus pada dirinya sendiri dan bukan pada
Tuhan yang mendengarkan doanya. Berkenaan dengan ini, Tuhan Yesus berkata, “Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya.” Maka barometer yang mengukur kesungguhan
dalam berdoa itu bukan orang lain tetapi Allah. Sesungguhnya, Tuhan menghendaki
orang Kristen berdoa dengan satu sikap hati yang rindu berkomunikasi dengan
Tuhan secara terbuka, jujur dan tulus di hadapanNya walaupun Tuhan telah
mengetahui seluruh isi hati setiap orang. Seringkali para hamba Tuhan, pengurus
Gereja dan jemaat mampu berdoa dengan lancar tapi tanpa hati. Ketika seorang
anak Tuhan berdoa dengan ketulusan hati, kejujuran dan keterbukaan kepada Tuhan
serta menyerahkan semuanya kepada Tuhan, mengalirlah berkat-berkat Tuhan dari
Surga turun kepadanya. Yohanes Calvin di dalam bukunya mengatakan, “Prinsip
hati yang pertama dan terutama pada waktu berdoa adalah keterbukaan hati
yang total di hadapan Allah.”
Berikutnya, Matius 6:6 mengatakan, “Tetapi jika engkau
berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu
yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan
membalasnya kepadamu.” Ayat ini bermaksud bahwa orang Kristen harus
menyediakan waktu yang sangat istimewa untuk berdoa dan mencari Allah dengan
segenap hati di tempat tersendiri karena doa adalah suatu komunikasi pribadi
dan personal yang bersifat mendalam dan merupakan pencurahan seluruh isi hati kepada Tuhan
bahkan dengan tetesan air mata atau gelak tawa. Seringkali, orang Kristen
jarang berdoa dengan air mata demi jiwa yang terhilang. Inilah kecelakaan atau
ketidaknormalan rohani. Setelah ditebus oleh Tuhan dan dibeli dengan harga
termahal yaitu dengan nyawaNya yang paling berharga, Allah ingin manusia
berkomunikasi dan bersekutu dengan Dia lebih dari apapun juga. Dia memanggil
orang-orang tebusanNya, “Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang
mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan,” (Mzm. 50:5)
karena Ia mau menyatakan kasihNya. Orang Yahudi ultra Ortodoks memiliki aturan
Taurat yang harus dilakukan untuk bisa masuk ke Surga, yaitu berdoa kepada Tuhan dan menikmati Taurat
Tuhan dalam waktu yang dikhususkan sebanyak 7 kali sehari, tepat seperti yang
dikatakan dalam Mzm. 119:164, “Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji
Engkau, karena hukum-hukumMu yang adil.” Tapi bukan berarti semua orang
Kristen harus berdoa dan menikmati FirmanNya sebanyak 7 kali sehari seperti
itu. Dalam satu hari sudah selayaknya disediakan waktu yang khusus untuk
berjumpa dengan Tuhan dalam doa, seperti Tuhan Yesus yang sekalipun Dia adalah
Anak Allah dan Dia dapat berbicara kepada BapaNya setiap saat, tetapi Yesus
mengambil waktu yang khusus di malam hari sebelum tidur dan di pagi hari
sebelum semua orang mulai bekerja atau mungkin murid-muridNya masih tidur,
untuk berdiam diri, berdoa, bersekutu dan menikmati hadirat Allah BapaNya.
Firman Tuhan mengatakan, “Di hadapanMu, ya Allah, ada sukacita dan nikmat
yang berlimpah-limpah senantiasa.” Tuhan mampu memberikan cintakasih yang
luar biasa berlimpah dan mampu membangun
kerohanian seseorang.
Selanjutnya dalam
Matius 6:7 dikatakan, “Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa
karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Tuhan tidak akan pernah
bertele-tele jika hendak memberitahukan maksudNya. Maka dalam doa pun, orang
Kristen tidak perlu bertele-tele karena Dia telah mengetahui apa yang mau
disampaikan. Janganlah memakai suatu kebiasaan atau formula rohani yang palsu
seperti bahasa Roh palsu yang sekarang sering dipakai, yang sebenarnya tidak
bertatabahasa dan juga tidak bermakna.
Matius 6:8 mengatakan,
“Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu
perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.” Ayat ini masih berhubungan dengan
Yakobus 4:2-3, “Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu
kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu
bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak
berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu
salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan
hawa nafsumu.” Jadi, walaupun manusia berupaya semaksimal mungkin namun tanpa
doa, maka dia tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya karena ada beberapa
hal khusus yang akan diberikan hanya melalui doa kepada Allah. Ada pula beberapa
hal lain yang pasti Tuhan berikan dan sediakan tanpa perlu diminta melalui doa,
seperti makanan, kesehatan, keturunan, dan sebagainya. Sebagai contoh, Hana dan
Penina berdoa dengan susah payah meminta keturunan namun Tuhan tidak segera
memberikannya. Pada akhirnya, barulah Tuhan memberikan keturunan yang diminta.
Anak yang diberikan Allah sebagai hasil pergumulan doa itu adalah anak yang
khusus dan spesial karena doa membuat segala sesuatu berasal dari tangan Tuhan
secara spesial. Karena itu, doa disebut sebagai means of grace (alat anugrah
yang spesial dalam Kristus). Orang yang banyak berdoa akan menerima banyak hal
yang khusus dan spesial dari Tuhan. Sebaliknya, orang yang tidak pernah berdoa,
tidak akan menerima hal yang spesial.
Setelah berdoa selama bertahun-tahun, Hana dan Penina dikaruniai seorang anak
bernama Samuel yang akan mengurapi 2 raja yaitu Raja Saul dan raja terbesar
dari bangsa Israel, Raja Daud. Tuhan Yesus mengajarkan agar semua orang Kristen
berdoa dengan tidak jemu-jemu. Amin.?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar