Kebenaran
(Menjadi Benar: menjadi manusia baru)
Matius 4:17 -
Apa itu Kebenaran?
Hari
ini kita akan membahas ajaran Yesus di Matius 4:17.
Lalu Yesus menjawab, kata- Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi,
karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah."
Dan Yohanespun menuruti- Nya
Ketika Yohanes mencoba untuk mencegah Yesus
menerima baptisan, Yesus berkata, "Terimalah Aku untuk dibaptis." Yesus
menundukkan dirinya pada baptisan Yohanes. Yang lebih tinggi menundukkan
diri pada yang lebih rendah. Dengan demikian Yesus menunjukkan inti dari
kebenaran, yaitu sikap penundukan demi Allah untuk menggenapkan seluruh
kebenaran.
Di pesan ini, kita akan memusatkan
perhatian pada kata ' (kebenaran)' ini. Yesus berkepentingan untuk menggenapkan seluruh
kebenaran, bukan hanya sebagian atau sebagian besar kebenaran, tetapi
seluruh kebenaran. Apa artinya? Apakah arti kebenaran di dalam Alkitab?
Apa arti menggenapkan seluruh kebenaran? Pada dasarnya, kata itu berarti
menggenapkan seluruh perintah atau kehendak Allah bagi kita. Namun
kebenaran tidak boleh sekadar dipahami sebagai pelaksanaan perintah
eksternal saja.
Kebenaran adalah kata yang sangat praktis di dalam Alkitab, bukan satu
istilah teologis yang kabur. Kehidupan terdiri dari berbagai macam
hubungan. Dan kebenaran berkaitan dengan kehidupan dan relasi- relasi
kita. Kebenaran di dalam Alkitab berkaitan dengan hubungan yang benar
dengan Allah dan sesama manusia. Ini adalah hal yang sangat penting
untuk dipahami.
Yesus berkata bahwa segenap perintah Allah dapat dirangkum di dalam satu
kalimat, yaitu :
kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
"Kasihilah "
Kalimat itu merangkum segenap kebenaran. Dari sini kita melihat bahwa
kebenaran itu adalah hubungan yang benar. Alkitab mendefinisikan
hubungan yang benar itu sebagai ungkapan kasih - mengasihi Allah dengan
segenap keberadaan, hati, jiwa dan kekuatan Anda, yang tidak dapat
dipisahkan dari mengasihi atau memperlakukan sesama manusia seperti diri
Anda sendiri.
Demikianlah, Yesus berkata kepada Yohanes Pembaptis, "Terimalah Aku
untuk dibaptis, karena Aku menundukkan diri pada baptisanmu, demi
menggenapkan seluruh kebenaran." Mengapa? Karena memang inilah perintah
dan kehendak Allah.
Setiap perintah Allah dirancang untuk berdampak pada hubungan kita
dengan- Nya dan dengan sesama manusia. Sebagai contoh 10 Perintah itu.
Setiap dari 10 perintah itu berkaitan dengan hubungan kita, entah dengan
Allah atau dengan sesama manusia. Setiap pengabaian pada perintah Firman
Allah akan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama
manusia.
Kebenaran juga berada di jantung ajaran Yesus di Matius 4.17 ini. Yesus
disebut sebagai pemberita kebenaran. Nuh digambarkan oleh Petrus di 2
Petrus 2:5 sebagai seorang pemberita kebenaran. Setiap pemberita
di dalam Alkitab adalah pemberita kebenaran. Sayangnya, kebenaran tidak
lagi merupakan tema di lingkungan gereja. Di zaman ini, keselamatan
sudah dipisahkan dari kebenaran. Keselamatan tanpa kebenaran menjadi
semacam dongeng resmi.
Sekarang ini kebenaran menjadi suatu hal yang diterima sebagai suatu
fakta; Anda dinyatakan benar tanpa perlu adanya kebenaran nyata di dalam
kehidupan Anda. Dengan kata lain, Anda dinyatakan benar sekalipun Anda
tidak memiliki kebenaran dan Anda tidak menjadi benar. Sejujurnya,
dongeng resmi semacam ini tidak ada isinya di dalam pengajaran yang
alkitabiah.
Apakah Keselamatan hanya sekadar pengampunan dosa?
Kita
akan melihat Doktrin Keselamatan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus.
Hasrat dan niat saya adalah bahwa tak seorang pun yang mendengarkan
pesan ini gagal memahami dengan jelas apa ajaran yang alkitabiah
mengenai keselamatan.
Jika
ditanya apakah keselamatan itu. Apa yang akan menjadi jawaban Anda?
Selalunya jawabannya adalah, "Keselamatan berkaitan dengan pertobatan.
Allah mengampuni dosa Anda, dan karena dosa Anda telah diampuni, maka
Anda selamat." Itulah kira- kiranya rangkuman dari isi keselamatan yang
umumnya diuraikan. Di dalam Alkitab, makna keselamatan jauh lebih
mendalam daripada sekadar pernyataan pengampunan. Pengampunan dosa hanya
merupakan sebagian saja dari makna sesungguhnya.
Jika
yang disampaikan hanya pengampunan dosa, maka ini berarti kita belum
mengajarkan keseluruhan tentang keselamatan. Tak heran jika orang yang
mendengar itu akan terus menerus melakukan dosa dan kembali lagi untuk
meminta pengampunan lalu berbuat dosa lagi dan minta ampun lagi. Dan
akhirnya di dalam keputus- asaannya karena tak pernah memenangkan
pertempuran melawan dosa, dia memutuskan untuk berhenti menjadi Kristen
sama sekali. Sudah banyak sekali orang semacam ini, orang yang hidup
dalam kekalahan mutlak, yang tidak dapat mengatasi dosa, yang selalu
saja kembali untuk meminta pengampunan setiap minggu. Hidup di dalam
lingkaran setan ini membuat mereka sangat frustrasi karena merasa bahwa
peperangan demi kebenaran ini tak dapat dimenangkan. Itukah ajaran yang
alkitabiah tentang keselamatan?
"Bertobatlah"
Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap dan dibunuh oleh Herodes, Yesus
memulai pelayanannya, seolah- olah mengambil alih pemberitaan Yohanes.
Yesus memberitakan hal yang tepat sama dengan Yohanes Pembaptis. Di
Matius 3:2, Yohanes Pembaptis berkata: "Bertobatlah, sebab Kerajaan
Sorga sudah dekat!" Dan Yesus di Matius 4:17 memberitakan,
"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" Pemberitaan yang
persis sama dengan Yohanes Pembaptis! Bedanya adalah Yesus menyampaikan
pesan yang lebih mendalam, dibandingkan dengan apa yang mampu dipahami
oleh Yohanes Pembaptis saat itu.
Ucapan Yesus yang pertama adalah, "Bertobatlah." Pertobatan hanya
bermakna bagi orang yang mengutamakan kebenaran. Karena pertobatan
adalah hal berpaling dari dosa dan merangkul kebenaran. Pertobatan
berkaitan dengan pembalikan dari hidup lama dalam dosa menuju hidup baru
dalam kebenaran. Buat apa orang bertobat jika dia tak peduli pada
kebenaran? Dia puas dengan hidupnya dalam dosa. Jika Anda berkata pada
orang di jalan, "Bertobatlah." Dia akan menjawab, "Buat apa? Aku tidak
keberatan hidupku dikuasai dosa. Hidupku cukup memuaskan." Karena dia
tidak peduli dengan kebenaran, maka kata 'bertobat' tidak memiliki makna
baginya. Dengan kata lain, pertobatan bukanlah bahasa bagi orang yang
tidak tertarik dengan kebenaran. Anda menyia- yiakan waktu meminta orang
yang tidak peduli pada kebenaran untuk bertobat.
Mengapa kita harus bertobat? Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus
melanjutkan dengan berkata bahwa karena Kerajaan Allah atau Kerajaan
Surga sudah dekat. Keduanya merupakan hal yang sama di dalam Perjanjian
Baru. (Orang- orang Yahudi menggunakan kata 'Surga' (Heaven) karena
mereka tidak mau menyebut nama 'Allah' secara sembarangan. Mereka tidak
berani secara langsung menyebutkan nama yang ilahi itu, jadi mereka
memakai cara circumlocution, yaitu memakai istilah yang mendekati
maknanya dengan menggunakan kata 'Heaven). Jadi kita menyadari
bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan kita bertobat.
apakah itu Kerajaan Surga? Kita akan melihat ke dalam Roma 14:17 untuk
mendapatkan penjelasan dari Paulus tentang Kerajaan Surga. Sebab
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran
(kita kembali pada kata 'kebenaran'), damai sejahtera dan
sukacita oleh Roh Kudus. Perhatikan hal ini: kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita. Ketiganya tak terpisahkan. Tanpa damai
sejahtera, Anda tidak mendapatkan sukacita. Tanpa kebenaran, Anda tidak
mendapatkan damai sejahtera. Jadi tanpa kebenaran, Anda tidak
mendapatkan damai sejahtera dan sukacita. Kebenaran adalah hal yang
mendasar.
Banyak orang Kristen yang mengaku telah menjadi Kristen tapi tidak
mengalami damai sejahtera dan sukacita. Ini adalah karena kebenaran
belum masuk di dalam hidup mereka. Tanpa kebenaran tak akan ada damai
sejahtera dan sukacita. Anda tidak akan sampai pada damai sejahtera dan
sukacita tanpa melalui kebenaran. Saya harap Anda bisa memahami hal ini
dengan jelas.
Jika
Anda menjadi Kristen karena di dalam sebuah KKR Anda telah mengacungkan
tangan ketika si penginjil meminta Anda melakukannnya. Dan Anda mengira
bahwa Anda akan memiliki damai sejahtera dan sukacita, maka Anda akan
kecewa karena jika kebenaran belum menjadi realitas di dalam hidup Anda,
maka damai sejahtera dan sukacita menjadi hal yang tak akan pernah
tercapai di dalam hidup Anda. Kedua hal itu tidak akan menjadi bagian
hidup Anda. Damai sejahtera dan sukacita yang rohani tak akan bisa
dimiliki tanpa adanya kebenaran.
Terlalu banyak ibadah, terlalu sedikit kebenaran
Jadi
apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah adalah kebenaran. Ini yang harus
terjadi dulu dan yang paling utama, dan selanjutnya damai sejahtera dan
sukacita di dalam Roh Kudus. Yaitu, Roh Kudus adalah Pribadi yang
menjadikan kebenaran ini. Sangatlah penting untuk memahami hal ini. Roh
Kudus adalah Pribadi yang membuat kebenaran dan damai sejahtera dan
sukacita ini menjadi nyata di dalam hidup Anda. Jadi Roh Kudus dari
Allah adalah kunci untuk memahami Kerajaan Allah. Dengan kata lain,
Kerajaan Allah baru menjadi realitas di dalam hidup Anda ketika Roh
Kudus dari Allah masuk ke dalam hidup Anda dan meneguhkan kebenaran di
situ dan selanjutnya, masuklah damai sejahtera dan sukacita.
Seluruh Alkitab adalah tentang kebenaran. Apakah yang Allah cari dari
antara orang Israel di dalam Perjanjian Lama? Semua nabi di dalam
Perjanjian Lama memberitakan kebenaran. Sekarang kita paham mengapa
Yohanes Pembaptis memberitakan kebenaran. Anda yang telah membaca
tentang nabi- nabi dari Perjanjian Lama akan melihat bahwa ada penekanan
pada pokok kebenaran dimana- mana. Anda tak akan bisa meluputkannya. Jika
Anda lihat Yesaya pasal 1, Anda akan melihat penekanan pada pokok
kebenaran. Yesaya berseru kepada umat yang religius ini, yaitu
orang- orang Yahudi, dengan berkata, "Masalah kalian adalah bahwa kalian
terlalu banyak ibadah tetapi terlalu sedikit memiliki kebenaran."
Saya
pikir kita bisa mengatakan hal yang sama pada gereja masa kini -
terlalu
banyak ibadah tetapi terlalu sedikit memiliki kebenaran, terlalu
banyak
lagu pujian, terlalu banyak acara gereja, terlalu banyak PA, terlalu
banyak bicara, dan terlalu sedikit tindakan. Tak heran jika orang
non- Kristen berkata, "Lihat dirimu sendiri, orang Kristen! Kapan kamu
lebih baik daripadaku?" Dan apakah jawab orang Kristen? "Yah, ini tak
ada kaitannya dengan siapa yang lebih baik. Ini cuma masalah
mempercayai
pokok ini dan itu sebagai suatu hal yang benar." Tidak kena sama
sekali;
Alkitab tidak berbicara seperti itu! Jangan coba- coba lari dari
tudingan
orang- orang non- Kristen ketika mereka berkata, "Kamu berperilaku
munafik, jadi, aku tidak mau menjadi orang Kristen." Jangan berkata,
"Yah, keselamatan tidak berkaitan dengan hidupku, ini adalah masalah
kepercayaan." Itulah kemunafikan! Omong kosong! Kerajaan Allah adalah
kebenaran. Dan jika Anda tidak memiliki kebenaran di dalam hidup Anda,
maka Anda tidak tahu apa- apa tentang Kerajaan Allah, tak peduli
seberapa
besar kepercayaan Anda.
Orang Yahudi tidak pernah kekurangan ibadah. Mereka juga tidak
kekurangan iman di dalam pengertian ibadah. Apakah orang Yahudi percaya
kepada Allah? Tentu saja mereka percaya kepada Allah. Apakah mereka
percaya bahwa Allah itu Esa? Tentu saja mereka percaya bahwa Allah itu
Esa. Apakah mereka percaya bahwa Alkitab itu Firman Allah? Tentu saja
orang Yahudi percaya bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah. Lalu apa
yang tidak mereka percayai?
Tidak ada orang- orang yang lebih religius dari pada orang Yahudi, akan
tetapi Yesaya tetap saja menghardik orang Yahudi. Bacalah Yesaya pasal
1. Di sana disebutkan, "Kamu beribadah ke Bait Allah setiap hari,
mempersembahkan korban, kambing dan dombamu dan doamu panjang sekali."
Orang- orang Yahudi mengucapkan doa Shema, pengakuan iman yang mendasar
bagi orang Yahudi sebanyak 3 kali sehari. Mereka tak pernah lalai
berdoa. Setiap hari berkerumun memenuhi Bait Allah. Setiap hari
menghaturkan korban dan persembahan. Tetapi Yesaya berkata kepada
orang- orang Yahudi, "Bawa pergi persembahan- persembahanmu itu dari sini.
Bawa pergi semua. Siapa yang menghendaki darah hewan korban? Yang
Kukehendaki adalah kebenaran. Aku tak ingin ibadahmu. Yang ingin Kulihat
adalah kebenaran di dalam hidupmu - saat keadilan ditegakkan bagi orang
miskin, saat para janda dan anak yatim dipelihara dan bukannya ditindas,
saat orang miskin tidak perlu menutupi mukanya dengan debu. Kerjakan
ibadahmu di luar sana dan beri Aku kebenaran. Bawa pergi korban
persembahanmu." Begitulah pemberitaan dari nabi- nabi Perjanjian Lama.
Inilah yang tertulis di dalam Alkitab. Pesan yang disampaikan memang
tidak nyaman. Dan jika Anda baca kitab Amos, maka Anda akan menjumpai
hal yang sama: Allah berkata, "Kapan kamu mau bertobat, hai Israel?
Kapan kamu mau berpaling? Aku tidak menginginkan persembahanmu. Aku jemu
dengan persembahanmu. Beri Aku kebenaran" (Amos 4:5). Dan di dalam Amos
5:24 Allah berkata, "Biarlah kebenaran mengalir seperti sungai yang
selalu mengalir. Itulah yang ingin Kulihat."
Tapi
sekarang ini, kebenaran telah diencerkan. Keselamatan telah dibuat
menjadi gampangan sama seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi yang
mengira bahwa keselamatan adalah perkara mudah. Kebenaran tak pernah
menjadi barang gampangan. Kita tidak bisa menaruh kebenaran di luar
Gereja jika kita ingin setia kepada Allah.
Yesus berkata di dalam Matius 5:20, "Jika hidup keagamaanmu tidak
lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli- ahli Taurat dan orang- orang
Farisi ." Orang- orang Farisi adalah kaum yang paling religius yang
pernah ada di dunia ini. Di dalam sejarah agama Anda tidak akan
menemukan kaum yang lebih religius dari kaum Farsisi. Mereka sangat taat
pada perincian aturan dan dalam tata ibadah. Mereka berpuasa 2 kali
seminggu dan berdoa 3 kali sehari. Anda tidak akan bisa menyaingi mereka
dalam hal kegiatan ibadah. Tetapi Yesus berkata, "Jika hidup
keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli- ahli Taurat
dan orang- orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam
Kerajaan Sorga." Waah! Benar- benar dahsyat! Tak heran jika banyak
gereja juga sering berpikir: Siapa yang akan diselamatkan dengan syarat
semacam ini? Karena itu, mari kita encerkan pesannya. Mari kita buat
lebih mudah. Akan tetapi Yesus memperingatkan, "Barangsiapa mengurangi
tuntutan kebenaran Allah sedikit saja, orang itu akan menghadapi
kesulitan untuk masuk ke dalam Kerajaan." (Matius 5:18- 19).
Pertimbangkanlah, kebenaran kita harus melebihi kebenaran orang- orang
Farisi. Anda tentu ingat bahwa Paulus sendiri tidak malu menyebut
dirinya sebagai orang Farisi. "Aku orang Farisi," bukan "Aku pernah jadi
orang Farisi," demikian kata Paulus. Tentunya Anda ingat ayat di dalam
Kis 23:6, di mana pada waktu diadili Paulus membuat pernyataan, "Aku
orang Farisi." Tahukah Anda mengapa sebagai seorang Kristen, dia tidak
takut menyebut dirinya sebagai orang Farisi? Karena orang- orang Farisi
memegang doktrin yang hampir seluruhnya sama dengan yang diyakini oleh
orang Kristen. Sungguh mengejutkan. Jika ada di antara Anda yang mau
membaca satu karya luar biasa yang disusun oleh Strack dan Billerbeck,
dua orang cendekiawan Jerman, yang menyusun tafsiran Perjanjian Baru
dengan merujuk kepada Talmud, Anda akan terkejut melihat bahwa dari
pokok ke pokok yang lainnya, orang- orang Farisi ternyata mengajarkan hal
yang sama dengan ajaran Kristen. Jadi janganlah menipu diri sendiri
dengan mengira bahwa penjelasan iman yang ortodoks itu menjamin
keselamatan Anda.
Yakobus mencoba memperingatkan kita akan hal ini di dalam Yak 2:19,
dia
berkata, "Jangan katakan pada dirimu, 'Aku percaya hanya ada satu
Allah.' Setan percaya akan hal itu juga. Jangan katakan pada dirimu,
'Aku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.' Setan percaya akan hal itu
juga, dan dia justru tahu persis akan hal itu." Tentu Anda ingat bahwa
di dalam Injil, orang- orang yang dirasuk setan itulah yang berkata,
"Engkau Yesus, Anak Allah." Mereka tahu akan hal itu. Mereka percaya
bahwa Yesus adalah Anak Allah. Mereka percaya padanya. Dan Yesus
sampai
perlu membungkam mereka dengan berkata, "Diamlah!" Dia tidak
mengijinkan
mereka berbicara. Dia tidak butuh kesaksian dari setan- setan. Akan
tetapi para setan itu percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Setan
yang
bernama Legion berkata kepada Yesus, "Apakah Engkau datang untuk
menyiksa kami sebelum waktunya, hai Anak Allah?" Mereka tahu bahwa dia
adalah Anak Allah. Dia adalah Hakim bagi surga dan bumi. Setan- setan
percaya itu. Jangan merasa cukup sekadar mempercayai bahwa Yesus
adalah
Anak Allah. Jika iman Anda belum diubah menjadi kebenaran di dalam
hidup, iman itu hanya menjadi semacam pengetahuan saja, dan iman itu
tidak akan menyelamatkan Anda. Itulah hal yang disampaikan oleh
Yakobus
di dalam pasalnya yang kedua.
Bagaimana Mengalahkan Keagamaan orang Farisi?
Hal
ini membawa kita masuk ke dalam pokok yang penting. Lalu apa ajaran
Tuhan mengenai keselamatan? Bagaimana kita bisa memiliki kebenaran ini?
Jika orang- orang Farisi yang berjuang keras dalam ketaatan dan
ketelitian beribadah, namun segala perjuangan mereka itu tidak bisa
menyelamatkan dirinya, lalu bagaimana kita bisa diselamatkan?
Jangan memberi saya jawaban dangkal dengan satu kata, "Iman,". Kata "Iman" harus diuraikan dengan jelas. Kata
'iman' ini sedemikian mudah
dilontarkan oleh orang- orang yang jarang sekali yang memahami apa
maknanya. Apa itu iman? Iman tentunya adalah ketaatan. Iman adalah
komitmen. Apa yang terjadi ketika Anda memiliki komitmen kepada Allah?
Ini adalah hal yang penting. Saya tidak akan menekankan pada iman. Saya
mau menekankan pada apa yang dikerjakan Allah di dalam hidup kita. Peran
iman tidak banyak di dalam menyelamatkan kita. Allah- lah yang
menyelamatkan kita - melalui iman.
Jadi, jika kita ambil dua ayat dari Yesus dan menempatkannya bersisian,
maka muncullah jawabannya. Perhatikan kata- kata di dalam Matius 5:20, "Jika
hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli- ahli
Taurat dan orang- orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga." Yesus memiliki ucapan lain yang bagian
belakangnya sama persis dengan ayat yang tadi - "...ia tidak dapat
masuk ke dalam Kerajaan Allah." Tahukah Anda, ucapan ini dikutip
dari mana? Ucapan itu tertulis di dalam Yohanes 3:5, bagian keduanya
sama tetapi bagian pertamanya berbeda. "Jika seorang tidak dilahirkan
dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah." Ah!
Saya yakin Anda semua tentu tahu persamaan matematika yang sederhana.
Jika bagian yang kedua sama, bagian yang pertama juga memiliki
perbandingan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata
lain, kalimat "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada
hidup keagamaan ahli- ahli Taurat dan orang- orang Farisi" sejajar
dengan kalimat "jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh."
Di sanalah, kita dapat memahami seluruh rahasia ajaran Tuhan.
Satu- satunya jalan bagi kita untuk bisa mengalahkan hidup keagamaan
orang- orang Farisi adalah dengan cara dilahirkan oleh air dan Roh. Roh
mengubah kita. Itulah keseluruhan inti dari segenap ajaran Perjanjian
Baru mengenai keselamatan. Bukan sekadar tentang hal Allah mengampuni
kita di saat kita bertobat. Bukan sekadar masalah mempercayai bahwa
Yesus adalah Anak Allah, bahwa dia bangkit dari kematian, bahwa dia mati
bagi dosa- dosa kita. Semua itu memang benar. Akan tetapi Anda tidak akan
selamat sebelum Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan mengubah Anda
menjadi manusia baru. Itulah apa yang disebut menjadi orang Kristen. Dan
apa ciri manusia baru itu? Orang itu adalah orang yang benar!
Diubah oleh Roh Kudus menjadi manusia baru di dalam Kristus
Anda
bertanya, "Apa dasarnya?" Dasarnya dapat dilihat di Efesus 4:22- 24.
Paulus sangat memahami ajaran Yesus. Uraian Paulus ini sejajar dengan
apa yang diajarkan oleh Yesus. "Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu
yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya
oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu, dan mengenakan manusia baru (manusia yang dilahirkan
kembali), yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Itu dia manusia
baru!
Seperti apakah manusia baru itu? Manusia baru itu diciptakan dalam
gambar dan rupa Allah! Dan apakah gambar dan rupa Allah itu? Kebenaran
dan kekudusan yang sesungguhnya! Adalah bagus jika doktrin Anda sangat
ortodoks, dan Anda menyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa dia
mati bagi dosa- dosa Anda, bahwa dia bangkit di hari yang ketiga, dan
sebagainya. Tetapi Setan juga percaya pada hal- hal tersebut. Namun
sebelum kebenaran Allah masuk ke dalam hidup Anda melalui Roh Kudus,
maka Anda belum diselamatkan. Camkanlah hal ini baik- baik. Tak peduli
seberapa ortodoks doktrin yang Anda pegang, Anda tidak selamat sebelum
kebenaran Allah dan Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan menjadikan
Anda manusia baru. Dan manusia baru ini diciptakan menurut gambaran
Allah, di dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati. Itulah keselamatan
sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus. Itulah keselamatan sebagaimana
yang diajarkan oleh Paulus dalam surat Efesus.
Itu
sebabnya mengapa di dalam Galatia 6:15, Paulus mengajukan poin yang
sama: disunat tidak penting; tidak disunat juga tidak penting. Lalu apa
yang penting? Hanya satu hal yang penting: manusia baru, ciptaan baru di
dalam Kristus. Itulah yang disebut orang Kristen. Sunat tidak penting,
hal itu tidak menyelamatkan Anda. Ketaatan beribadah tidak menyelamatkan
Anda.
Lalu
Anda berkata, "Baiklah, jika ketaatan beribadah tidak menyelamatkanku,
maka aku akan diselamatkan oleh iman yang tidak berkaitan dengan
ketaatan beribadah." Paulus berkata, "Jangan melakukan kesalahan yang
ini juga." Tidak disunat juga tidak akan menyelamatkan Anda. Jangan
mengira bahwa tidak disunat lebih utama ketimbang disunat karena sunat
itu mengikuti Hukum Taurat dan tidak disunat itu tidak berasal dari
Hukum Taurat, lantas dianggap sebagai hal yang lebih unggul. Paulus
berkata, "Itu salah. Itu bukanlah ajaranku. Itu juga bukan ajaran
Yesus."
Karena bukan sunat atau tidak disunat, melainkan manusia baru.
Itu saja yang penting. Dia menyampaikan hal yang sama di dalam 2
Korintus 5:17, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah
ciptaan baru (manusia baru)." Sungguh indahnya! Jika ada yang ingin
tahu doktrin keselamatan apa yang saya beritakan, inilah yang saya
beritakan karena inilah yang diberitakan oleh Paulus dan Yesus Kristus;
inilah yang diberitakan oleh Alkitab. Saya tidak peduli seberapa
religius Anda - entah ayah Anda seorang pendeta atau kakek Anda seorang
uskup, saya tidak peduli apakah Anda seorang uskup, pendeta atau
biarawan, siapapun Anda - saya dapat berkata berdasarkan kewenangan dari
Allah, jika Roh Allah tidak masuk ke dalam hidup Anda dan menjadikan
Anda manusia baru di dalam Kristus, ciptaan di dalam gambaran Allah
dalam kekudusan dan kebenaran sejati, Anda tidak selamat tak peduli
seberapa banyak gelar teologi yang Anda miliki. Hal itu tidak
menyelamatkan Anda barang sedikitpun! Tidak sedikitpun! Saya tidak akan
diselamatkan lantaran saya seorang pendeta, pekerja Kristen atau guru
Injil. Hal itu tidak akan menyelamatkan saya sedikitpun. Tidak,
satu- satunya hal yang menyelamatkan saya adalah kasih karunia Allah!
Dan bagaimanakah kasih karunia Allah
itu dinyatakan? Kasih karunia Allah dinyatakan dalam kemurahan- Nya
dalam hal Dia memanggil seorang berdosa seperti saya dan menjadikan saya
manusia baru. Itulah pengajaran yang alkitabiah mengenai keselamatan.
Dan saya harap Anda memahaminya dengan baik karena keselamatan Anda
bergantung pada kemurahan Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Ibrani
12:14 pada kita, "Sebab tanpa kekudusan
(kebenaran) tidak seorangpun akan melihat Tuhan." Firman
Allah tidak bisa gagal. Dia menyatakannya secara gamblang kepada kita.
Tanpa kekudusan tak seorangpun akan melihat Allah. Lalu, bagaimana kita
bisa masuk dalam kekudusan ini? Dengan menjadi ciptaan baru, diciptakan
dengan kekudusan yang sejati yang datang dari Allah. Di setiap bagian
Alkitab kita dapat menemukan penekanan pada hal kekudusan, apakah di
dalam ajaran Yesus maupun di dalam ajaran Paulus.
Pengajaran tentang kebenaran di dalam Perjanjian Baru
Alkitab adalah "firman
kebenaran"
Tahukah Anda apa sebutan bagi firman di dalam Perjanjian Baru? Ia
disebut "firman kebenaran." Setiap orang yang tidak memberitakan
kebenaran berarti tidak memberitakan firman. Ibrani 5:13 berkata bahwa,
"Mereka yang tidak dewasa tidak terlatih di dalam 'firman kebenaran'. Di
dalam 2 Timotius 3:16, Paulus berkata bahwa firman melatih kita di dalam
kebenaran.
Seorang Kristen adalah "budak
(hamba) kebenaran"
Di
dalam Roma 6:18, Paulus menyatakan, "Kamu telah menjadi budak atau hamba
kebenaran". Yang dimaksudkan Paulus adalah jika Anda bukan budak
kebenaran, maka Anda bukan orang Kristen. Jika Anda tidak memiliki
kebenaran, maka Anda bukan orang Kristen, tidak peduli iman jenis apa
yang Anda akui.
Hal
yang sama terdapat di 2 Korintus 11:15 di mana Paulus berkata, Jadi
bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan- pelayannya (Setan) menyamar
sebagai - pelayan- pelayan kebenaran untuk menipu
orang- orang Kristen. Dan di sana, dia menyatakan dengan sangat gamblang
bahwa seorang pengabar firman Allah bukanlah seorang pengabar sama
sekali jika dia bukan hamba kebenaran. Jadi, untuk bisa menyusup ke
dalam Gereja, setan juga akan menipu umat dengan menampilkan dirinya
secara ini. Bahkan setan memahami pesan kebenaran secara lebih baik
ketimbang sebagian besar orang Kristen. Dia tahu bahwa dia juga harus
menunjukkan kecenderungan pada kebenaran, seperti orang- orang Farisi,
jika dia ingin menyusup ke dalam gereja. Dia lebih memahami Alkitab
dibandingkan kebanyakan orang Kristen.
Orang Kristen sejati adalah
kebenaran
Selanjutnya, saya ingin agar Anda mengalihkan perhatian pada satu ayat
yang sangat menusuk, 2 Korintus 5:21, yang memberitahu kita mengapa
Yesus mati. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat- Nya menjadi
dosa (yaitu menjadi korban penebus dosa) karena kita, - untuk
apa? Supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah atau menjadi kebenaran dari Allah). Sungguh
kata- kata yang penuh kuasa! Mengapa Yesus mati? Yesus menjadi korban
penebus dosa; Dia yang tidak mengenal dosa menjadi penebus dosa. Yesus
mati supaya kita bisa menjadi kebenaran dari Allah. Saya harap Anda
memperhatikan hal ini: bukan supaya kita memiliki kebenaran. Apakah
Paulus berkata, "Supaya kita bisa memiliki kebenaran dari Allah? Tidak.
Kita selalu saja berbicara tentang hal, "Memperoleh kebenaran dari
Allah"; tak ada hal semacam itu yang bisa kita miliki. Kita menjadi
kebenaran dari Allah. Siapa kita, dan bukannya apa
yang kita miliki, yang menentukan keselamatan kita.
Kebenaran bukan sekadar sesuatu yang diberikan kepada Anda sebagai
sebuah paket, di mana Anda bisa mendapatkannya sambil meneruskan hidup
di dalam dosa, seperti yang sering kali diajarkan. Tak peduli hidup
macam apa yang Anda jalani. Padahal itu adalah hal yang sangat
menentukan. Kebenaran bukanlah hadiah yang bisa Anda kantongi seperti
paspor. Lalu di hari akhir, saat Anda pergi ke Surga, tak peduli
seberapa jauh kehidupan Anda di dalam dosa, Anda cuma perlu mengeluarkan
paspor ini dan berkata, "Lihatlah, aku memiliki kebenaran ini sebagai
hadiah." Tak ada hal semacam itu. Kebenaran bukanlah hadiah yang bisa
Anda lambai- lambaikan sambil berkata, "Lihat, aku mendapat hadiah dari
Allah!"
Anda
harus menjadi kebenaran dari Allah atau Anda tidak akan
memiliki kebenaran dari Allah. Itulah ajaran Paulus. Itulah ajaran
Tuhan. Ini hal yang sangat penting untuk kita pahami. Jangan mengira
bahwa Anda bisa mengantongi kebenaran sebagai suatu hadiah. Jangan
berpikir bahwa Anda telah dinyatakan benar oleh Kristus dan selanjutnya
Anda bisa mengantonginya sebagai sebuah kado. Dan Anda terus menjalani
hidup yang penuh dosa dan tetap akan dapat sampai ke surga. Tak heran
jika "orang- orang Kristen" banyak yang hidup dalam dosa. Mereka mengira
bahwa kebenaran bukanlah hal yang penting. Itu bukanlah ajaran Paulus.
Paulus berkata bahwa Yesus telah mati bagi kita supaya kita bisa menjadi
kebenaran dari Allah. Ini adalah pernyataan yang sangat kuat. Dia
menyatakan bahwa kita menjadi ekspresi atau ungkapan dari kebenaran
Allah di dunia. Paulus sedang menyatakan hal yang sama dengan yang
disampaikan Yesus Kristus - Kamu adalah terang dunia; Anda
menjadi terang bagi dunia. Dia tidak berkata, "Suatu hari nanti, kami
harap kamu menjadi terang" atau "Aku sangat menyarankan bahwa kamu
seharusnya menjadi terang sekalipun sekarang ini kamu belum menjadi
terang."
Orang Kristen macam apakah yang sedang kita bicarakan sekarang ini?
Orang Kristen sejati adalah kebenaran. Dia adalah kebenaran karena Roh
Kudus telah masuk ke dalam hidupnya dan mengubah dia dan menjadikannya
manusia baru. Kemanapun dia pergi, dia adalah pernyataan kebenaran dari
Allah. Dan kebenaran itu adalah kebenaran dari Allah, bukan kebenaran
saya. Saya tidak membuat ciptaan baru dari diri saya sendiri. Itu
sebabnya mengapa kita menyebutkan hal itu sebagai kasih karunia Allah,
kuasa Allah. Dia menjadikan saya manusia baru. Saya tidak punya hak
untuk bermegah. Bukan saya yang menciptakan manusia baru. Jika saya
hidup benar, itu karena Allah telah membuat saya menjadi benar oleh Roh
yang telah diberikan- Nya kepada saya. Itulah kekristenan yang indah!
Saya
tidak perlu berulang- ulang meminta maaf dan berkata, "Maafkan saya
karena saya menjadi orang Kristen macam ini. Saya orang jahat.
Bersabarlah pada saya. Allah masih belum selesai membentuk saya. Saya
baru menjadi Kristen selama 25 tahun." Berapa lama lagi Anda ingin
menjadi orang Kristen sebelum Anda berhenti meminta maaf atas
kekristenan Anda? Allah- lah yang menjadikan kita benar, dan jika kita
tidak menjadi benar, apakah itu menjadi kesalahan Allah? Atau itu
menjadi kesalahan Anda, karena Anda tidak menempatkan diri Anda di dalam
tangan Allah agar Dia dapat membentuk Anda, supaya Dia bisa menaruh Roh
di dalam diri Anda?
Jika
Anda terus meminta maaf, bisa berarti Anda sedang mengatakan bahwa Allah
tidak bekerja cukup baik dalam menjadikan Anda ciptaan baru, atau
mungkin Anda sedang mengaku bahwa Anda sama sekali bukan Kristen karena
Anda tidak mau membiarkan Dia menjadikan Anda ciptaan baru. Mana yang
benar? Tentunya karena Anda yang tidak membiarkan Dia menjadikan Anda
ciptaan yang baru. Allah tidak perlu meminta maaf atas pekerjaan- Nya,
ketika Dia membuat seseorang menjadi ciptaan baru, orang itu akan
benar- benar menjadi ciptaan baru!
Perhatikan pekerjaan Allah. Semuanya sangat bagus. Di Kejadian, kita
baca bahwa Dia melihat pada apa yang telah diciptakan- Nya, dan semua itu
bagus. Semuanya bagus. Allah tidak menyesal atas hasil pekerjaan- Nya.
Kitalah yang mengacaukan semuanya. Saya memohon kepada Allah agar kita
menjadi jemaat yang benar. Jemaat yang menyatakan kepada dunia bahwa
Yesus telah mati bagi kita dan kematian- Nya tidak sia- sia, karena kita
mengungkapkan kebenaran Allah di dalam dunia ini. Biarlah Allah mengubah
jemaat ini. Biarlah Allah mengubah setiap dari kita menjadi jenis orang
Kristen yang sesuai dengan tujuan kematian Yesus.
Kebenaran tidak menikahi
ketidak- benaran
Paulus berani menyebut orang Kristen sebagai kebenaran! Saya tidak tahu
seberapa banyak dari antara orang Kristen yang bisa Anda gambarkan
sebagai pernyataan dari kebenaran. Lihatlah 2 Korintus 6:14. Pernahkah
Anda dipermalukan oleh ayat ini? Kita sering mengutipkan ayat ini untuk
memberitahu orang Kristen agar tidak menikahi orang non- Kristen.
Mengapa? Di sini disebutkan, Janganlah kamu merupakan pasangan yang
tidak seimbang dengan orang- orang yang tak percaya. Sebab persamaan
apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah
terang dapat bersatu dengan gelap? Paulus memahami bahwa seorang
Kristen tidak sekadar memiliki kebenaran, tetapi seorang Kristen adalah
kebenaran dari Allah. Jadi dia berkata, "Persamaan apa yang terdapat
antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau antara gelap dengan terang?"
Orang Kristen adalah terang. Dia bukan orang yang diharapkan untuk
menjadi terang suatu hari nanti. Dia adalah terang atau dia bukan orang
Kristen, itu saja.
Alkitab memiliki garis pemisah yang tegas, bukan garis kabur di mana
Anda tidak tahu apakah Anda sudah melintasinya. Garisnya tajam dan
jelas. Anda adalah terang atau Anda bukan orang Kristen. Anda benar atau
Anda bukan orang Kristen. Dan karena Anda benar dan adalah kebenaran
Allah, jadi persamaan apakah yang ada antara kebenaran dengan
kedurhakaan? Jika Anda tidak benar, wajar kalau Anda berkata, "Apa
masalahnya kalau aku menikahi orang non- Kristen?" Tentu saja, jika Anda
bukan kebenaran, Anda tidak akan tahu apa masalahnya jika Anda menikahi
orang non- Kristen karena Anda sendiri tidak tahu apa itu kebenaran, dan
ketidak- benaran. Jadi, tentu saja, perbatasannya menjadi kabur dan Anda
tidak tahu bedanya. Setiap orang yang merupakan ciptaan baru akan segera
tahu. Dia tidak perlu diberitahu berulang- ulang. Dia tahu: Aku adalah
perwujudan kebenaran Allah, oleh kasih karunia- Nya, dan dengan demikian,
aku tidak akan berpasangan dengan kedurhakaan." Paulus sanggup berbicara
dalam ungkapan- ungkapan yang bersifat mutlak dan hal ini sangat
menyegarkan di tengah kekristenan zaman ini yang sudah sangat
diencerkan, di mana tak ada sesuatu yang bisa dinyatakan secara tegas
sebagai yang hitam atau yang putih. Dan yang terjadi malah garis
pemisahnya berada di tempat yang salah.
Jadi
sekarang kita sampai pada pokok yang terakhir. Mulai sekarang, saya
pikir kita semua mulai mengerti mengapa saya di bagian awal menyatakan
bahwa kebenaran adalah kunci, inti, isi dan landasan dari ajaran Tuhan.
Saya harap Anda mulai memahami dengan baik, bahwa bukan sekadar Anda
akan diselamatkan, tetapi juga ketika Anda mejelaskan hal itu kepada
orang non- Kristen, saat Anda bersaksi kepada orang lain, maka Anda bisa
menunjukkan arah jalan menuju kehidupan dan bukannya menyebabkan dia
menjadi tersandung; dan Anda tidak menjadi orang buta yang menuntun
orang buta, lantas ketika Anda jatuh ke dalam lubang, orang itu jatuh ke
lubang yang sama dengan Anda. Jangan pernah lagi mengobral Injil dengan
berkata, "Yah, tak masalah apakah ada kebenaran atau tidak di dalam
hidupmu. Percaya saja pada Yesus dan dia akan mengampuni dosa- dosamu.
Dan, jika engkau hidup di dalam dosa, tak masalah, Allah memahaminya;
Dia sangat sabar; Dia sangat baik." Ajaran macam apa ini? Ini bukanlah
pesan dari Injil.
Jadi ingatlah baik- baik, menjadi
manusia baru adalah isi dari keselamatan - kuasa Allah mengubah orang
berdosa, mengubah gelap menjadi terang. "Dahulu
kamu adalah kegelapan," kata Paulus, "tetapi sekarang kamu adalah
terang." Paulus bukan berkata bahwa kamu 'memiliki' terang
melainkan kamu adalah 'terang bagi dunia'. Itulah bahasa yang
digunakan oleh Paulus. Sangat mudah untuk dipahami, sangat jelas jika
Anda memahami bahwa kebenaran adalah dasar pokok dari Alkitab.
Keselamatan adalah pernyataan dari kuasa penyelamatan Allah di dalam
hidup kita dan Anda menjadi kebenaran Allah.
Demikian besar perhatian Allah pada kebenaran sehingga kita baca di
dalam 2 Petrus 3:13, Tetapi sesuai dengan janji- Nya, kita menantikan
langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Allah begitu mencintai kebenaran, Dia sangat memperhatikan kebenaran
sehingga ketika Dia menciptakan langit dan bumi yang baru, kebenaran
akan berdiam di sana. Tahukah Anda apa maksudnya? Setiap kali Allah
membuat ciptaan baru, entah yang rohani atau yang jasmani, selalu dengan
niat dan tujuan utama agar kebenaran berdiam di sana. Jadi di dalam 2
Petrus 3:13, rasul Petrus berkata bahwa akan ada langit dan bumi yang
baru di mana kebenaran berdiam. Itu adalah penglihatan yang membakar
hati Petrus. Dia berkata, "sesuai dengan janji- Nya, kita menantikan
langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran."
Dengan demikian kebenaran berarti menjadi serupa dengan Yesus. Di 1
Yohanes 2:1 Yesus digambarkan sebagai yang adil . Dia adalah yang adil; Dia adalah kebenaran.
Dan kita, sebagai umat yang baru, menjadi serupa dengan dia, bukan
karena kita lebih baik dari pada orang lain, bukan karena kita memiliki
dasar yang baik, melainkan karena Allah menjadikan kita seperti itu.
Kita bersyukur kepada Allah atas keselamatan yang luar biasa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar