Adalah mudah mengatakan kita
mengasihi Allah ketika Dia memberkati kehidupan kita sesuai dengan keinginan
kita. Namun kesejatian kasih kita akan terbukti melalui respons kita ketika
Allah mengizinkan masalah menimpa kehidupan kita.
Pelarian Daud dari Absalom
jelas merupakan masalah besar bagi Daud. Ternyata, masalah lain datang menimpa
melalui seorang dari kaum keluarga Saul, Simei (5). Ia mengutuki Daud sebagai
penumpah darah keluarga Saul. Mungkin kutukan Simei berkenaan dengan peristiwa
yang dicatat dalam 2 Samuel 21:1-14. Alkitab memang sering tidak memberikan
kita catatan secara kronologis. Padahal Daud tidak pernah secara langsung
menumpahkan darah keluarga Saul. Maka para pengikut Daud membelanya (9). Di
sini kita melihat kebesaran hati Daud
Bukan hanya Daud melarang
anak buahnya membalaskan kutukan Simei kepadanya, ia malah membuka dirinya
kepada Tuhan. Ia sadar dirinya tidak luput dari kesalahan masa lalu. Bukankah
pelariannya dari Absalom merupakan akibat berlarut dari ketidaktegasannya
mendisiplin rumah tangganya sendiri? Maka bagi Daud, lebih baik ia menerima
kutukan Simei tanpa membela diri karena bisa jadi Allah sedang menegur dan
menghukum dia melalui Simei.
Inilah salah satu keindahan karakter Daud:
hatinya selalu berpaut kepada Tuhan. Inilah respons orang yang sungguh
mengasihi Allah. Daud juga mengenal Allahnya, Allah yang penuh dengan belas
kasihan. Bahkan dalam murka-Nya, Ia tidak tega melihat orang yang Dia kasihi
sengsara, dan akan membalaskan dengan yang baik nantinya (12). Di mata Tuhan,
bahkan sebelum diurapi sebagai raja, Daud adalah seorang yang diperkenan di
hati-Nya (1 Sam. 13:14).
Karena kita menyembah Allah
yang adil, yang dalam memberikan hukuman juga penuh dengan kasih sayang,
marilah kita belajar seperti Daud, yang menerima dengan hati rela, apa pun
kesulitan atau hukuman yang Allah berikan dalam kehidupan kita. Allah
mengizinkan semuanya terjadi dalam kasih setia dan pemeliharaan-Nya yang
sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar