Panah dari Yang Maha
Kuasa
Anak Tuhan harus terus menerus sadar bahwa Rencana Allah Bapa
disorga yang terjadi padanya.
Percobaan yang akan datang, apakah itu ringan
atau berat, adalah untuk kebaikannya. Suatu pemahaman ttg kebenaran ini akan
memberi kita jaminan keselamatan dan keamanan.
Ada damai dalam pengenalan hubungan bapak anak kita dengan Tuhan.
Hal itu berjalan baik atau tidak, setiap orang percaya bisa berkata seperti
Ayub, Meskipun [demikian] ia membunuh aku, namun aku akan percaya dia ( Ayub
13:15).
Jika ada laki-laki yang dibenarkan untuk menanyakan alasan kenapa
dia mengalami penderitaan maka orangnya adalah Ayub. Ia perlu semua bantuan
yang ia bisa mendapatkan. Dia tidak butuh orang yang makin menambah beban
masalahnya.
Eliphaz, salah satu dari teman-teman Ayub, percaya bahwa penyakit
dan penderitaan ia alami hanya bisa dijelaskan atas dasar berdosa dalam
hidupnya. Ia mencoba menjelaskan filosofinya bahwa orang benar tidak menderita;
maka dari itu, ujian yang dialami Ayub akibat dari dosanya ( Ayub 4:78). Tetapi
Eliphaz salah! Tuduhan yang ia lancarkan kepada Ayub hanya menambahkan
kesengsaraan Ayub.
Berbagai hal tidak baik bisa terjadi pada orang yang baik, bahkan
orang yang terbaik sekalipun. Ayub adalah salah satu dari yang terbaik diantara
umat Tuhan. Tuhan bersaksi tentang Ayub bahwa tidak ada yang seperti dia di
bumi, bahwa ia adalah orang yang tak bercela dan lurus hati, ia takut akan
Tuhan dan membenci kejahatan ( Ayub 1:1, 8).
Ayub telah dikenal karena kesetiaannya. Ia tidaklah tanpa berdosa,
seperti tersirat dikata tak bercela dalam ayat 1 dan 8. Itu artinya dia secara
etika baik, moralnya benar, dan taat pada Tuhan. Ayub mempunyai suatu
penghormatan yang tulus dan dalam pada Tuhan. Praktek yang konsistennya adalah
untuk menjaga Tuhan tetap ditempat tertinggi dan dihormati. Ia seorang yang
setia.
Ayub dikenal dengan kekayaannya. Ia memiliki tujuh ribu ekor
kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai
betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar ( Ayub 1:3). Ia memiliki
kekayaan yang besar, Tuhanlah yang telah menyebabkan dia berhasil( Ayub 1:10,
21).
Ayub dikenal dengan keluarganya. Ia mendapat tujuh anak laki-laki
dan tiga anak perempuan ( Ayub 1:2). Keluarga Ayub dan kekayaannya adalah
berkat Tuhan. Catatan menunjukkan bahwa Ayub mencintai keluarganya. Cintanya
untuk Tuhan tercermin dari cintanya untuk anak-anaknya. Sebagai pemimpin rohani
dari keluarganya, ia membawa mereka dalam doanya kepada Tuhan. Pelayanan yang
paling tinggi dari orangtua kepada anak-anaknya adalah memperhatikan
kesejahteraan rohani mereka. Ayub adalah seorang kepala keluarga yang baik.
Akhirnya, Ayub adalah orang yang tenar. Catatan menulis kalau dia
adalah yang terbesar dari semua orang-orang timur ( Ayub 1:3). Ayub lebih
berhasil dari semua pria pada jamannya. Ia dipandang oleh manusia dan Tuhan.
Tuhan sendiri menyatakan bahwa Ia tidak punya alasan untuk mencelakakan Ayub (
Ayub 2:3).
Namun Tuhan mengijinkan Ayub untuk menjalani lembah yang dalam dan
mengharuskan dia mengalami penderitaan. Kebanyakan dari kita pasti telah hancur
dalam kondisi seperti itu. Bagaimana kita memahami penderitaan dan duka cita
Ayub? Bagaimana mungkin kita masuk kearti dari penderitaan dan kesusahannya?
Dua pasal pertama dari kitab kuno ini berisi pengertian penting.
Selama Perang Dunia II, saya sedang melayani Tuhan didalam suatu jabatan atau
lembaga pastoral di Bristol, Pennsylvania. Kemudian berita datang bahwa salah
satu anggota gereja itu telah gugur dalam tugas melayani negerinya. Saya
mempersiap-siapkan kothbah yang saya harap akan sesuai peristiwa itu, yang bisa
memenuhi kebutuhan orangtua prajurit yang sedang terluka. Saya memberi judul,
Mengapa Orang-Orang Saleh Menderita. Saya masih mempunyai catatan mimbar dari
khotbah itu . Didalam pembukaannya saya berkata bahwa kitab Ayub ditulis untuk
menceritakan kepada kita mengapa anak-anak Tuhan menderita.
Empatpuluh tahun sudah berlalu sejak saya membawakan khotbah itu.
Saya tidak akan mengkotbahkannya hari ini seperti dulu. Itu karena pesan kitab
Ayub bukanlah mengapa anak-anak Tuhan menderita, tetapi lebih kepada kedaulatan
Tuhan. Itu menunjukkan bahwa Tuhan selalu mengendalikan setiap situasi. Tidak
ada apapun yang terjadi kepada kita karena kebetulan. Karena setiap sebab ada
akibat. Jika kita gagal melihat kebenaran ini didalam kitab Ayub, kita
kehilangan pesan utamanya.
Penderitaan yang Pertama
Gambaran pertama dalam drama
ini terjadi di surga. Para malaikat, baik yang sudah jatuh dan yang tidak,
menghadap Tuhan. Tuhan yang mengendalikan, menuntut para malaikat dan setan
melapor padanya. Diantara mereka berdiri Setan, namanya berarti musuh. Ia bukan
musuh manusia yang biasa; melainkan, ia lebih dari manusia biasa, dia yang
membohongi Hawa melalui penipuan halusnya ( 2 korint 11:3). Ia
terus mengganggu anak-anak Tuhan sejak itu. Petrus memperingatkan yang percaya,
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya ( 1 Petrus 5:8).
Ayub adalah salah satu dari Target setan.
Itu semua dimulai dengan suatu percakapan di surga antara Tuhan
dan Setan.
Dan Tuhan berkata pada Setan, Engkau telah melihat hambaKu Ayub,
tidak ada yang seperti dia di bumi, seorang yang benar dan tak bercela, yang
takut akan Tuhan, dan membenci kejahatan.
Kemudian Setan menjawab Tuhan, dan berkata, apakah dengan tidak
mendapat apa-apa Ayub takut akan Tuhan?
Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya
serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa
yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya,
ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu. ( Ayub 1:811)
Di sini Setan menuduh Ayub melayani Tuhan oleh karena Tuhan
memberkatinya. Intinya, setan berkata pada Tuhan kalau Ayub melayani Nya, bukan
karena ia mencintai dan memujiNya tapi karena apa yang ia telah terima dari
Tuhan. Setan kemudian menantang Tuhan untuk menguji Ayub dengan mengambil semua
miliknya. Inilah tuduhan setan terhadap Ayub: Mereka yang mengaku mencintai
Tuhan dan memujiNya melakukannya karena Tuhan menyediakan materi dan melindungi
mereka.
Tetapi ada hal yang terlibat dalam tuduhan setan lebih dalam dari
tuduhannya pada Ayub. Ia sedang menyerang karakter Tuhan. Pada pokoknya, Setan
berkata, Kau mengatakan bahwa Ayub mencintai dan melayaniMu karena rasa hormat
dan pujian. Beri aku kesempatan untuk memperlihatkan alasan sebenarnya kenapa
ia memujaMu. Kau menyuap dia. Kau membeli dia. Manusia tidak memuja Kau karena
kasih. Mereka melakukan itu untuk apa yang bisa mereka dapatkan darinya. Apapun
yang manusia lakukan bagiMu, mereka melakukannya untuk keuntungan pribadi. Kau
mengetahui ini adalah benar, maka Kau memberi dia berbagai hal yang baik untuk
memenangkan kasihnya.
Di dalam cibiran ini, Setan tidak hanya menuduh alasan Ayub untuk
melayani Tuhan, tetapi ia memfitnah alasan Tuhan dalam memberi harta dan
perlindungan kepada Ayub. Ia benar-benar menfitnah karakter Tuhan. Setan
berargumentasi bahwa jika Tuhan mengambil semua milik Ayub maka dia berbalik
setia dariNya.
Suatu konflik muncul dari percakapan itu antara Tuhan dan Setan.
karakter Tuhan telah ditantang, dan musuh harus dibuktikan salah. Maka, ijin
telah diberikan kepada Setan untuk menguji Ayub. Tuhan memberi kebebasan pada
Setan untuk menyingkirkan semua milik Ayub.
Kebebasan ini dibatasi, untuk memberi batasan pada Setan dalam
Ayub 1:10. Setan tidak boleh mengulurkan tangan pada dirinya ( Ayub 1:12).
Kedaulatan Tuhan dilihat dalam pembatasan atas Setan. Ujian akan membuktikan
Setan salah. Ia harus belajar bahwa Ayub tidaklah melayani Tuhan untuk
keuntungan pribadi.
Setan meneruskan hal ini diluar pembatasan ini. Didalam suatu
rangkaian peristiwa, semua milik Ayub, yang telah didapat hampir seumur
hidupnya, telah diambil dari dia. Pencuri dari Sabeans dan Chaldeans
menggerebek ternak dan membunuh penjaganya. Kilat membinasakan 7,000
domba-domba dan para gembala. Puncak bencana datang ketika angin topan
membinasakan rumah, membunuh semua anak-anak Ayub ( Ayub 1:13,19). Ayub telah
mengalami ujian tertinggi. Ia hancur mendengar laporan kerugian. Ini adalah
pencobaan terberat Ayub, lembah paling dalam.
Ingat bahwa Ayub tidak mempunyai informasi kenapa semua ini
terjadi. Ia tidak mengetahui bahwa Tuhan yang telah memilih dia sebagai
Instrumen khusus untuk menunjukkan kalau manusia mencintai dan melayaniNya
sebab Ia adalah Tuhan, dan untuk mempertahankan karakter Tuhan. Bagi Ayub,
percobaan itu tanpa maksud dan pemahaman. Tetapi seperti akan kita lihat, Ayub
membuktikan bahwa kasih dan kesetiaan manusia pada Tuhan bisa tulus, bahkan
disaat yang paling pahit.
Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur
kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah.
Katanya : Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang
mengambil, terpujilah nama TUHAN! ( Ayub 1:20,21).
Mengoyak jubahnya dan mencukur rambutnya adalah tanda duka cita.
Ini adalah ritus perkabungan. Menjatuhkan diri ketanah bukanlah suatu tindakan
keputus-asaan, tapi suatu perbuatan penghormatan dan tundukan di depan Tuhan.
Dengan melakukan itu, Ayub menyembah ( 1:20).
G. Campbell Morgan didalam
The Analyzed Bible berkata, Ayub mati kutu melawan musuhnya sampai suatu titik
tertentu. Ada suatu benteng bagian dalam yang tidak bisa disentuh musuh. Petrus
menyebutnya manusia batiniah yang tersembunyi” ( 1 Petrus 3:4). Dan Paulus
berkata, Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. ( 2 Korint 4:16). manusia fisik sesuai dengan bejana tanah liat ( 4:7),
tubuh ( 4:10), dan tubuh yang fana ( 4:11). Tubuh adalah phisik kita, bentuk
sementara, dan bisa membusuk. Segalanya—bentuk kita, pancaindera, keluarga,
ketenaran, dan kekayaan terus membusuk melalui proses yang tidak bisa
dihentikan. Ketika berbagai hal dibumi ini memudar, berbagai hal Rohani, adalah
abadi, menjadi lebih berharga.
Kerugian Ayub tidak diragukan
dialami phisiknya, tetapi Setan tidak bisa menjangkau bagian dalamnya. Setan
tidak bisa sentuh hidup yang tersembunyi dengan Kristus diTuhan ( Colosse 3:3). Ayub mempelajari bahwa hidupnya tidaklah tergantung
dari kelimpahan kekayaannya itu ( Lukas 12: 15). Ada
suatu cahaya didalam jiwanya yang Setan tidak bisa padamkan. Ayub membuktikan
bahwa anak Tuhan bisa mencintai dan melayaniNya sungguhpun semua hal materi
diambil dari dia.
Barangkali kesaksian terbesar dari Iman Ayub adalah didalam
kata-katanya saat serangan setan pertama. Ia berkata, Dengan telanjang aku
keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke
dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! (
Ayub 1:21). Pertimbangkan kata-kata itu dengan serius dan sadari. Itu bukti
dari Iman Ayub terhadap kedaulatan Tuhan atas Alam semesta, mencakup bumi dan
semua hal ciptaan di dalamnya, yang hidup maupun yang mati. Semua dibawah
kedaulatan Tuhan. Tuhan yang memberikan Ayub keluarga dan kekayaan, dan Tuhan
yang mengambilnya. Iman Ayub dalam Tuhan berhasil bertahan, seperti iman Tuhan
terhadap Ayub. Ayub tidak mengutuk Tuhan seperti yang Setan ramalkan ( 1:11);
melainkan, ia memuji Tuhan ( 1:21).
Hubungan pribadi Ayub dengan Tuhan tinggal ditingkatan yang paling
tinggi, kendati pengalaman yang pahit telah menyentuh hidupnya. Percobaan hanya
memperdalam imannya dan menarik dia semakin dekat ke Tuhan. Ia memuji Tuhan
ketika kekayaan dan keluarganya diberikan padanya, dan ia tetap memujiNya
ketika Tuhan mengambil itu dari dia.
Orang Kristen jangan pernah mempertanyakan kedaulatan Tuhan. Bapa
surgawi tidak pernah melakukan kesalahan. Ketika kita percaya ini, kita
membuktikan setan salah memperkiraan Tuhan dan anak-anakNya.
Penderitaan yang kedua
Pasal 2 dari kitab Ayub menulis percobaan yang kedua. Pertemuan
yang kedua disurga mengikuti pola yang dulu. Sekali lagi para malaikat muncul
di depan Tuhan, dan Setan hadir. Tuhan sekali lagi menyatakan pendapatnya
tentang Ayub ( Ayub 2:13). Tetapi kali ini Ia menambahkan, Ia tetap tekun dalam
kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya
tanpa alasan ( Ayub 2:3).
Tuhan mengulangi kepercayaanNya didalam Integritas Ayub dan
mengingatkan Setan kalau tuduhannya terhadap Ayub adalah tanpa dasar ( tanpa
penyebab). Kebohongan setan tentang Ayub telah dibuktikan.
Setan menuduh Tuhan melindungi Ayub, meminta dengan tegas bahwa
pembatasan Tuhan atas dia adalah suatu rintangan dalam membuktikan hal ini. Ia
tidak bisa menyangkal bahwa hilangnya Keluarga Ayub dan kekayaannya tidak
pernah mengurangi kesetiaannya kepada Tuhan. Meskipun demikian, Setan menyebut
kesetiaan Ayub pada Tuhan dan kegagalannya sendiri.
Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: Kulit ganti kulit! Orang akan
memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya.
Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia
pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu. ( Ayub 2:45)
Setan sedang berkata bahwa seorang manusia tidaklah benar-benar
diuji sampai tulang dan dagingnya dibuat menderita. Siapapun akan menyerahkan
miliknya sepanjang dia sendiri terbebas.
Kata hidup dalam ayat 4 mengacu pada Ayub, , Hidup Ayub tidaklah
dimasalahkan di sini, karena jika ia dibunuh maka alasan ketulusannya tidak
bisa ditentukan. Setan sedang meminta ijin Tuhan untuk menyentuh tubuh Ayub.
Kematian lebih mudah daripada penderitaan; maka, jika Ayub disiksa, ia akan
meninggalkan Tuhan. Perkataan setan dengan jelas menunjukkan pandangannya yang
rendah atas anak Tuhan yang benar.
Maka firman TUHAN kepada Iblis: Nah, ia dalam kuasamu; hanya
sayangkan nyawanya ( Ayub 2:6). Tuhan menerima tantangan setan tetapi memberi
pembatasan ini: Setan tidak bisa membunuh dia. Kata hidup di ayat 6 berbeda
dari yang di ayat 4.
Lalu setan pergi dengan suatu balas dendam jahat terhadap utusan
Tuhan yang baik. Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub
dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya ( Ayub
2:7). Mari kita jangan kehilangan fakta bahwa penderitaan phisik Ayub telah
menambahkan kepedihan hatinya, atas kematian anaknya dan semua miliknya.
Adakah seorang laki-laki atau seorang perempuan, terlepas dari
Yesus Kristus Tuhan kita, berada di suatu lembah yang sangat dalam atau
menderita suatu percobaan yang sangat hebat? Saya pikir tidak. Borok yang
membakar seperti suatu lepra muncul ditubuh Ayub, menyebabkan dia nyeri sekali
dan sangat kesakitan. Gejala yang disebutkan sangat banyak: barah busuk ( 2:7);
berengah dan abu dalam borok ( 7:5); mimpi mengerikan ( 7:14); air mata yang
membutakan mata ( 16:16); nafas berbau busuk ( 19:17); badan yang kurus (
19:20); erosi tulang ( 30:17); menghitamkan dan mengupas kulit ( 30:30). Setan
memaksa sampai batas akhir untuk membuat Ayub berbalik dari Tuhan.
Menambah kesedihan Ayub adalah reaksi dari isterinya. Dia berkata,
Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (
Ayub 2:9). Sebetulnya, saya tidak tahu kenapa dia bisa berkata seperti itu.
Saya mencurigai bahwa dia tidak mengenal Tuhan dengan intim dan secara pribadi
seperti Ayub, karena dia menyalahkan Tuhan untuk penderitaan yang terjadi dalam
keluarga mereka. Sikapnya menunjukan cerminan mentaldan kondisi rohaninya.
Betapapun, dia menderita kerugian yang sama seperti Ayub. Tetapi sekarang dia
hanya bisa melihat dengan pasrah dan mengamatinya menderita. Itu lebih dari
yang bisa dia pikul. Apapun alasan sampai dia berkata seperti itu menambah
penderitaan Ayub.
Jawaban bagi isterinya, satu-satunya hartanya di atas bumi, sama
sekali tidak meragukan cintanya. Itu menyatakan, kesetiaan dan cinta yang tetap
teguh pada Tuhan. Dengan pertanyaan sederhana dia menyatakan kedaulatan Tuhan
atas apapun yang menyentuh hidupnya, baik atau buruk: Apakah kita mau menerima
yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? ( Ayub 2:10).
Dengan pertanyaan ini , Ayub membantunya melihat bahwa dia harus sama baiknya
menerima yang pahit seperti halnya yang baik. Ini merupakan suatu peringatan
tentang kedaulatan Tuhan untuk melakukan apa yang ia ingin lakukan, ketika Ia
memutuskan untuk melakukannya, untuk tujuanNya, dan untuk melibatkan siapapun
yang Ia kehendaki. Orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan akan menerima
tidak hanya berbagai hal yang baik tetapi juga penderitaan.
Kita diberitahu bahwa Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa
dengan bibirnya ( Ayub 2:10). Ia lulus dari ujian dengan nilai sempurna. Setan
telah dikalahkan. Lebih dari itu, setan tidak nampak lagi didalam keseluruhan
buku Ayub.
Ketika saya mempelajari kedua pasal dalam Ayub, kedua pertanyaan
Tuhan menantang saya. Seolah-olah Tuhan bertanya, Sudahkah kamu
mempertimbangkan Ayub pelayanku? Sudahkan saya belajar dari pengalaman Ayub?
Apakah seluruh kehendak saya sudah diserahkan pada Tuhan, seperti Ayub? Apakah
aku tetap mencintai Tuhan sejak Elsie tidak bisa bergerak dan menderita?
Dapatkah aku katakan dengan sungguh-sungguh dari suatu hati berserah, Tuhan
yang memberi, Tuhan yang mengambil; terpujilah nama Tuhan?
Saya berterimakasih untuk apa yang Tuhan telah ajarkan padaku saat
saya ada diruang tungguNya. Saya merasakan apa yang dirasakan Daud saat
menderita, ia berdoa, Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar
ketetapan-ketetapan-Mu ( Mazmur 119:71).
Ruang tunggu telah telah sungguh-sungguh menjadi tempat belajar.
Dan jika sudah tidak ada lagi yang dipelajari dari pengalaman ini, saya
sekarang mengerti bahwa masih banyak yang harus dipelajari.
Saya berharap untuk bertemu
Ayub suatu hari nanti. Saya akan berterima kasih atas warisan yang kaya
darinya. Ia telah membantu saya untuk menghargai ujian, bukan sebagai anak
panah Setan yang berapi-api ( Epesus 6:16) tetapi
sebagai panah dari Tuhan ( Ayub 6:4). Ia yang mengirim panah itu telah membalut
dan merawat lukanya. Menurut waktuNya, dan untuk tujuan baikNya, Ia akan
menyembuhkannya dengan sempurna. Meskipun ia membunuh aku, namun aku akan tetap
percaya ( Ayub 13:15..)