Jumat, 27 Juni 2014

 Hadiah Terindah buat Yesus 


Ayat bacaan: Markus 12:33
====================
"Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."

Istri saya berulang tahun di bulan Mei. Kalau dihitung-hitung sejak masa pacaran, kami sudah 13 tahun menjalani hidup bersama. Itu artinya tiga belas kali ulang tahun, dan semakin lama saya semakin bingung untuk memikirkan kado atau hadiah setiap mendekati tanggal ulang tahunnya. Meski bingung, satu hal yang pasti adalah keinginan saya untuk memberikan yang terbaik, yang paling istimewa sesuai kemampuan saya. Untuk itu saya harus tahu apa yang sedang ia inginkan, apa yang sedang ia suka dan apa yang bisa membuatnya sangat senang. Kalau tiga belas kali ulang tahun saja sudah bingung, saya memberi hadiah buatnya bukan hanya sekali karena ada hari Valentine, hari jadi kami dan tentu saja hari Natal.

Tentu banyak diantara anda yang saat ini tengah menikmati liburan bersama keluarga. Setelah bekerja keras selama setahun, tentu rasanya menyenangkan bisa berlibur bersama keluarga tanpa harus terganggu oleh pekerjaan yang sehari-hari menumpuk di meja kerja dan menyita waktu. Natal adalah sebuah perayaan untuk memperingati kelahiran Kristus. Jika anda seperti saya yang memberi hadiah buat orang-orang terdekat yang kita sayangi, bagaimana dengan Sosok yang kita rayakan itu sendiri? Hadiah apa yang kita berikan kepada Yesus, lantas hadiah seperti apa yang akan sangat menyenangkan hatinya?

Dalam memasuki hari Natal sangatlah baik bagi kita untuk merenungkan kedatangan Yesus ke muka bumi ini untuk menebus dosa-dosa kita. Atas dasar kasih Allah yang begitu besar, Dia datang menghapus dosa dunia dan membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam keselamatan. Ini bukan hal sepele. Cobalah renungkan, siapalah kita ini sehingga kita begitu berharga dalam pandangan Tuhan untuk diselamatkan? Daud pernah mempertanyakan hal ini ketika ia tengah terpukau dalam kekaguman saat memandang indahnya langit. "apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:5). Apakah kita berjasa besar sehingga Tuhan berhutang budi pada kita? Tentu saja tidak. Apakah kita begitu luar biasa sehingga Tuhan harus membayar kita? Itupun tidak. Apakah kita begitu suci tanpa cacat sehingga Tuhan merasa bersalah jika tidak menyelamatkan kita? Tidak. Kita adalah manusia yang terus menerus berbuat dosa, terus mengecewakan Tuhan dengan segala perilaku buruk kita. Tetapi meski demikian, Tuhan ternyata tetap mengasihi kita. Walaupun alam semesta ini begitu indah diciptakan, tetap saja manusia merupakan ciptaanNya yang paling berharga, yang diciptakan seperti gambar dan rupaNya sendiri (Kejadian 1:26), dengan kata lain "dibuat sama seperti Allah" dan dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat (Mazmur 8:6). Kita mendapatkan kasih karunia dari Yesus bukan karena kita hebat, suci, tidak bercela, tidak berdosa dan bukan pula merupakan bentuk upah atas kebaikan kita. No. Itu diberikan kepada kita sebagai anugerah atau karunia, semata-mata karena Allah mengasihi kita sebagai ciptaanNya yang istimewa, begitu istimewa sehingga keselamatan kita menempati prioritas tertinggi dalam hatiNya. Kita sebenarnya tidak layak, tetapi Dia tetap memberikan, itulah yang disebut dengan anugerah. Dalam Alkitab dikatakan: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16) Kasih ternyata sanggup menggerakkan hati Allah dengan mengorbankan Kristus untuk menggantikan kita semua di atas kayu salib, membayar lunas semua pelanggaran dan dosa kita, melepaskan kita dari kutuk, mendamaikan hubungan kita dengan Allah dan menganugerahkan keselamatan yang seharusnya tidak layak kita miliki. Semua itu berasal dari sebuah anugerah yang diberikan Tuhan atas dasar besarnya kasihNya kepada kita. Bayangkan bagaimana hidup kita saat ini seandainya Yesus tidak datang ke dunia , tidakkah itu mengerikan ? .


Orang-orang Majus dari Timur berangkat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan untuk menyembah bayi Yesus. (Matius 2:2). Tapi kelelahan itu langsung berubah menjadi sebentuk sukacita luar biasa ketika mereka melihat bintang yang menunjukkan arah dimana Yesus dilahirkan. (ay 10). Kalau kita mundur satu pasal, kita bisa melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Yusuf lewat mimpi seperti yang sudah saya sampaikan kemarin. "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka...Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel " (Matius 1:21,23). Imanuel artinya Allah ada bersama kita. Renungkanlah baik-baik makna Imanuel itu. Kelahiran Yesus ke dunia sesungguhnya membawa dampak yang begitu besar bagi perjalanan hidup dan keselamatan kita. Membawa kita untuk hidup dengan adanya Allah bersama kita, bukankah itu luar biasa? Dan itulah seharusnya sumber sukacita kita dalam menyambut Natal.

Jika Yesus memberikan sebuah kado luar biasa kepada kita, sudahkah kita memikirkan apa yang bisa kita berikan kepadaNya? Kita sering meminta Yesus untuk memenuhi segala keinginan kita, tetapi sudahkah kita berpikir tentang apa yang bisa kita berikan sebagai hadiah yang terindah yang berkenan untuk Yesus? Parcel? Rumah? Mobil? Uang? Itu semua itu tidak ada artinya. Apa yang menyenangkan hati Yesus sesungguhnya hanya satu, dan itu tidak lain adalah hati kita. Hati yang terbuka, lembut, mau dibentuk, percaya kepadaNya dan selalu bersungguh-sungguh menyembah dan mengasihiNya. Hati yang takut akan Tuhan, bersih yang siap untuk menerima Kristus untuk berdiam di dalamnya, dan juga hati yang penuh kasih terhadap sesama manusia, seperti halnya Kristus mengasihi kita. Ini bisa kita lihat dari dua hukum yang terutama. Selain itu kita bisa belajar pula lewat ucapan seorang ahli Taurat yang berkata: "Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." (Markus 12:33), Lalu apa tanggapan Yesus? Yesus mengiyakan perkataan orang itu dan berkata "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" (ay 34). Jelaslah lewat ayat ini kita bisa melihat apa hadiah sesungguhnya yang bisa kita berikan kepada Yesus. Hati yang mengasihi Tuhan dan sesama, itulah hadiah yang sangat indah untuk kita berikan kepada Yesus dalam memperingati kelahiranNya di dunia.

Pernyataan Yesus lainnya juga jelas menunjukkan apa hal yang menyukakanNya. "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40). Tuhan Yesus tidak memerlukan bingkisan-bingkisan duniawi berupa harta benda, perhiasan, materi dan sejenisnya. Apa yang akan menyenangkanNya adalah kasih terhadap Tuhan (kasih dalam bentuk horizontal) dan kepada sesama (vertikal). Kasih berasal dari hati, jadi sebentuk sikap hati yang mengarah penuh kepadaNya dan berpusat pada kehendakNya, itu akan menjadi sebuah hadiah yang sangat indah bagi Yesus.

Tidaklah salah mempersiapkan pesta perayaan, liburan bersama keluarga dan sahabat serta hadiah-hadiah yang dibungkus indah. Tapi yang jauh lebih penting dari itu, marilah kita merenungkan makna kelahiran Kristus di dunia. Persiapkanlah sebuah hadiah istimewa bagi Yesus kali ini. Rayakan Natal yang penuh sukacita, bukan didasarkan kepada gemerlap dan kemeriahan pesta dan timbunan hadiah, tetapi didasarkan oleh rasa syukur kita akan kasihNya yang begitu besar kepada kita semua dan kerinduan kita untuk mengalirkan kasih Kristus kepada orang lain.

Hati yang mengasihiNya dan menjadi saluran kasih terhadap sesama, itulah hadiah terindah buat Yesus


Kamis, 26 Juni 2014

TERGERAK DAN BERGERAK



 

Hari ini saya ingin membagikan sebuah khotbah yang berjudul: “Tergerak dan Bergerak” karena kita percaya hari-hari ini adalah kairos-nya Tuhan untuk setiap umat, maka kita harus menjadi orang yang tergerak dan bergerak menangkap kairos Tuhan ini sehingga rencana Tuhan yang besar atas dunia sungguh-sungguh tergenapi dan kita bisa mengalami anugerah yang sangat besar dari Tuhan. Dan hari ini kita akan belajar dari kisah tentang Elisa. Baca 1 Raja 19:15-16, 19-21.

I.            Elisa adalah orang yang bisa dipakai untuk melakukan rencana Tuhan.

a.        Ayat 19 Elisa adalah anak orang kaya yang juga rajin bekerja.
n  Tidak heran Tuhan memerintahkan Elia untuk memilih Elisa.
b.        Bagaimana dengan kita?
n  Mentalitas seperti apa yang kita miliki yang membuat Tuhan mau memilih kita?
n  Jadilah hamba yang bisa dipilih dan dipakai oleh Tuhan, maka Tuhan akan melimpahkan kekuatanNya kepada kita!


II.           Karena Tuhan menilai bahwa Elisa bisa dipakai oleh Tuhan, maka Tuhan mulai menyatakan panggilan-Nya kepada Elisa.

a.        Ayat 19b Elia melemparkan jubah kenabiannya kepada Elisa untuk menyampaikan panggilan Tuhan atas Elisa.
n  Saat itu Elisa sedang menjalankan hidupnya dengan normal, dia bekerja di ladang usaha milik keluarganya dan semuanya berjalan dengan lancar. Tapi tiba-tiba Elia datang dan melemparkan jubah kenabiannya. Padahal, kebanyakan nabi pada jaman itu adalah target utama pembunuhan, dikejar-kejar, dan dipersalahkan (1 Raja 19:14).
b.        Apa yang akan kita lakukan kalau kita dalam posisi Elisa ini?
          Semuanya baik dan lancar, tapi tiba-tiba Tuhan memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang tidak pada umumnya dan belum tentu bisa diterima semua orang.
c.        Ingat baik-baik bahwa awan kegerakan Tuhan sedang bergerak di Asia, khususnya Indonesia. Banyak nabi dan hamba Tuhan sudah menubuatkan dan mendapatkan pesan khusus ini. Tuhan sedang bersiap melakukan sesuatu yang super besar di Indonesia: Yesaya 60 akan digenapi, panen raya jiwa besar-besaran akan terjadi, dan hujan berkat akan dilimpahkan secara dahsyat!!!
n  Itu sebabnya mata Tuhan sedang menjelajah di seluruh bumi Indonesia untuk melimpahkan kekuatanNya kepada orang-orang yang bisa dipakai Tuhan.

 Hari ini tuhan sedang menyatakan panggilannya dalam hidup kita!!!

III.      Apa respon Elisa pada panggilan Tuhan itu?
1.        Elisa tergerak oleh panggilan Tuhan itu.
a)       1 Raja 19:20 Lalu Elisa meninggalkan lembu itu dan berlari mengikuti Elia!!!
n  Artinya hati Elisa tergerak oleh panggilan Tuhan itu.
n  Pernahkah hati saudara tiba-tiba tergerak ketika membaca sebuah ayat Alkitab tertentu, mendengarkan kotbah, mengalami mimpi yang dari Tuhan, dll.
n  Biarlah Firman Tuhan minggu-minggu ini sungguh-sungguh membuat hati kita tergetar dan tergerak, karena khotbah minggu-minggu ini adalah rhema khusus dari Tuhan…. Ini bukan khotbah biasa, tapi ini adalan pesan Tuhan bagi kita semua!!!
b)       Jangan sampai kita mempunyai hati yang beku! Sebab kalau sampai hati kita sudah menjadi beku, berarti ada sesuatu yang salah yang perlu dibereskan terlebih dahulu dalam hidup kita!
n  Bisa karena dosa; kekecewaan dan sakit hati; marah dan menyalahkan Tuhan; beban yang begitu berat; masalah keluarga, atau masalah keuangan dan pekerjaan, atau mungkin juga masalah kesehatan, dst.
n  Apapun itu, hari ini bereskan segera di hadapan Tuhan sehingga hati kita dipulihkan, roh kita dibangkitkan, sehingga kita bisa kembali merasakan hati yang tergerak ketika menerima Firman Tuhan.
2.        ELISA MAU mengikuti panggilan tuhan dalam hidupnya.
a)       1 Raja 19:20 Biarkanlah aku mencium ayahku dan ibuku dahulu
n  Ini adalah perkataan yang tulus sebagai seorang anak yang bertanggung jawab kepada orang tuanya.
n  Artinya, bagi Elisa adalah keputusan sudah dibuat, dia sudah bertekad bulat, apapun yang terjadi, dia akan tetap mengikuti panggilan Tuhan dalam hidupnya itu.
b)       Dan itu sebabnya Elia mengijinkannya; namun sekalipun demikian Elia tetap berkata pada Elisa: “Baiklah, pulang dahulu, dan ingatlah apa yang telah kuperbuat kepadamu.”
n  Karena kadang-kadang di tengah jalan ketika kita hendak melangkah mengikuti panggilan Tuhan, bisa muncul godaan atau halangan atau apapun namanya yang membuat kita batal mengikuti panggilan Tuhan dalam hidupnya.
n  Bagi kita, bisa jadi godaan dan halangan itu berupa keragu-raguan, kebimbangan, kekecewaan, kesibukan, dst.
n  biarlah setiap visi yang pernah Tuhan berikan kepada saudara dibangkitkan kembali hari ini! Setiap kerinduan yang pernah Tuhan taruh dalam hati saudara digetarkan kembali, dinyalakan kembali, dan digerakkan kembali!
3.        Elisa bertekad bulat tidak akan mengubah keputusannya DALAM MENGIKUTI panggilan Tuhan
a)       1 Raja 19:21 ia mengambil pasangan lembu itu, menyembelihnya dan memasak dagingnya dengan bajak lembu itu sebagai kayu api
n  Artinya bukan hanya ia mengikuti Elia, tapi Elisa juga sudah bertekad bulat membakar jembatan yang ada di belakangnya untuk mengikuti Elia.
b)       Sayangnya, ada banyak orang mempunyai plan A dan Plan B dalam mengikuti panggilan Tuhan. Kalau belum dapat jalan, bisa segera kembali lagi.
n  Akibatnya kehilangan panggilan dan anugerah Tuhan yang besar.
c)        Berbeda dengan Elisa: Ketika dia melangkah mengikuti panggilan Tuhan, itu artinya keputusan bulat yang tidak bisa diubah dan digagalkan oleh siapapun dan apapun juga.
4.        Elisa bukan hanya tergerak, tapi ia sungguh-sungguh bergerak.
a)       Ayat 20 Elisa bukan hanya tergerak, tapi ia sungguh-sungguh bergerak.
n  Berapa banyak orang yang sudah tergerak tetapi tidak pernah sungguh-sungguh bergerak.
n  Akibatnya rhema itu menjadi basi, panggilan itu menjadi padam, dan akhirnya kita kehilangan karya Tuhan yang luar biasa.
b)       Beda dengan Elisa,  ketika dia mendapat lemparan jubah Elia, maka dia tergerak dan bergerak.
n  Sehingga Pertama kali dia dipanggil, yang diberikan kepadanya hanya 1 porsi, akan tetapi ketika dia setia pada panggilan Tuhan itu, maka bagiannya dilipatgandakan menjadi 2 porsi.
c)        Jangan hanya tergerak hati, tapi mulai hari ini sungguh-sungguhlah bergerak:
n  Bergeraklah menyelamatkan jiwa-jiwa, menjadi berkat bagi pekerjaan Tuhan dan orang lain, terlibat dalam pelayanan, gunakan talenta untuk memuliakan Tuhan!
d)       Dan Inilah berkat yang Tuhan berikan bagi orang yang tidak hanya tergerak, tapi juga bergerak: upah dobel pOrsi, kepercayaan dan tanggung jawab dobel porsi, TEROBOSAN DOBEL PORSI, PROMOSI DOBEL PROSI, DAN berkat dobel porsi!

KEMENANGAN

Pujian Bagi Tuhan Bawa Kita Pada Kemenangan
Pujian Bagi Tuhan Bawa Kita Pada KemenanganIa memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita.
Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN
.” Mazmur 40:4


Bacaan Alkitab : 2 Tawarikh 20:19-22


(19) Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring.
(20) Keesokan harinya pagi-pagi mereka maju menuju padang gurun Tekoa. Ketika mereka hendak berangkat, berdirilah Yosafat, dan berkata: “Dengar, hai Yehuda dan penduduk Yerusalem! Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!”
(21) Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu mereka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: “Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!”
(22) Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.

Banyak orang tidak mengerti akan arti dari memuji Tuhan. Arti dari pujian kepada Tuhan adalah suatu penghormatan yang sangat besar yang ditujukan kepada Allah. Dalam bacaan Alkitab di atas di ceritakan tentang Raja Yosafat dan bangsanya yang sedang menghadapi musuh yang tidak dapat mereka atasi, musuh bertekad untuk menghancurkan mereka. Pada saat mereka ketakutan Allah meyakinkan mereka dengan mengatakan melalui nabinya :
*courtesy of PelitaHidup.com
2 Tawarikh 20:15-17 “dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Allah.
Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel.
Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu
.

Saya percaya bahwa pada saat Yosafat mendengar hal itu, semua beban yang teramat berat yang ditaruh di pundak Yosafat terlepas begitu saja. Seketika hilanglah segala pusing kepala yang dideritanya beberapa hari terakhir ini karena tidak dapat tidur. Maka dengan segera berlututlah raja Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem pun sujud di hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya. Serasa air sejuk dari surga yang membasahi bumi, hilanglah seluruh ketegangan bangsa Yehuda.
Perhatikan betapa orang-orang Yehuda sangat percaya kepada Tuhan, mereka memegang apa yang Tuhan janjikan kepada mereka. Oleh sebab itu secara spontan orang-orang Lewi dari bani Kehat dan bani Korah, yang terkenal sebagai penyanyi dan pemusik diantara bangsa itu, bangkit berdiri untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan suara yang sangat nyaring buat kemenangan yang dijanjikan kepada mereka, dan yang pasti kemenangan itu datang.

Ketika Raja Daud memimpin prosesi membawa tabut perjanjian ke Yerusalem, ia memuji Allah dengan segenap kekuatannya.
Dikatakan dalam Mazmur 22:4 “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.
*courtesy of PelitaHidup.com
Sungguh pujian Daud sangat berkenan kepada Allah, sehingga Allah hadir di dalam kerajaannya dan memberinya kemenangan terhadap setiap peperangan melawan musuh-musuhnya. Lewat pujian Allah membawa Daud kepada kemenangan, dan membuat setiap orang menjadi takut dan percaya pada Allah.

Jumat, 20 Juni 2014

PERTOBATAN

                       HATI, PIKIRAN DAN KEHENDAK (




Baca:  2 Korintus 7:1-16

"Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian."  2 Korintus 7:10

Pertobatan adalah kata yang tidak akan berhenti untuk diberitakan kepada setiap orang percaya, sebab pertobatan adalah langkah awal di mana seseorang menyadari kesalahan dan pelanggarannya, lalu berpaling dari dosa-dosanya dan meninggalkannya.  Pertobatan disebut juga suatu keadaan di mana orang berdosa menyesal karena dosa-dosanya dinyatakan kepadanya oleh terang firman Tuhan dan Roh Kudus, sehingga dengan kehendaknya ia bertekad untuk berubah, yaitu berbalik dari dosanya dan berpaling kepada Tuhan.  Di padang Yudea Yohanes Pembaptis dengan suara yang lantang menyerukan,  "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"  (Matius 3:2).  Berita ini pula yang diserukan oleh Yesus,  "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"  (Markus 1:15).

     Sebelum hidup dalam pertobatan, apa yang ada dalam pikiran, hati dan kehendak kita semata-mata dikuasai segala hal yang bersifat duniawi, sehingga yang dihasilkan pun adalah perbuatan-perbuatan daging.  Itulah sebabnya pertobatan yang sejati meliputi tiga aspek penting ini:  pikiran, hati dan juga kehendak.  Pikiran adalah medan peperangan dalam kehidupan manusia.  Alkitab menyatakan,  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).  Apa yang kita pikirkan itulah yang aka membentuk setiap tindakan kita.  Dengan kata lain, pikiran adalah pemimpin atau pelopor dari semua tindakan, artinya tindakan yang kita lakukan adalah akibat langsung dari apa yang kita pikirkan.  Jika yang kita pikirkan adalah hal-hal yang berasal dari daging, maka kita akan berjalan dalam daging dan perbuatan kita pun akan semakin jauh dari kebenaran.

     Supaya kita memiliki pikiran yang benar kita harus menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, sehingga kita  "...menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (Filipi 2:5).  Ketika kita memiliki pikiran Kristus, pikiran kita akan terus diperbaharui sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah:  apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna  (baca  Roma 12:2(Bersambung)


                        HATI, PIKIRAN DAN KEHENDAK 



Baca2 Timotius 2:14-26

"Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."  2 Timotius 2:19

Pertobatan juga menekankan pada sikap hati, karena hati adalah pusat dari pikiran, perasaan dan kehendak kita.  Hati juga memiliki peranan besar terhadap perilaku lahiriah kita.  "...dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."  (Markus 7:21).  Penulis amsal pun menyatakan,  "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."  (Amsal 27:19).  Maka dari itu  "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  (Amsal 4:23).  Hati yang senantiasa terjaga bersih dan murni akan berdampak positif pula terhadap setiap perkataan dan tindakan kita.

     Bagaimana menjaga hati kita supaya tetap bersih dan murni?  Kita harus mengijinkan Roh Kudus untuk menyelidiki dan memperbarui hati kita.  Daud berdoa,  "Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!"  (Mazmur 51:12).  Pikiran dan hati yang telah diperbaharui oleh firman Tuhan akan mempengaruhi kehendak kita.  Kesadaran terhadap segala kesalahan dan pelanggaran pastilah akan diikuti oleh kehendak/keinginan untuk berhenti berbuat dosa, dan komitmen untuk hidup dalam pertobatan setiap hari.  Itu membutuhkan proses yang tidak instan tapi secara bertahap dan terus-menerus seumur hidup kita, hingga kita memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar yang dikehendaki Tuhan.

     Seseorang yang memiliki pertobatan yang sejati imannya tetap teguh untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan, apa pun yang terjadi dan di mana pun berada, karena pertobatan adalah suatu tindakan yang menghasilkan perubahan pikiran, hati dan kehendak, di mana kita semakin mengasihi Tuhan dan hidup seturut dengan firmanNya.  Saat menghadapi pergumulan yang berat sekalipun kita bisa berkata:  janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Tuhan kehendaki.  Ketika kita menyerahkan seluruh kehendak kepada Tuhan kita akan tinggal di dalam firmanNya.

Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang benar-benar hidup dalam pertobatan?

Rabu, 18 Juni 2014

PERCAYA PADA TUHAN

                   MERAIH TANGAN TUHAN DALAM GELOMBANG KEHIDUPAN


Gelombang kehidupan bisa menerpa siapa saja. Kapan gelombang itu datang, orang juga tidak tahu. Bisa saja gelombang kehidupan itu datang ketika orang sedang menikmati sukses kehidupannya. Tetapi bisa saja gelombang kehidupan itu menerpa orang yang sedang memulai usaha-usahanya. Dalam kondisi apa pun semestinya orang siap untuk menghadapi gelombang kehidupan itu.

Nabi Elia sebagaimana dikisahkan dalam 1Raja-Raja19:1-13 mengalami gelombang hidup yang dahsyat yang hampir saja membuatnya putus harapan dan putus iman. Nabi Elia seorang pejuang, nabi politik yang dengan berani menetang Ahab, raja yang menyebarkan kekafiran di Israel. Ia mengadakan konfrontasi langsung dengan raja Ahab, mengecamnya habis-habisan bahkan rela mempertaruhkan nyawanya. Sebagai akibatnya ia sangat dibenci oleh raja Ahab dan semua elit kekuasaan Israel, kalangan istana, para nabi dewa Baal dan Asyera. Meskipun Elia berhasil melenyapkan seluruh nabi dewa Baal dan Asyera, namun ia tak luput dari ancaman kematian karena Izebel, isteri Ahab. Elia merasa terancam, putus asa, karena perjuangannya seolah gagal total.Maka ia melarikan diri dari Israel dan dari Tuhan dan mengarungi gelombang pasir di gurun, lalu bersembunyi di dalam sebuah gua di gunung Horeb.Untunglah Allah tak membiarkan Elia mengubur dirinya dalam gua gelap keputusasaan dan Ia mengulurkan tanganNya dengan menyuruh Elia keluar, bahkan memberikannya makan dan minum. Allah meneguhkan dan mengutusnya untuk kembali ke dunia nyata, ke tengah umat Israel untuk mengurapi raja baru yang telah dipilih Tuhan.

Petrus juga sempat mengalami “gelombang laut” yang kencang dan hampir tenggelam di danau Genesaret. Dengan semangat menyala-nyala Petrus ingin menyambut Tuhan yang “berjalandi atas air.”Simbol kekuasaan Tuhan mengalahkan kekuatan yang menghancurkan(ingat air bah dan laut merah yang mematikan banyak orang). Semangat Petrus untuk meniru gurunya begitu kuat, tapi ia sendiri hampir digulung oleh gelombang kekuatan si jahat. Untunglah di saat kritis ia masih sempat berteriak:”Tuhan tolonglah aku.(Mat.14:30), dan Yesus segera memberikan pertolongan.

Sudah dari kodratnya kita manusia harus mengalami gelombang kehidupan. Tak seorangpun yang bebas dari perjuangan berat untuk mencapai kebahagiaan dan menegakkan kebenaran. Kita sering mengalami bagaimana orang benar mengalami begitu banyak penderitaan sementara orang jahat menonjol dalan persaingan kehidupan.Kekalahan orang benar sering membuahkan keputusasaan yang hebat.Kita mengalami tidak semua orang memiliki iman yang kokoh sehingga bisa tegas dalam gelombang kehidupan dan mempertahankan kebenaran. Ada banyak orang tidak tahan dan berlari seperti Elia. Ada yang sempat minta tolong pada Tuhan seperti Petrus,tapi ada juga yang menjadi apatis oleh terpaan gelombang penderitaan,rohnya kering kerontang. Ia hilang ditelan kepahitan dunia dan tak sanggup lagi mengangkat tangan untuk meraih tangan Tuhan yang sebenarnya sudah terulur membantu.

Sesungguhnya gelombang hidup itu, penderitaan dan kesusahan yang kita alami hanyalah sebuah godaan, hanya pernik kehidupan yang harus ada namun hanyalah sebuah pelengkap.Tak seharusnya mata tidak fokus pada realitas negatif hidup kita tapi sebaiknya terarah pada Kristus yang adalah sumber kebahagian dan keselamatan kita. Yang sering kita alami adalah kesadaran akan penderitaan begitu besar, sementara kesadaran akan rahmat, dan keterikatan pada Kristus begitu tipis dan lemah. Padahal apabila kita lebih terfokus pada Kristus yang senantiasa mengulurkan tanganNya untuk menolong kita maka kita aman dari gelombang hidup yang dapat menghayutkan kita.**

Sabtu, 14 Juni 2014

MENETAHUI KEHENDAK TUHAN

                                         Tiga Cara Mengetahui Kehendak TUHAN


Satu hal sudah pasti. Kita dapat mengetahui kehendak Tuhan. Walaupun itu tampak misterius, sebenarnya tidak ada misteri di dalamnya. Jika kita tahu ke mana kita harus mencari, kehendak Tuhan ada di sana. Dan jika kita mendengar dengan baik, Tuhan akan berbicara kepada kita melalui cara-cara yang mengagumkan.

Pertama, Tuhan berbicara melalui firman-Nya yaitu Alkitab. Segala sesuatu yang kita butuhkan untuk kehidupan yang menyenangkan Tuhan ada di dalam Alkitab. Sementara kita mulai mengenal firman Tuhan, kita akan mengenal kehendak Tuhan.

Kedua, Tuhan berbicara melalui penilaian dan akal sehat kita. Namun waspadalah, keputusan-keputusan kita akan sesuai dengan kehendak Tuhan hanya jika kita mengenal Tuhan secara pribadi lebih dahulu, dan hanya jika hubungan kita dengan Tuhan itu benar. Saat kita ada dalam kondisi ini, kita akan bertindak dengan "pikiran Kristus" dan Roh Kudus yang akan menuntun nurani dan pemikiran kita.

Akhirnya yang terakhir dan yang paling umum, Tuhan berbicara melalui rincian kehidupan kita. mengatakannya dengan cara ini: "Tuhan berbicara melalui bahasa yang paling kita kenal---bukan melalui telinga kita tetapi melalui keadaan-keadaan kehidupan kita."'.

Mungkin kita akan berkata dan menganggap hidup kita ini suatu kebetulan. Padahal sesungguhnya apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita tidak ada yang kebetulan. Kita ada karena suatu maksud. Dan apa pun yang kita lakukan memang berarti bagi Tuhan.

Segala sesuatu yang kita lakukan berarti bagi Tuhan dan bukan hanya hal-hal yang kita lakukan di gereja, tetapi dalam hal-hal kecil setiap harinya. Di sanalah kita akan paling sering menemukan kehendak Tuhan.

Perhatikanlah kehidupan kita secara terperinci dan pikirkanlah saat-saat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Dan lihatlah sejauh mana kita telah berjalan. "Hal-hal baik" itu bukan kebetulan. Kita bukan hanya "beruntung". Jika hati kita telah mengikut Tuhan, selama ini Ia telah memimpin kita dan mungkin kita telah melakukan kehendak-Nya (karena kadang kita tidak mengetahuinya).

Dilain pihak, jika kita merasa seolah-olah hidup ini adalah ketidakadilan demi ketidakadilan dan kita mengasihani diri sendiri lalu kita marah kepada Tuhan, mungkin inilah saatnya untuk kembali ke hal-hal yang dasar. Singkirkanlah pusat perhatian dari diri sendiri dan mulailah mengenal Tuhan lebih baik dengan membaca firman-Nya, berdoa, dan berhubungan dengan orang-orang yang berada dalam kehendak Tuhan. Tuhan ingin memimpin kita melalui rincian kehidupan kita. Berikanlah kesempatan kepada-Nya

Jumat, 13 Juni 2014

ZAMAN NUH DAN ZAMAN LOT




“Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya” (Lukas 17:26-30). 



Anda harus melihat tiga hal tentang teks ini. Pertama, perhatikan dua ilustrasi besar yang digunakan Yesus – Air Bah pada zaman Nuh, dan hujan api dan belerang yang diturunkan atas kota Sodom. Kedua, lihatlah empat kata terakhir dari ayat 27, “dan membinasakan mereka semua.” Selanjutnya lihatlah empat kata terakhit dari ayat 29, “dan membinasakan mereka semua.” Selanjutnya lihatlah ayat 30, “Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.” Ini mengacu kepada Kedatangan Kristus yang Kedua untuk menghukum dunia yang tidak percaya ini.

Orang-orang pada zaman Nuh tidak siap - sehingga mereka semua binasa. Orang-orang pada zaman Lot tidak siap - sehingga mereka semua binasa. Makan dan minum dan menikah itu sendiri tidaklah salah, tetapi semua itu yang menjadi perhatian orang-orang pada zaman itu! Mereka tidak mendengarkan Nuh atau Lot, sehingga mereka semua binasa.

Sekarang kita akan melihat pada dua kelompok orang itu dan melihat mengapa mereka tidak siap untuk hari penghakiman itu. Tetapi pertama-tama saya harus mengatakan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah Allah yang murka dan menghakimi. Saya tahu itu bukan apa yang orang percaya saat ini. Mereka sering mengatakan, “Saya tidak percaya adanya Allah yang menghakimi.” Tetapi tidak terlalu penting apa yang mereka yakini. Allah bukan bagian dari imajinasi Anda. Allah ada di luar Anda. Dia ada entah Anda percaya kepada-Nya atau tidak. Jadi tidak peduli apakah Anda “tidak percaya adanya Allah yang menghakimi.” Karena keberadaan Allah tidak tergantung pada apa yang Anda percaya, apa yang Anda pikirkan tidak mengubah apa pun! Misalkan Anda berkata, “Saya tidak percaya San Francisco itu ada.” Apakah itu akan membuat San Francisco menghilang? Tentu saja tidak! Misalkan Anda berkata, “Saya tidak percaya ada mobil troli di San Francisco.” Apakah itu membuat semua mobil troli menyingkir dari kota itu? Tentu saja tidak! Demikian juga dengan Allah. Jika Anda mengatakan, “Saya tidak percaya adanya Allah yang menghakimi,” itu tidak mengubah apa pun. Entah Anda percaya atau tidak, Allah itu ada di luar otak Anda - dan Dia adalah Allah yang menghakimi dan Allah yang murka terhadap dosa - entah Anda percaya atau tidak.

Sesungguhnya orang-orang pada zaman Nuh berpikir seperti Anda. Mereka memiliki banyak gagasan tentang Allah – namun, seperti Anda, mereka berpikir bahwa Allah bukanlah Allah yang menghakimi! Dan, sama seperti Anda, mereka salah – salah fatal! Sehingga Allah menurunkan Air Bah, “dan membinasakan mereka semua” (Lukas 17:27).

Demikian juga yang terjadi di kota Sodom. Orang-orang di Sodom berpikir bahwa Allah tidak akan pernah menghukum mereka. Orang-orang pada zaman Nuh tidak memperhatikan khotbah Nuh. Demikian juga orang-orang Sodom tidak mendengar peringatan yang Lot sampaikan kepada mereka. Menantu-menantu Lot sendiri bahkan berpikir bahwa ia sedang “berolok-olok” ketika ia memperingatkan mereka bahwa penghukuman akan datang. Namun mereka salah. Penghukuman dijatuhkan “dan membinasakan mereka semua” (Lukas 17:29).

Yesus mengakhiri peringatan ini dalam ayat tiga puluh, dengan berkata,

“Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya” (Lukas 17:30).

Saya percaya bahwa kita sedang hidup pada zaman seperti itu sekarang ini. Tidak seorangpun tahu hari dan jam ketika penghakiman Allah akan dijatuhkan atas generasi yang penuh dosa ini. Namun setiap tanda nampak mengindikasikan bahwa kita sekarang sedang hidup dekat dengan akhir zaman ini. Dan Alkitab berkata, “Maka bersiaplah untuk bertemu dengan Allahmu” (Amos 4:12).,

Apakah Anda telah bersiap bertemu dengan Allah? Apakah Anda telah bersiap untuk menyambut kedatangan Kristus dan akhir zaman? Para murid bertanya kepada Yesus, “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (Matius 24:3). Yesus tidak menegor mereka. Sebaliknya Ia memberikan banyak tanda kepada mereka yang akan menunjukkan bahwa mereka sedang hidup di bumi yang mendekati masa kesudahannya. Saya yakin bahwa sekarang kita sedang hidup di zaman itu – sekarang. Yesus berkata bahwa itu akan terjadi sama seperti pada zaman Nuh, sebelum penghukuman dengan Air Bah diturunkan – dan seperti zaman Lot, sebelum Allah menurunkan api penghukuman atas mereka.

     Tidak ada alasan untuk ketidaktahuan tentang tanda-tanda kedatangan Kristus. Dengan Alkitab terbuka di depan kita kita dapat membaca keseluruhan dari lima pasal yang Yesus sebut sebagai “zaman Nuh dan zaman Lot” dalam tiga puluh menit. Zaman Nuh dan Lot memiliki banyak kesamaan. Keduanya adalah hari kelimpahan yang besar. Yesus mengatakan mereka sedang makan dan minum... Ini menyiratkan kerakusan dan kemabukan. Jika pernah ada waktu yang merupakan pengulangan dari hari-hari itu, itu adalah zaman sekarang ini; karena, lebih dari setiap saat sejak zaman Nuh dan Lot, ini adalah hari-hari dari zaman “kerakusan dan kemabukan.”
      Hal berikutnya yang Yesus tekankan tentang zaman Nuh dan Lot adalah... penyalahgunaan seks... Kita perlu melakukan sedikit lebih dari menyebutkan paralel menakjubkan pada hari-hari modern. Dalam satu generasi kita telah melihat lembaga suci keluarga memburuk lebih dari pada semua yang pernah terjadi abad-abad sebelumnya dalam sejarah... amoralitas yang mengedip, dan tingkat perceraian yang meningkat dua kali lipat, tiga kali lipat dan empat kali lipat dalam satu generasi... Dosa amoralitas yang sudah menjadi hal umum dalam masyarakat menjadi alasan bagi penghakiman Allah atas [Sodom]... perkawinan antara anak-anak Allah dan anak-anak manusia adalah jerami terakhir pada hari-hari sebelum Air Bah

Ijinkan saya mengingatkan Anda bahwa Yesus pernah berkata,

“Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh… Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot… Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya” (Lukas 17: 26, 28, 30).

Dan Kristus telah menubuatkan bahwa penghukuman yang mengerikan itu akan dijatuhkan kepada mereka yang menolak Kristus, generasi jahat ini. Kristus berkata,

“Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat…” (Matius 24:21, 22).

Alkitab berbicara tentang Allah yang menumpahkan tujuh cawan murka-Nya ke atas dunia ini pada masa Kesusahan Besar. Ini dinubuatkan dalam Wahyu pasal enam belas

Cawan murka pertama akan menimbulkan bisul yang jahat dan yang berbahaya pada semua orang (ay. 2).

Cawan murka kedua akan ditumpahkan ke laut dan ke atas laut; maka airnya menjadi darah, seperti darah orang mati (ay. 3).

Cawan murka ketiga akan ditumpahkan atas sungai-sungai dan mata-mata air, dan semuanya menjadi darah (ay. 4).

Cawan murka keempat akan ditumpahkan ke atas matahari untuk menghanguskan manusia dengan api, dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat (ay. 8, 9).

Cawan murka kelima akan ditumpahkan ke atas takhta binatang itu dan kerajaannya menjadi gelap, dan mereka menggigit lidah mereka karena kesakitan (ay. 10).

Cawan murka keenam ditumpahkan ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya (ay. 12).

Cawan murka ketujuh akan ditumpahkan dan gempa bumi terdahsyat dari segala masa akan menghancurkan sehingga semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung (ay. 19, 21).

Akankah orang-orang itu bertobat? Tidak! Itu sudah sangat terlambat bagi mereka untuk bertobat! “Dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat” (Wahyu 16:21). Alkitab berkata,

“Karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput” (I Tesalonika 5:2-3).

 Hanya orang-orang Kristen sejati, yang telah mengalami pertobatan sejati, yang memiliki pengharapan akan hari pengangkatan sebelum peristiwa-peristiwa mengerikan itu terjadi. Namun banyak orang yang menyebut dirinya “Kristen” akan ditinggalkan. Kristus berkata kepada mereka, “Aku tidak mengenal kamu” (Matius 25:12).

Kita dulu mendengar khotbah tentang tema-tema itu sering sekali. Namun, anehnya, tema-tema itu jarang terdengar lagi pada tahun-tahun belakangan ini. Kembali ke tahun 1968 Billy Graham berkata,

Alkitab mengajarkan bahwa menjelang akhir zaman, itu akan menjadi waktu dari bahaya, peperangan, pembinasaan, pelanggaran hukum, amoralitas yang begitu besar sehingga Allah akan campur tangan...

“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng” (II Timotius 4:2-4).

Tidak heran gereja-gereja kita penuh dengan orang-orang yang masih terhilang hari ini! Para pendeta terlalu takut untuk memberitakan agama orthodoks seperti yang dilakukan oleh para pengkhotbah zaman dulu!

Tugas yang diberikan Allah kepada saya bukan untuk mengajar Alkitab ayat demi ayat. Tugas saya adalah “memberitakan Firman.” Ambil atau tinggalkan! Saya telah memberikan kepada Anda apa yang Alkitab katakan!

“Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh… Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot… Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya” (Lukas 17: 26, 28, 30).

Jika itu terlalu “menggemparkan” bagi Anda, kiranya Allah menolong Anda! Anda akan berada dalam masalah besar ketika penghakiman diturunkan!

Sekarang, apa yang harus Anda lakukan untuk melarikan diri dari hukuman Allah? Anda harus melakukan apa yang Lot dan Nuh lakukan!

Allah memerintahkan Lot untuk melarikan diri dari Sodom. Allah berfirman, “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kejadian 19:17). Jika Anda berharap diselamatkan, itulah apa yang juga harus Anda lakukan. Keluarlah dari gaya hidup orang yang tidak mengenal Allah. Allah berfirman, “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka… maka Aku akan menerima kamu” (II Korintus 6:17). Menjauhlah dari mereka yang tidak pergi ke gereja. Menjauhlah dari orang-orang yang hidup dalam dosa dan tidak memikirkan Allah. Itulah yang harus Lot lakukan, dan itulah yang harus Anda lakukan. Menjauhlah dari dunia yang penuh dosa, dan masuk ke gereja ini setiap kali pintu terbuka! Dan menjalin persekutuan baru dengan teman-teman di gereja ini!

Namun bukan itu saja! Anda juga harus melakukan apa yang Nuh lakukan. Allah berfirman kepada Nuh,

“Masuklah ke dalam bahtera itu” (Kejadian 7:1).

“Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi” (Kejadian 6:13).

“Masuklah ke dalam bahtera itu” (Kejadian 7:1).

Bahtera itu adalah tipe, atau gambaran dari Kristus. Datanglah kepada Kristus. Kristus berkata, “Marilah kepada-Ku” (Matius 11:28). Nuh masuk ke dalamnya - dan ia diselamatkan dari penghakiman. Anda harus masuk ke dalamnya – kepada Kristus. Kristus akan mentahirkan Anda dari segala dosa dengan Darah-Nya, yang Dia telah tumpahkan di kayu Salib. Datang kepada Kristus melalui iman! Ia telah bangkit dari antara orang mati. Dia akan memberikan hidup yang kekal - dan menyelamatkan Anda dari murka yang akan datang.

Tinggalkan dosa di belakang, seperti yang Lot lakukan. Datanglah kepada Kristus, seperti Nuh lakukan. Dan kiranya Allah membangunkan Anda dan menarik Anda untuk melakukannya!

amin...

Kamis, 12 Juni 2014



Baca:  1 Korintus 14:1-9


"
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat."  1 Korintus 14:4

Adapun tujuan berbahasa roh adalah kepada Tuhan sebagai bahasa doa.  Hanya Tuhan yang mengetahui artinya, kecuali ada yang menafsirkannya melalui karunia menafsirkan bahasa roh.  Tertulis:  "Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu."  (1 Korintus 12:10).

     Karunia berbahasa roh mempunyai dua fungsi.  Yang pertama, bahasa roh untuk pribadi dan merupakan bahasa rahasia antara diri sendiri dan Tuhan, sehingga tidak perlu ditafsirkan,  "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri,"  (1 Korintus 14:4).  Bahasa roh ini bertujuan untuk menyampaikan isi hati kita kepada Tuhan.  Karena sifatnya dari kita kepada Tuhan maka tidak perlu dimengerti oleh orang lain, sehingga tidak perlu ditafsirkan.  Bahasa roh dipakai oleh Roh Kudus untuk membantu kita menyampaikan doa-doa kepada Tuhan,  "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."  (Roma 8:26).  Dengan banyak berbahasa roh, doa-doa kita akan semakin bergairah dan berapi-api.

     Sedangkan fungsi bahasa roh yang kedua adalah berbahasa roh untuk jemaat, di mana Tuhan, - melalui seseorang yang mengucapkan bahasa roh kemudian ditafsirkan -, ingin berbicara dengan jemaat.  Orang yang dipakai itu menyampaikan pesanNya kepada orang lain.  Bentuknya sama dengan nubuat, hanya disampaikan dengan bahasa roh yang perlu ditafsirkan supaya orang lain dapat mengerti dan dibangun.  (baca  1 Korintus 14:27-28).  Menafsirkan bahasa roh ini juga termasuk salah satu karunia Roh Kudus, yaitu kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk menafsirkan pesan Tuhan yang disampaikan melalui bahasa roh.

Bahasa roh berguna untuk membangun diri sendiri dan membangun jemaat.




                                            
Baca:  Kisah Para Rasul 2:1-13


"
Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."  Kisah 2:4

Tanda lain yang dialami oleh murid-murid Tuhan ketika Roh Kudus dicurahkan adalah berkata-kata dalam bahasa baru.  Tuhan Yesus menyatakan bahwa  "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka,"  (Markus 16:17).  Apa yang dikatakan Tuhan Yesus, benar-benar digenapiNya.

     Bahasa roh adalah:  salah satu karunia Roh Kudus yang diberikan Tuhan kepada orang percaya secara khusus dan sesuai dengan kehendak Roh Kudus;  kemampuan khusus yang diberikan Tuhan kepada anggota tubuh Kristus untuk mengucapkan secara spontan kata-kata yang diinspirasikan oleh Roh Kudus, baik kepada Tuhan maupun kepada orang lain dalam bahasa yang tidak kita mengerti dan tidak pernah kita pelajari sebelumnya;  suatu ucapkan yang diilhami oleh Roh Kudus melalui diri orang percaya, yang berkata-kata dalam suatu bahasa baru, yang tidak pernah dipelajari dan mungkin tidak dikenal oleh dunia ini, yang merupakan bukti fisik awal seseorang mengalami baptisan Roh Kudus.  "Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia."  (1 Korintus 14:2).

     Berbahasa roh adalah salah satu karunia yang diberikan Tuhan untuk memperlengkapi orang percaya.  "...mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh."  (1 Korintus 12:28b).  Kalau kita memang tidak dikehendaki oleh Roh Kudus untuk menerima karunia berbahasa roh, jangan memaksakan diri untuk berbahasa roh, atau sekedar ikut-ikutan berbahasa roh.  Jangan pula memaksakan orang lain untuk berbahasa roh, apalagi sampai menghakimi orang lain yang tidak berbahasa roh dan menganggap bahwa mereka tidak rohani.

Berbahasa roh adalah tanda seseorang mengalami lawatan Roh Kudus dan itu merupakan salah satu karunia yang diberikan Tuhan!

Senin, 09 Juni 2014

HARI RAYA PENTAKOSTA

 

https://sangsabda.files.wordpress.com/2012/05/11706-the-pentecost-el-greco.jpg?w=570&h=1214
                                   DATANGLAH, ROH KUDUS !
Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Prigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.” (Kis 2:1-11)
 “Datanglah, Roh Kudus!” Seringkah anda pernah mendengar doa ini? Barangkali begitu seringnya, sehingga anda tidak merasakan lagi bahwa anda sesungguhnya sedang berbicara kepada Allah. Akan tetapi, pada hari raya yang agung ini, marilah kita berani untuk menemukan kembali betapa beraninya doa permohonan ini!
Apakah ada yang lebih layak dan pantas pada Hari Raya Pentakosta ini daripada menyambut kedatangan Roh Kudus secara sederhana dan penuh kerendahan hati seperti yang dilakukan oleh para rasul sekitar 2.000 tahun lalu di Yerusalem? Apakah ada cara berdoa secara yang lebih layak dan pantas untuk berdoa pada hari ini daripada secara sederhana mengulang-ulang doa singkat tadi: “Datanglah, Roh Kudus!”, percaya bahwa Allah mendengar dan menjawab doa kita itu. Walaupun kelihatannya “tolol” dan repetitif, “!” Permohonan-permohonan sederhana seperti ini dapat menjadi sangat penuh kuat-kuasa. Teruslah berdoa, “Datanglah, Roh Kudus”, dan lihatlah pemikiran-pemikiran, imaji-imaji, atau emosi-emosi apa yang mengalir ke dalam hati anda. Kita dapat merasa yakin bahwa apabila semua itu adalah pemikiran-pemikiran yang baik dan menyangkut hal-hal yang Ilahi, maka Roh Kudus berada di belakangnya.
Pendekatan Yesus terhadap anak-anak sangatlah sederhana. Dia bersabda: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah. Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan-Nya di atas mereka Ia memberkati mereka (Mrk 10:14-16). Semua itu jauh dari komplikasi, namun sungguh menyentuh hati – baik bagi anak-anak itu dan para orangtua mereka. Demikian pula, ketika kita berdoa dengan kata-kata sederhana, “Datanglah, Roh Kudus!”, kita sebenarnya berperilaku seperti anak-anak kecil. Kita percaya kepada Allah, menaruh pengharapan dalam diri-Nya, dan menghadap hadirat-Nya untuk berkat-berkat-Nya.
Pencurahan Roh seperti apa yang akan Allah berikan kepada kita (anda dan saya) apabila kita menyambut Roh Kudus secara sederhana? Dia dapat memenuhi diri kita dengan pemahaman mendalam tentang kasih Allah sehingga kita mengenal serta mengalami bahwa Dia sungguh nyata dalam suatu cara yang baru. Dia dapat menunjukkan kepada kita belas kasih yang begitu mendalam sehingga kita pun sampai bertelut penuh syukur dan bersembah sujud kepada-Nya. Roh Kudus yang sama dapat membawa kita kepada air mata pertobatan, atau menggerakkan kita untuk menari penuh sukacita dan kebebasan. Roh Kudus juga dapat melakukan sesuatu yang samasekali tidak diharap-harapkan – namun tetap indah-menakjubkan. Oleh karena itu, marilah kita masing-masing pada hari ini datang menghadap Allah sebagai seorang anak kecil: murni, sederhana, dan terbuka. Kita tidak tahu apa yang telah dipersiapkan oleh Allah untuk dilakukan-Nya bagi anak-anak-Nya pada hari yang penuh dengan rahmat dan kuasa surgawi?

 

 

 

LALU MEREKA SEMUA DIPENUHI DENGAN ROH KUDUS

Jean_II_Restout_-_Pentecôte https://sangsabda.files.wordpress.com/2010/05/pentecost-1.jpg?w=570 
Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba terdengarlah bunyi dari langit seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan. Waktu itu di Yerusalem tinggal orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika terdengar bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka terkejut karena mereka masing-masing mendengar orang-orang percaya itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata, “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Prigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah” (Kis 2:1-11).
Hari ini kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Barangkali ini adalah hari raya Gereja yang paling menggairahkan, karena Roh Kudus menghidupkan dan membuat segala sesuatu yang kita imani menjadi riil. Bayangkan, betapa indah segala pemenuhan janji-Nya yang terwujud-nyata pada hari itu!
Dengan kedatangan Roh Kudus, semuanya berubah. Kita disegarkan kembali dan dipenuhi dengan kasih. Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah (Rm 8:15-16). Roh Allah berdoa dalam diri kita (Rm 8:26). Ia membimbing kita dalam kebenaran (Yoh 14:26). Ia memberdayakan kita untuk melayani Tuhan dalam kasih (Rm 7:6). Ia mentransformir kita, menumbuh-kembangkan buah-buah-Nya yang indah dalam hidup kita (Gal 5:22-23).
Pesta ini juga dikaitkan dengan upacara penyembahan Yahudi dalam Perjanjian Lama. Bagi Israel kuno, Hari Raya Pentakosta – yang jatuh 50 hari setelah Hari Raya Paskah – merupakan pesta di mana seluruh komunitas menyampaikan rasa syukur dan terima kasih mereka kepada Allah untuk buah-buah pertama panenan (Ul 16:9-12). Dengan berjalannya waktu, Pentakosta juga menjadi pesta syukur untuk Taurat, yakni Hukum yang diterima oleh Musa di Gunung Sinai.

Yesus telah menggenapi sabda-sabda dalam Perjanjian Lama. Hanya Dia sendirilah yang mampu menyenangkan hati Allah Bapa. Sekarang Roh Kudus telah datang ke tengah-tengah kita dan ke dalam diri kita masing-masing. Roh Kudus ini telah melakukan inaugurasi … upacara peresmian panenan semua umat Allah. Sekarang perjanjian yang ditulis beribu-ribu tahun lalu pada loh batu, dapat ditulis dalam loh hati kita masing-masing (Ams 3:3; Yer 17:1). Kini, kita memiliki suatu harapan yang indah! Segala sesuatu yang  tak mungkin bagi kita seturut kemampuan alamiah kita, sekarang dibuat mungkin oleh kuat-kuasa Roh Kudus.

                               SEPERTI ANGIN



Baca:  Kisah Para Rasul 2:1-13

"Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;"  Kisah 2:2

Alkitab menyatakan bahwa tepat di hari Pentakosta, ketika waktu itu semua orang percaya berkumpul di suatu tempat, sesuatu yang dahsyat terjadi.  Roh Kudus datang melawat dan memenuhi tempat itu sehingga orang-orang mengalami hadirat Tuhan secara luar biasa.

     Kita membaca ada tiga tanda kehadiran Roh Kudus:  angin, nyala api dan bahasa-bahasa baru.  Tanda pertama adalah angin.  "Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;"  (ayat 2).  Kedatangan Roh Kudus digambarkan seperti angin yang bertiup keras memenuhi seluruh ruangan.  Angin itu secara kasat mata tidak kelihatan bentuknya, tetapi ada dan dapat kita rasakan hembusan dan kehadirannya.  Ia bisa berhembus secara lembut, tetapi dapat juga bertiup dengan keras, bahkan seperti topan yang dapat menghancurkan apa pun.  Demikian juga dengan Roh Kudus, kehadiranNya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani, tapi Ia ada, dapat begitu lembut dan menyejukkan, tetapi Roh itu juga Roh yang kuat dan berkuasa.  Ketika di sebuah lembah penuh tulang-tulang kering itu,  "Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."  (Yehezkiel 37:5-6).  Sesuatu yang dahsyat terjadi, bangkitlah tulang-tulang kering itu menjadi suatu tentara yang besar.  Hembusan nafas hidup adalah gambaran dari Roh Kudus.

     Kepada Nikodemus Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah seperti angin yang bertiup.  Dari mana datangnya dan ke mana perginya angin itu kita tidak tahu, tetapi tiupannya dapat kita rasakan.  Kita tahu dengan yakin bahwa Roh itu ada karena kita merasakan hadiratNya.

Kehadiran Roh Kudus itu nyata di dalam hidup orang percaya;  meski tidak terlihat, karyaNya yang ajaib dan dapat kita rasakan.

                       ROH KUDUS DICURAHKAN



Baca:  Yoel 2:28-32

"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia,"  Yoel 2:28

Sebelum naik ke sorga Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya,  "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Namun Tuhan memerintahkan murid-muridNya untuk menunggu terlebih dahulu.  "...Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa,"  (Kisah 1:4).  Akhirnya sepuluh hari setelah kenaikanNya ke sorga janji tentang turunnya Roh Kudus itu pun digenapiNya.

     Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan kepada gerejaNya dalam Perjanjian Baru itu adalah penggenapan janji Tuhan dalam Perjanjian Lama.  Ini menunjukkan tidak ada satu perkara pun yang terjadi di luar kehendak dan rencana Tuhan.  Selain nabi Yoel yang menyatakan bahwa Tuhan akan mencurahkan RohNya, Yehezkiel juga telah menubuatkan demikian,  "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya."  (Yehezkiel 36:26-27).  Di dalam Yesaya 32:15 pun sudah dinubuatkan:  "Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas:"

     Hari pencurahan Roh Kudus atau hari Pentakosta seringkali dilupakan dan diabaikan oleh banyak orang Kristen, padahal ini merupakan hari yang sangat penting, hari di mana Tuhan Yesus menepati janjiNya memberikan Penolong kepada umatNya.  "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu."  (Yohanes 14:16-17).

Roh Kudus adalah Roh yang menolong, menghibur, menuntun, menguatkan, menopang dan menyertai hidup orang percaya, bahkan sampai pada akhir zaman.

Minggu, 01 Juni 2014

IMAN ADALAH KEKUATAN



Seri RUT: Iman di Persimpangan


"TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung."  Rut 2:12

Di tengah situasi yang sangat sulit dan serasa di persimpangan Rut membuat sebuah keputusan yang dilandasi oleh iman, suatu keputusan yang sangat menentukan nasib hidupnya di kemudian hari, yakni memilih hidup bersama mertuanya yang juga sudah menjadi janda.  Mungkin banyak orang mengatakan bahwa tindakan Rut itu sebuah kebodohan.

     Rut rela membayar harga dengan mempertaruhkan hidupnya, meninggalkan sanak keluarga dan bangsanya, memilih hidup di negeri asing dan percaya kepada Allah yang disembah oleh mertuanya itu.  Apa yang dilakukan Rut ini bukanlah tindakan coba-coba, tapi suatu tindakan iman, di mana ia sedang menuju kepada suatu kehidupan yang menempatkan dirinya dalam kasih karunia karena ia percaya kepada Allah yang hidup.  "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."  (Mazmur 91:2).  Sebaliknya Orpa lebih memilih untuk meninggalkan Naomi.  Artinya ia tidak mau membayar harga, lebih suka pulang ke kampung halamannya, kembali kepada kenyamanan dan kehidupan lamanya.  Inilah yang terjadi dengan kebanyakan orang Kristen, memilih untuk meninggalkan Tuhan dan kembali kepada kehidupan lamanya ketika berada dalam masalah dan sedang di persimpangan jalan.  Padahal Alkitab menegaskan:  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Kita memilih untuk lari menjauh dari panggilan Tuhan dan rencanaNya.

     Tuhan berfirman,  "...Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Rut tidak mau kembali kepada bangsanya yang kafir dan memilih meninggalkan kehidupan lamanya.  Paulus pun demikian,  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,"  (Filipi 3:13-14).

Saat di persimpangan jalan inilah kualitas iman seseorang sedang diuji!

Seri RUT: Pribadi Yang Setia

 

Baca:  Rut 1:1-22

"Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"  Rut 1:17

Rut dicatat Alkitab dalam silsilah Yesus Kristus  (baca  Matius 1-16), artinya Rut menjadi wanita yang terhormat dan dipilih Tuhan.  Secara latar belakang Rut berasal dari suku Moab, suku yang sesungguhnya dikutuk Tuhan, karena lahir dari hubungan terlarang antara Lot dengan kedua puterinya.  Dari hubungan Lot dengan putri pertama lahirlah suku Moab, sedangkan dari putri yang satunya lagi lahirnya suku Amon.

     Rut menikah dengan anak laki-laki dari Naomi dan Elimelekh yaitu Mahlon, yang artinya kecil, mungil.  Sedangkan anak Naomi lainnya, Kilyon, yang berarti tidak sehat, menikah dengan Orpa.  Setelah sepuluh tahun berjalan, kedua anak Naomi itu pun meninggal.  Tinggallah Naomi hidup bersama kedua menantunya itu karena suaminya  (Elimelekh)  juga sudah meninggal.  Karena itu Naomi memerintahkan kedua menantunya untuk pulang saja ke daerah asalnya,  "Pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibunya; TUHAN kiranya menunjukkan kasih-Nya kepadamu, seperti yang kamu tunjukkan kepada orang-orang yang telah mati itu dan kepadaku;"  (Rut 1:8).  Kedua menantunya itu menolak untuk pergi.  Namun belakangan hati Orpa luluh juga sehingga ia berpamitan untuk kembali ke daerah asalnya.  Sementara hati Rut tetap berpaut pada mertuanya itu.  Meski ditantang sampai tiga kembali ke daerah asalnya ia bersikeras untuk tetap tinggal bersama Naomi,  "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan."  (Rut 1:16-17a).

     Sekalipun kondisi sangat tidak berpihak, Rut tetap setia dan mengasihi mertuanya.  Ia rela tinggal di mana pun Naomi tinggal untuk memulai kehidupan baru bersama dengannya.  Kesetiaan Rut tidak berubah meski di tengah masalah!

Hidup Rut diberkati dan beroleh peninggian dari Tuhan karena ia seorang yang setia, taat dan punya kerendahan hati!