Merasakan Hadirat Tuhan dalam Doa

Aku kok ga menikmati saat teduhku sedangkan orang lain bilang saat teduhnya luar biasa?
Kok aku ga merasakan hadirat Tuhan dalam doa-doaku ya?
Gimana sih rasanya intim dengan Tuhan?
Adakah yang salah dengan diriku….???


                   Mungkin ini menjadi masalahmu saat ini. Jika iya, izinkanlah aku membagikan pengalaman apa yang aku alami dalam kehidupan doaku. Kehidupan doa yang awalnya hanyalah rutinitas, sekadar melaporkan daftar permintaan kepada Tuhan… tidak membawa sukacita sorgawi…. menjadi doa yang selalu aku nikmati dan yang aku yakin besar kuasanya. Semoga memberkati…
Sebelum masuk ke dunia kampus, aku tidak pernah mengenal apa itu saat teduh. Tetapi, setelah masuk dunia kampus, aku dijangkau, dan diajar untuk bersaat teduh. Singkat cerita, aku mulai membiasakan diri saat teduh, dengan disiplin, hingga suatu titik aku merasa puas dengan “kerajinanku” untuk saat teduh. Awalnya aku merasa biasa-biasa saja, tetapi seiring dengan pertambahan kedewasaan rohani, aku semakin sadar kalau “ada sesuatu yang salah” dalam kehidupan doaku. Aku merasakan kekosongan di dalam doaku. Aku mengisi doaku dengan permohonan-permohonan, dengan curhat-curhat satu arah. Yang aku tahu, Tuhan senang mendengarkan curhat anak-anakNya, tetapi yang kurasakan, Tuhan tidak ada di sana untuk mendengar curhatku. Aku SENDIRIAN di dalam doaku. Sementara teman-temanku sharing tentang kehidupan saat teduhnya yang sangat intim dengan Tuhan, aku semakin merasa terintimidasi…
Dalam keadaan yang demikian terintimidasi, aku tetap rajin berdoa, tetapi tetap saja kosong (sekosong itu loochhh) yang kurasakan. Lebih parah lagi, kini aku berdoa hanya untuk memenuhi tuntutan rutinitasku. Ibarat kuliah, karena sudah menjadi rutinitas, pasti terasa ada yang janggal kalau kita bolos. Demikian juga dengan doa-doaku, aku tahu persis kalau ini hanya rutinitas, hanya formalitas, Tuhan tidak akan berkenan, tetapi aku tidak mampu menghentikan doa-doaku, aku tetap saja berdoa karena kalau aku tidak berdoa, akan janggal rasanya. Iblis mengikatku, aku tidak bisa lepas dengan kekuatanku sendiri, aku kalah dan menjadi budak rutinitasku sendiri. Aku tersiksa di dalam batin, tetapi hadirat Tuhan belum juga terasa. Hingga di suatu titik yang terbawah, aku sempat merasa bahwa Tuhan pasti membenciku, keselamatan tidak akan pernah menjadi bagianku, aku pasti masuk neraka, celakalah aku… Pernahkah kau merasakan hal yang sama?
Puji Tuhan, Dia tidak tinggal diam. Suatu ketika Tuhan mengizinkanku membaca sebuah artikel. Di dalam renungan itu dituliskan quote dari Bunda Terasa:
“walaupun aku tidak bisa merasakan hadirat Tuhan di tempat ini, AKU TETAP MENGASIHI TUHAN.”
Aku kaget, bahkan seorang Bunda Teresa pun pernah tidak bisa merasakan hadirat Tuhan. Ya, di renungan itu diceritakan bahwa dalam pelayanannya di India, Bunda Teresa harus menghadapi kehidupan yang luar biasa pahit. Rasa lapar, jorok, miskin, dikelilingi orang-orang penyakitan, sapi dianggap dewa sampai-sampai air seninya pun diminum, tikus di mana-mana bahkan orang makan satu piring dengan tikus karena bagi mereka tikus adalah dewa… sangat menjijikan. Ya, Bunda juga manusia biasa yang pada suatu titik tertentu pasti akan merasa jenuh oleh semua itu dan itulah yang membuat dia kesulitan untuk merasakan hadirat Tuhan. Namun, suatu pernyataan keluar dari mulutnya, pernyataan itulah yang selalu menjadi inspirasiku hingga saat ini, AKU TETAP MENGASIHI TUHAN”.
Berkat kesaksian itu, kehidupan doaku berubah. Memang aku masih kerap merasakan kekosongan itu, tetapi saat kegundahan itu mulai datang, inilah yang aku katakan dalam doaku…
“ya, mungkin kayaknya Tuhan agak menjauhkan diri daripadaku, tetapi aku tetap mengasihi Tuhan, dan kenapa aku bisa tetap mengasihi Tuhan, karena Tuhan terlebih dahulu mengasihiku, artinya kalau Tuhan mengasihiku, Dia tidak pernah benar-benar menjauhkan diri dariku, dosakulah yang membuatku merasa Dia jauh.”
Yup, kebenaran bahwa Tuhan Yesus mengasihiku dan tidak pernah menolakku, itulah yang membuatku bangkit dan merasakan kehidupan doa yang intim dengan Tuhan.
———————————————————————————————
Tetapi… hal ini bukanlah hal utama yang aku ingin sharingkan dalam tulisan ini.
———————————————————————————————
Hal utama yang ingin aku bagikan adalah:
Momen dalam doa, yang menjadi momen di mana hadirat Tuhan paling terasa adalah ketika aku mendoakan KESELAMATAN orang lain dan PENGENALAN mereka akan Allah.
Dulu, aku selalu berdoa untuk diriku sendiri, aku berdoa buat keluargaku, aku berdoa buat teman-temanku namun tidak pernah terpikirkan olehku untuk berdoa bagi keselamatan meraka. Itulah mengapa doa-doaku selalu saja terasa kosong.
Tetapi kini, aku selalu menikmati kepenuhan hadirat Tuhan ketika aku, oleh dorongan Roh Kudus, berdoa bagi keselamatan keluargaku, berdoa untuk pemuridan di kampusku, berdoa untuk persekutuan di 4LP, berdoa agar semakin banyak orang yang mengenal Tuhan dan diselamatkan. Inilah juga yang kudoakan saat memulai ibadah di gereja, aku berdoa agar setiap orang di gedung gereja ini bisa mengenal Dia semakin dalam, ketika aku melihat pelayan mimbar, aku mendoakan agar mereka bisa menikmati Tuhan selama mereka memimpin puji-pujian, ketika aku melihat orang-orang yang mengangkat tangan di altar call, aku merasakan sukacita yang luar biasa indah karena ada orang-orang baru yang diselamatkan, aku berdoa bagi mereka dan di dalam hati, aku menyambut mereka sebagai anggota baru kerajaan sorga.
Seorang adik pernah sharing kepada saya dalam suatu pergantian sesi di retreat. Dia berkata, “Bang, aku kok kayak susah merasakan hadirat Tuhan dalam setiap sateku”.  Dan inilah yang kujawab, “Dek, mulailah mendoakan keselamatan orang lain, jangan mendominasi doa-doa untuk diri kita sendiri”.  Jujur, aku masih sedikit ragu ketika menjawab seperti itu, tetapi inilah yang membuatku semakin yakin, yaitu ketika sesi dimulai kembali dan WL mengajak kami menyanyikan lagu yang berlirik, “jadikan aku mezbah doa-Mu bagi keselamatan bangsaku”. Saat itu aku terpana dan terdiam, “mengapa lagu ini harus dibawa saat itu juga?”.
Aku yakin tidak ada yang kebetulan, tidak terkecuali lagu itu yang kami nyanyikan tepat sesaat setelah aku menjawab pertanyaan adik itu. Aku percaya kalau memang itulah yang Tuhan inginkan supaya kita doakan, demikianlah hendaknya kita berdoa untuk keselamatan orang lain.
dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
~Mazmur 37:4
Jangan salah artikan ayat ini. Maksud Daud di sini adalah, ketika kita bergaul karib dengan Tuhan, maka Ia akan menjadikan apa yang Dia inginkan, menjadi keinginan kita, BUKAN SEBALIKNYA.
Lalu apa yang Dia inginkan? Inilah apa yang Dia inginkan:
Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orangdiselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
~1 Timotius 2:3

Kalau boleh, izinkan aku menyimpulkan seperti ini.
Oleh sebab itu, bergembiralah karena TUHAN (miliki hubungan yang intim dengan Tuhan) maka Ia akan mengajarkanmu untuk berdoa bagi keselamatan orang lain dan agar mereka semakin hari semakin mengenal siapa Yesus Kristus. 
Seorang hamba Tuhan berkata:
Berdoa yang benar bukanlah berbicara kepada Bapa
melainkan masuk dalam perbincangan antara Roh Kudus di dalam hati dengan Bapa di sorga

Aku setuju dengan pernyataan ini. Ketika kita lahir baru, Roh Kudus masuk ke dalam hati kita.
Dia ada di dalam kita, jadi tidak ada lagi istilah tidak merasakan hadirat Allah…
Ingat, Dia sudah ada di dalam kita!

Laluuu…
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8:26)
Roh Kudus senantiasa berkomunikasi dengan Bapa…
Apa yang harus kita lakukan dalam doa bukanlah membuat koneksi baru yang menghubungkan kita dengan Bapa, melainkan masuk dalam koneksi antara Roh Kudus dengan Bapa. Berdoalah tidak hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk orang banyak. Kualitas tertinggi dari mendoakan orang lain adalah berdoa untuk keselamatan mereka dan agar mereka semakin mengenal Yesus. Aku tahu, memang akan susah rasanya berdoa untuk keselamatan semua orang. Dan karena itu sulit, marilah kita memulailnya dengan ini:

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Galatia 6:10)

Tetapi ingat…
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. (Filipi 2:13)
Doakanlah kawan-kawanmu, keluargamu, teman-teman divisimu, keluarga PA-mu. Mintalah kepada Tuhan agar Dia memberikan kepadamu hati yang penuh KERINDUAN UNTUK MENDOAKAN ORANG LAIN. Niscaya, kau akan merasakan Tuhan ada bersamamu dalam doamu
~Selamat menikmati kepenuhan HADIRAT ALLAH dalam tiap doamu~
~Ku tahu yang ku mau karena mau-Nya Yesus kini menjadi mauku~

Segala hormat, puji, dan kemuliaan adalah bagi Allah saja…